(bahasa; au)
Julian Andika hanyalah seorang bujang yang menjadi papa muda. Lika-liku dari kehidupan yang cukup curam sudah dia rasakan, dan ia berjanji akan merawat anaknya sebaik mungkin.
[ Park Jisung alternative universe ]
#4 in fandom
#4 in fiks...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- P A P A -
Hari ini jadwalnya Julian buat vaksin. Kasus tentang virus di sini makin melonjak, jadi mau gak mau dia harus ikut vaksin. Awalnya Julian gak mau ikut ke sana, soalnya punya trauma sama dokter waktu kecil. Tapi, setelah perjuangan yang begitu panjang dan disogok dengan berbagai macam tawaran ... akhirnya ikut juga ke puskesmas terdekat bareng Kevin sama Mark, kalau yang lain sih udah ke sana duluan pakai motor. Sedangkan mereka, tentunya pakai mobilnya Kevin.
"Pak Lucas dah lo kasih tau kan kalau hari ini ada jadwal vaksin?" tanya Mark.
"Udah dong, Bang. Itung-itung bolos secara halal dulu hari ini," jawab Julian.
"Itupun kudu gue sogok dulu pake moge ye kan. Kalo enggak mah, mana mau," celetuk Kevin sambil menekuk wajahnya.
"Hehe, kan lo pada dah tau sih gue punya trauma sendiri sama dokter dan jarum suntik. Ya masa-"
"Kalah lo sama anak kecil. Adek sepupu gue aja berani."
"Emangnya adek lo umur berapa, Bang?" tanya Kevin.
"16 tahun."
"Etdah, itu mah bukan anak kecil lagi, Bang! Udah cukup usia tuh buat vaksin." Mark tertawa kecil.
Sekitar beberapa tahun yang lalu, tepatnya pas Julian umur 5 tahun. Waktu itu sempat drop karena kelelahan kalau kata dokter. Tentunya sang ibu tidak tega melihat kondisi anaknya yang sakit. Maka dari itu, pada malam harinya Chandra membawa Julian pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan. Julian awalnya menurut saja sih, tapi ... dia tidak menyangka akan disuntik.
Saat itu ketika dokternya mengeluarkan jarum suntik, Julian langsung kabur keluar ruangan. Chandra dan beberapa perawat pun langsung mengejar anak itu. Untungnya sih berhasil tertangkap. Di sana Julian menangis cukup kencang, si kakak cuman bisa ketawa aja lihatin adiknya. Ketika jarum suntiknya sudah ada di dalam kulitnya gitu, Julian gerak-gerak. Alhasil jadi sakit.
Makanya, dari sanalah Julian takut sama jarum suntik. Padahal itu sepenuhnya salah dia sendiri. Kembali ke kondisi terkini, mereka sudah sampai di puskesmas. Julian, Kevin, dan Mark segera turun dari mobil.
"Tuhkan untungnya yang dateng gak begitu banyak, jadi gak perlu nunggu kelamaan kalau gitu," ucap Kevin.
"Lo untung, gue rugi," gumam Julian.
"Gue modal dah kalau gitu," sambar Mark yang tak sengaja mendengar gumaman Julian sambil terkekeh. Julian mendengus, dengan sangat berat hati dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam sana.
"Noh mereka."
Jemmie, Rey, Hera, dan Jeno sudah ada di sana menyambut mereka bertiga. "Tumben cepet?"
"Hah? Butuh waktu setengah jem buat bujuk nih anak satu. Aneh banget loh, padahal udah gede tapi masih takut sama jarum suntik," kata Kevin.
"Ya kan lo tau gue punya trauma."
"Tapi itu salah lo sih, harusnya lo gak gerak-gerak pas jarumnya dah masuk," timpal Jeno.
"Makanya jangan tengil," celetuk Rey.
"Udah diem, mending kalian langsung aja tuh ke sana buat disuntik. Eh, Ken gimana?" tanya Jemmie.
"Dititipin sama ortu dulu bentar, nanti pas balik baru jemput deh." Ketika semua orang sedang berbincang ria, di sana hanya Jeno seorang yang murung. Entahlah, mungkin karena kejadian waktu itu.
"Ju, habis ini selesai bisa ketemu sama gue bentar? Ada satu hal yang mau gue omongin," katanya sambil berbisik pada Julian. Cowok itu mengangguk saja walaupun bingung tentang topik yang akan dibicarakan nanti.
.
Setelah semua orang sudah selesai divaksin, mereka pulang ke rumah masing-masing. Namun, beda halnya dengan Jeno dan Julian. Dua orang pemuda tampan tersebut duduk di salah satu kedai makan yang letaknya tak jauh dari sana. Kalau dilihat dari raut wajah Jeno, tampaknya memang akan ada pembicaraan yang serius diantara mereka berdua. Namun, Julian belum bisa menebak apa yang akan dibahas oleh Jeno.
"Kak Jeno, lo mau omongin apaan? Tumben banget nunggu semua pulang dulu baru ngomong. Apa ada hal yang serius pake banget?" Jeno tampak diam sejenak sebelum menganggukkan kepalanya. Tentunya hal itu membuat Julian semakin bingung, toh dia dan Jeno tidak pernah ada selisih sama sekali.
Hal serius yang seperti apa?
"Terus? Ada apaan? Tumben banget cuman berdua, dan seingetku kita gak ada masalah," kata Julian.
"Ken apa kabar?"
"Eh? Baik, kok," jawab Julian.
"Gue suka sama Anna. Lo udah tau sih pasti." Julian mengangguk.
"Jemmie bilang, yang gue lakuin itu salah. Dan kemarin dia gak dateng buat nemuin gue. Lo bilang apaan ke dia? Bukannya lo mau bantu gue?" Jeno menatap lurus ke arahnya, di sana Julian tertegun.
"Gue kira kemarin kalian berdua udah ketemuan, gue sendiri udah suruh dia temuin lo kok. Dan—"
"Lo ketemu sama Anna?" Julian mengangguk.
"Iya, Bang. Kita kekunci—"
"Bukan itu intinya. Gue cuman mau lo bantu gue buat deketin Anna. Acara ketemuan kemarin batal, jadi tolong atur jadwal lain supaya kita berdua bisa ketemuan." Julian mengangguk kecil sambil menggaruk tengkuknya.
"Tapi, kenapa lo gak bilang aja sendiri? Bukan maksud gue buat halangin kalian, tapi alangkah baiknya kalau lo coba bilang ke dia secara langsung, kan? Gue gak paham kenapa harus ada gue diantara kalian berdua," tutur Julian. Jeno diam.
"Lo lebih punya alasan yang tepat buat bilang hal itu ke dia, bukan gue."
"Jadi, gue minta tolong ya." Jeno menepuk pundak Julian dan beranjak dari sana—mau pulang—kelihatannya sih begitu.
"Bang," panggil Julian.
"Hm, iya?"
"Semisalnya ... gue juga suka sama Anna dan gak mau kalian ketemuan, gimana?"
.
Hai.
HAIIIII!!! BUSET UDAH LAMA BANGET GAK DI LAPAK INI T_T
APA KABAR KALIAN SEMUA?! MAAF BANGET AKU HIATUSNYA KELAMAAN HUAAAA
SEMOGA KALIAN MASIH INGET SAMA CERITA INI YA T_T, eh iya btw makasi udah mampir buat bacaaaa semoga kalian suka dan mau nunggu sampai akhir💚💚