2.2 ; be alright

488 47 14
                                    

"Gue tau lo gak bakalan lakuin hal ini, Ju. Tapi, mau gak mau gue harus periksa karena semua bukti mengarah ke lo," ujar Jeno setelah dia selesai menjelaskan apa yang sedang terjadi pada Julian. 

"Tapi kemarin saya sama dia." Jeno menghiraukan ucapan Stela dan tetap menggeledah tempat tersebut, Julian yang masih mencoba mencerna apa yang terjadi hanya bisa diam saja sekarang. Sial, memangnya cuman dia saja yang memakai barang itu? 

Tak lama kemudian, Jeno menemukan sesuatu.

Satu kantong kresek hitam yang isinya uang dengan nominal yang tidak main-main. Stela bahkan Julian terkejut melihat itu. Oh yang benar saja, apa lagi ini? Julian bahkan tidak pernah melihat kantong kresek itu sama sekali! Di sana Jeno hanya diam mematung, pikirannya kacau. Ia tak bisa berpikir jernih saat ini. Pemuda itu kecewa, marah, tapi masih tak percaya.

"Itu bukan punya gue, Kak," ucap Julian.

"Tapi, Ju. Ini ada di rumah lo," tukas Jeno.

"G-gue juga gak tau gimana caranya itu ada di sini! Gue semalem cuman tidur!" Julian masih membela diri. Sialan. Siapa sih yang memfitnah dirinya seperti ini? Padahal kemarin Julian cuman bantu Stela dan Ken supaya mereka bisa tidur nyenyak, dan tidak ada sangkut pautnya dengan kresek itu.

"Kita jelasin semuanya di kantor polisi." Jeno menarik lengan pemuda itu keluar dari rumah. Julian memberontak, yang benar saja! Mana mungkin sih dia ke sana? Itu bukan kesalahannya!

"Bang, lo gak bisa bawa gue gitu aja! Iya gue tau kresek isi uangnya ada di rumah gue, tapi itu gak cukup kuat buat buktiin kalau gue yang ambil kan? Gue baru kerja di tempat lo, mana gue tau sih isi brankas sama kata sandinya? Orang yang—"

"Gue bilang, jelasin semuanya di kantor polisi aja. Lo tuli?" Jeno mendesis tajam. Julian diam, mau tak mau dia mengikuti orang itu.

"Ste, gue titip Ken."

"Eh tapi, Jen! Eh, pak! Tolong jangan asal bawa Julian. Dia tidak bersalah! Saya bisa jamin kalau semalam saya sama dia terus, jadi tidak ada waktu buat ambil uang sebanyak itu!" Stela juga ikut berusaha melepaskan genggaman Jeno.

"Kalau kamu gak mau saya seret juga, lepasin tangan kamu dari saya."

"Ste, nurut ya? Jagain Ken buat gue, gue janji ini gak akan lama. Tolong hubungi Kevin sama yang lain. Nomornya ada kok di laci," tutur Julian. Stela tak bisa berbuat apa-apa lagi selain membiarkan Jeno membawa Julian dari sana. Gadis itu menunduk dan mengepalkan kedua tangannya. Julian benar, kalau dia sampai terseret dalam masalah itu siapa yang akan menjaga Ken?

Stela bergegas mencari nomor telepon di laci seperti yang dikatakan oleh Julian. Setelahnya ia langsung menghubungi nomor yang tertera di sana. "Halo?"

***

"Pak, saya udah bilang berapa kali sih? Saya gak salah, Pak! Bukti itu kurang kuat dan saya sendiri punya saksi! Bapak gak bisa masukin saya ke sini dong, Pak!" protes Julian setelah dia dimasukkan ke dalam jeruji besi. Iya, dia masuk penjara perkara kantong kresek isi uang.

Jeno udah pergi, pemuda itu tidak mau ambil pusing. Untuk sementara Julian dibiarkan di sana dulu. Mungkin tadi dia tidak percaya kalau Julian pelakunya, tapi ... bukankah ini sedikit menguntungkan dia kalau Anna tau Julian di penjara karena 'korupsi'? Setidaknya Anna membenci Julian walau hanya sedikit.

