Part-06 Hujan yang Sama

240 29 31
                                    

Assalamu'alaikum sahabat pembaca 😄

Alhamdulillah malam ini aku bawa part baru nih.

Cung dulu dong yang udah nungguin.

Jangan lupa tekan dulu bintang di pojokan ya
Happy reading 😄

🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗🎗

Jauhilah prasangka buruk, karena itulah yang menjadi awal kerugian.
Jika prasangka itu benar atau tidak tetap saja berdosa. Namun jika tidak benar, maka selain dosa juga diliputi penyesalan karena malu.

💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮💮

Bagai burung yang baru terbang bebas dari sangkarnya. Wajah Laura terlihat begitu ceria. Langkahnya terlihat sangat semangat, tampak tangan itu mengayun saking semangatnya. Jangan lupakan bibir merah yang sejak tadi mengukir senyum tak kenal kata lelah.

"Ya ampun, Guys. Gue seneng banget lo akhirnya hari ini kita bisa hangout bareng gini. Thank's, ya, semua," ucap Laura begitu sumringah. Ia sangat bahagia akhirnya punya kesempatan bertemu dan jalan bersama teman-temannya.

Pagi tadi sekitar pukul sembilan, ia dijemput Rina karena memang rumah Rinalah yang paling dekat dengan lokasi rumah Laura saat ini.

"Eh, Ra. Sorry banget, ya. Gue nggak bisa anter lo pulang nih. Soalnya nyokap gue telepon minta jemput sekarang."

"It's Okey. No problem, Rin. Entar Gue bisa pesen ojol."

"Gue anter ya, Ra," celetuk Rendi yang sejak dulu memang menyukai Laura.

"Ecieee cwit cwit," sorak tiga sahabat Laura yang lain. Rendi menggaruk tengkuknya, tampak salah tingkah yang memang selalu saja begitu dari dulu.

Laura melotot ke arah Rina yang memprovokasi sorakan itu, padahal hanya dia yang mengetahui statusnya sekarang ini. Bukannya takut, Rina malah terbahak kegirangan.

"Gue duluan ya, Guys. Bye." Laura dan teman-temannya pun membalas lambaian tangan Rina.

"Sayang, kiya balik sekarang juga, yuk!" ajak Fifi ke arah Rio yang merupakan pacarnya.

Rio langsung mengangguk, lalu menoleh ke arah Laura dan Rendi bergantian.
"Kita duluan ya, Ra, Ren."
Laura dan Rendi kompak mengangguk kemudian melambaikan tangan.

"Makasih tawarannya, Ren. Entar gue naik ojol aja, ya. Lo tahu, kan? Gimana akibatnya kalau sampai bonyok gue ngelihat gue boncengan sama cowok?" ujar Laura sepeninggal kawan-kawannya.

"Eh, iya juga, sih. Gue temenin, lo sampai ojolnya datang, ya."

Laura tidak bisa menolak lagi, ia hanya mengendikkan bahu lalu berjalan menuju bangku panjang yang berada di depan toko yang telah tutup.

Sepuluh menit berlalu. Tukang ojek online pesanan Laura pun tampak lirih dan berhenti tepat di depan mereka.
Akhirnya Laura dapat menghela napas lega, pasalnya sejak tadi Rendi layaknya wartawan. Banyak hal yang ia tanyakan, padahal Laura hanya menjawab pertanyaan itu sekenanya.

'Dasar cowok nggak peka. Emang dia nggak ngerasa kali, ya. Kalau gue itu enek bicara sama dia,' gerutu Laura dalam hati saat netranya menatap ke arah Rendi sebelum akhirnya bangkit.

"Gue duluan, ya, Ren. Thank's udah nemenin."

Rendi ikut bangkit dan menganggukkan kepala. "Hati-hati ya, Ra," pesan Rendi lalu mempersembahkan senyum manisnya.

KETIBAN JODOHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang