Hari ini, hari pertunangan Jeno dan Anna. Jemmie, Hera, Mark, Rey, dan Kevin semua sudah ada di tempat dengan setelan jas masing-masing. Tetapi, satu sosok masih belum kelihatan dari tadi, yaitu Julian. Entah hilang ke mana pemuda itu, dia bilang ke Kevin kalau ia akan datang menghadiri acara pertunangan tersebut, tetapi ini tinggal 20 menit lagi sebelum acara dimulai. Orang itu ke mana coba?
"Aduh anjir, gue udah telepon cuman gak diangkat sama dia bang." Rey mendengus kesal, bocah sialan itu benar-benar memancing emosinya.
"Gak mau tau ye telepon sampe dia angkat, kalo enggak pala lo di bawah kaki lo di atas," ancam Rey. Kevin bergidik ngeri.
"Duh, angkat dong si anj—"
"Yo, maaf-maaf telat banget datengnya, tadi sopirnya ngaret nih!" Julian datang dengan watados, tak lupa bersama Ken yang digendong Julian.
"Lo yang bener aja ini ngaret banget, untung masih ada waktu lo! Gimana sih," desis Rey sambil menoyor kepala si adik kelas.
"Maap bang, oh kenalin ini Stela nih. Pasangan gue." Stela tersenyum menyapa mereka semua. Namun, semuanya hanya dapat terdiam alias bengong. Eh, ini kenapa tiba-tiba Julian ada pasangan? Bukannya Julian itu sukanya dengan Anna? Kenapa muncul perempuan baru lagi di sini?
"Rekan kerja lo kan?" tanya Hera sambil berbisik ke Julian. Pemuda itu mengangguk.
"Kalian kenapa pada bengong gitu sih? Ini Stela, cewek gue. Udah ya, Julian itu udah ikhlas. Gak ada lagi gue dendam-dendam ama Jeno. Udah baikan juga kok kemaren," tutur Julian.
Di sana Stela hanya bisa tersenyum canggung. Ya gimana mau gak canggung ya, di hadapan aja sudah ada banyak bujang-bujang tampan nan menawan. Tentu Stela harus menjaga sikapnya biar dilihat sebagai cewek baik-baik, lembut, sopan, anggun, dan lain-lain. Walau kenyataannya dia sedikit keki karena baju dan heels yang dia pakai saat ini.
Julian pun mengandeng tangan Stela menariknya keluar dari kerumunan mereka. Keduanya berhenti di tempat makanan, di sana Julian langsung mengambil puding rasa cokelat beserta fla nya. "Ambil aja weh, emang lo gak kepanasan apa? Naik angkot loh tadi kita."
Iya naik angkot, soalnya aplikasi hijau di ponsel Julian lagi eror. Kalau Stela ponselnya lagi diperbaiki, alhasil mereka pakai angkot untuk ke sini. Murah sih, tapi ya agak sulit. "Gak lagi gue jadi cewek boongan lo, trauma gue," dumel Stela.
"Gak usah gitu dah, demi tiket loh ini. Masa iya gak mau?"
"Kek ada aja uangnya."
"Heh, kalo gak ada ngapain gue tawarin sih? Mikir dong," desis Julian tak mau kalah.
"Ya punya duit setidaknya naik taksi gitu loh, ini angkot anjir. Udah tau lo bawa anak kecil, terus gue pake baju beginian, loh pake jas, emang kagak panas jir? Duh, otak apa batu coba yang ada di kepala lo." Stela mendelik tajam ke arah Julian. Tak mau ketinggalan, ia ikut mengambil 2 potong puding cokelat di sana dan segelas jus jeruk.
"Heh, gak usah maruk begitu. Jadi cewek yang jaim dikit napa dah, tar kalo temen-temen gue liat—"
"Makan gak bilang-bilang lo pada!" seru Mark tiba-tiba.
"Aduh kamu nanti sakit loh, masa iya makan manis-manis. Kemarin udah sakit gigi kan, masa mau ke dokter lagi, hm?" Julian mengusap pipi Stela.
"Enak tau, kamu juga ambil kan. Sini aku suapin deh."
"Heh! Excuse me, lo pada kagak see me ada di here? Tolong ya bucinnya nanti aja, kasian Ken masih kecil gak tau apa-apa," ujar Mark.
"I think kamu should searching-searching for pasangan sih. At least tinggal di Jaksel biar bisa satu frekuensi with you," balas Stela yang sambil memakan pudingnya. Julian terkekeh kecil, begitu pula dengan Mark. Ken yang polos cuman ikut ketawa sambil tepuk tangan.
"Pipi, minum!" seru Ken. Dengan sigap Julian mengambil air mineral untuk Ken.
"Nah, udah cocok lah kalian berumah tangga, mangat gais." Mark melenggang pergi untuk menyambut tamu yang ia kenal bersama Hera dan Rey.
"Lo ngapain sih pegang-pegang pipi gue? Tangan lo bau," cibir Stela.
"Oh, mau yang lebih?"
"Guoblok!" umpat Stela.
Selang beberapa lama, acara pun dimulai. Tampak di sana ada Jeno dan juga Anna yang saling berhadapan. Julian cuman bisa lihat dari kejauhan, soalnya kalau kedekatan takutnya makin patah hati. Tapi, Julian gak bohong kalau Anna tampak sangat cantik hari ini. Riasan tipis yang berhasil membuatnya lebih cerah dan menonjol di antara yang lain.
"Sakit ya? Mangat, emang susah sih kalau cinta pertama mah. Gue juga pernah kok ... ditinggal nikah," ucap Stela yang menepuk pundaknya.
"Gak perlu terlalu mikir gue harus lupain dia, justru nanti LO makin kepikiran sama dia. Kalau saran gue sih, lo biarin aja. Abis pulang dari sini lo gila segilanya lo nangis, tapi besoknya ya udah kayak hidup sehari-hari aja. Cari pelampiasan positif, gue yakin lo bisa kok." Julian menunduk sambil memainkan rambut tipis punya Ken.
Benar sih apa yang dikatakan oleh Stela, tapi pelampiasan apa lagi yang harus dia cari? Masa iya kerja lagi? Lagi pula, Julian payah di segala bidang. Masak gak jago, kerja lumayan lah, muka juga kelewat ganteng, tapi gak bisa nari, gak bisa main alat musik, gak suka olahraga soalnya mageran, sama gak bisa nyanyi. Apa coba pelampiasan yang tepat?
"Ste, kalo lo jadi pacar gue beneran mau gak?"
Ini kali ya? Hm, coba aja dulu.
TBC
Alooo, gimana kabarnya??
Mon maap kalau ini agak slow update, soalnya lagi ilang idenya astagoy T^T tolong doa nya ya teman-teman supaya bisa lanjutin cerita ini 💚🫂
KAMU SEDANG MEMBACA
Papa | Park Jisung (On Going)
Fanfic(bahasa; au) Julian Andika hanyalah seorang bujang yang menjadi papa muda. Lika-liku dari kehidupan yang cukup curam sudah dia rasakan, dan ia berjanji akan merawat anaknya sebaik mungkin. [ Park Jisung alternative universe ] #4 in fandom #4 in fiks...