"Bukti apa lagi sih dek? Semua buktinya udah cukup kuat kok," ucap salah seorang polisi yang tadi memasukkan Julian ke dalam sana.

"Lagian kalau emang butuh uang itu ke bank mintanya, nanti bakal dipandu juga kok apa aja yang bisa dijadikan jaminan. Toh masih muda bukannya kerja yang bener malah korup—"

"Elo yang korup! Enak aja lo ngomong begitu depan muka gue!" Suara melengking khas Rey menggelegar. Julian menoleh, di sana Jemmie, Mark, Hera, Rey, dan juga Kevin datang. Syukurlah kalau mereka datang.

"Bapak ini gak usah sok tau deh, tapi sebelumnya maaf ya pak tadi saya kurang sopan. Soalnya bapak juga salah! Bapak gak tau kan hidup dia kayak apa, bapak juga gak tau dia lakuin apa aja—"

"Betul, kalau begitu kita juga gak tau dong dia itu korupsi atau enggak? Kok kamu yakin sekali dia tidak korupsi. Bahkan CCTV dan buktinya sudah ada kok." Rey mengepalkan tangannya, matanya memicing tajam ke arah polisi itu—kesal—apalagi sama Jeno.

Tepat setelah Stela menelepon Kevin, si tuan muda itu langsung menghubungi semuanya untuk membantu Julian. Kasian Juju, mana masih muda, punya anak lagi. Duh.

"Yaudah, kalau saya tembus bisa gak pak? Butuh berapa nih? Urusan biaya admin atau apalah itu ke saya aja," ucap Kevin.

"Begini pak, masalah ini sendiri sudah dilaporkan ke pengadilan. Jadi, tersangka belum bisa dibebaskan. Kalau memang mau, maka harus bisa menang dulu di pengadilan nanti," tuturnya. Kevin menggeram kesal. Mana bisa sih tunggu selama itu?

"Tapi, Pak yang pakai barang itu bukan cuman dia loh. Emang bapak udah telusuri dengan baik di tempat kerjanya? Julian termasuk orang baru di sana, mana mungkin sudah diberitahu tentang letak brankas dan juga kata sandinya?" Mark bersuara.

"Iya, kalau memang mau bikin kasus ini lebih masuk akal mah harusnya tanya yang lebih senior di sana," timpal Jemmie.

Polisi itu berdecak sebal.

"Udahlah, kalian ini mau protes apapun gak akan di—"

"Lah, kan udah tugas bapak buat turun ke lapangan untuk cek keadilan buat masyarakat. Kalau bapak aja begini, gimana kita mau percaya saat sidang nanti?! Yang ada mah hakimnya bisa disuap juga! Bapak dibayar—" Ucapan Hera terpotong.

"Pergi sebelum saya panggil pihak keamanan di sini."

"Jeh, gak takut saya. Sini teh hayuk panggil!" tantang Hera.

"Udah, Her. Udah." Rey menenangkan.

"Halah, bapak juga dibayar kan!" Hera benar-benar kesal pada polisi itu. Bahkan dendam.

Di balik jeruji besi itu, Julian menunduk dalam. Tangannya mengepal begitu kuat, yang ada di pikiran dia cuman satu, yaitu Ken. Bagaimana nasib anaknya? Apakah Stela bisa merawatnya dengan baik? Julian cuman takut kalau nanti masalah ini bisa berkelanjutan. Apalagi ada Jeno. Di sana Jemmie menghampirinya, ia mengusap punggung tangan itu guna menyemangati.

"Tenang ya, kita gak akan biarin lo di sini dalam waktu yang lama." Julian tersenyum tipis.

"Makasih ya, bang."

"Iya, urusan Ken biar kita semua yang jagain dia. Lo sendiri jangan lupa jaga diri di sini ya." Julian mengangguk.

- P A P A -

Haiii!! Apa kabar?

Kira-kira siapa ya yang berusaha ngejebak Juju? Uhuk

Dah ah, babaii

Papa | Park Jisung (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang