(bahasa; au)
Julian Andika hanyalah seorang bujang yang menjadi papa muda. Lika-liku dari kehidupan yang cukup curam sudah dia rasakan, dan ia berjanji akan merawat anaknya sebaik mungkin.
[ Park Jisung alternative universe ]
#4 in fandom
#4 in fiks...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
.
"Loh, Papa sama Mama ke sini kok gak kabarin Juju dulu? Rumahnya masih berantakan belum sempat Juju rapiin jadinya," kata Julian seraya membukakan pintu untuk Chandra dan Maya yang baru saja datang.
"Sebentar aja sih, hehe. Mama kamu kangen katanya, makanya kita mampir deh habis dari toko," kata Chandra.
"Toko?"
"Oh iya, lupa kasih tau. Papa sama Mama buka usaha baru, emang belum terlalu besar sih tapi ya cukup berkembang selama ini. Papa sama Mama bakal usahain biar kamu bisa kuliah," kata Chandra sambil memamerkan deretan gigi putihnya. Julian diam. Di dalam hatinya ia merasa senang dan bersyukur bisa mendapatkan orang tua yang seperti Chandra dan Maya.
Namun, di sisi lain dia tidak enak hati pada keduanya. Walaupun Julian masih tanggungjawab mereka, tapi ... entahlah, Julian bingung bagaimana menjelaskannya.
Ia hanya merasa menjadi beban.
Iya, seperti itu.
"Maaf ya, Pa, Ma. Julian belum bisa bantu kalian sekarang. Julian-"
"Gapapa, jangan merasa bersalah begitu. Bangkrut itu hal biasa kalau di dunia bisnis, kalau gulung tikar ya kita buka lagi aja tikarnya. Ya, kan? Tenang aja ya," tutur Maya sambil mengusap surai hitam milik putranya.
"Eh iya, Ken mana? Tidur?" Julian mengangguk.
"Ken akhir-akhir ini sering main, makanya cepet bobonya. Barusan Juju kelonin sih," jawabnya.
"Mama sama Papa mau minum apa? Atau mau makan?" tawar Julian pada kedua orang tuanya.
"Onde-onde boleh gak? Mama lagi pengen makan aja, apalagi yang isinya kacang ijo gitu," kata Maya sambil terkekeh kecil. Pemuda jangkung itu mengangguk paham. Ia tahu kalau Maya memang sangat suka makan onde-onde.
"Yaudah, tunggu sebentar ya, Ma, Pa. Juju beli dulu onde-ondenya." Chandra dan Maya mengangguk, Julian segera mengambil jaket dan bergegas membeli makanan yang disukai oleh sang Ibu. Sepeda motor yang dia pakai kini melaju, kedua mata sipitnya menoleh ke kanan-kiri secara bergantian untuk mencari keberadaan kedai onde-onde.
"Onde-onde jual di mana ya? Per-eh ketemu!" seru Julian.
Motor itu berhenti di depan kedai yang dicari. "Pak, onde-ondenya dung."
"Kebetulan ada promo nih, Mas. Mau-"
"Oalah, oke Pak. Hehe." Julian menarik sebuah kursi dan duduk di sana sambil menunggu pesanannya. Di detik selanjutnya, dia dikejutkan oleh seseorang yang baru saja menepuk pundaknya secara tiba-tiba. Pemuda itu menoleh, saat itu kedua manik hitamnya bertemu dengan sepasang mata milik Anna.