2.3 ; defeat

198 25 5
                                    

"Julian udah ditangkap polisi." Anna langsung menoleh ke sumber suara, matanya terbelalak tatkala mendengar hal itu. Dia tidak percaya, tentu saja. Orang sebaik Julian ditangkap polisi? Tapi, bagaimana mungkin?

"Karena apa? Mana mungkin sih Juju lakuin hal yang jahat?" Anna menatapnya lamat-lamat.

"Uang di cafe hilang, gue udah periksa CCTV dan semua bukti mengarah ke Juju. Gue periksa rumahnya juga ternyata ada uang itu di dalam rumahnya. Apalagi yang harus disangkal?" ucap Jeno sambil menatap mata gadis itu, dia menghela napas sebelum mengusap rambut Anna dengan lembut.

"Lo masih belain Julian ya?" Anna diam dan mengalihkan pandangannya ke arah lain, menepis pelan tangan Jeno dari kepalanya.

"Walaupun dia udah salah begitu, di mata lo dia tetap orang baik, kah?" Jeno mendekat, menundukkan kepalanya sebelum meraih dagu Anna dan mengangkatnya pelan.

"Sesayang itu lo sama dia?" Suara Jeno mulai melemah. Tatapannya begitu lembut ke arah Anna yang kini diam tak bergerak. Perempuan itu meremas erat ujung pakaian yang ia pakai sebelum menghela napas panjang.

"Iya," jawabnya pelan.

"Sampai kapan?"

"Lo bilang lo mau berjuang?" tukas Anna.

"I am. Tapi semua orang punya batasnya, Anna."

"Berarti lo gak cinta sama gue, Jen."

"Bohong kalau gue bilang "iya". Nyatanya sampai lo masih mikir Julian baik juga gue masih sayang sama lo." Jeno menariknya ke dalam dekapan. Memeluk gadis itu dengan erat walaupun masih terasa tak rela dengan keadaan.

Di sisi lain, Stela yang cukup kewalahan mengurusi Ken yang cukup aktif di masa perkembangannya. Gadis itu merawatnya dengan penuh kesabaran sambil menunggu kabar dari Kevin dan yang lain. Sejak tadi, ia belum mendapatkan kabar terbaru tentang kondisi Julian. Ia khawatir dengan temannya itu. Bagaimana jika Julian benar-benar dinyatakan bersalah dan harus dihukum untuk waktu yang lama?

Itu tidak boleh terjadi. Masalahnya kemarin dia dan juga Julian selalu bersama, dia juga tidak melihat Julian mengambil uang itu dan memasukkannya ke dalam kresek. Mereka terlalu sibuk dengan pelanggan yang terus datang ke cafe kala itu. Untuk mengetahui kode brankas juga tidak, Julian adalah karyawan baru di sana dan bagaimana mungkin dia langsung diberi kepercayaan untuk mengetahui hal yang privasi seperti itu?

Tak lama setelah itu, dia mendengar suara ketukan dari pintu. Stela menaruh Ken ke dalam baby box sebelum membukakan pintu. Di sana ada semua orang kecuali Jeno. Kevin langsung masuk dan duduk di atas sofa diikuti dengan yang lain. Wajahnya tampak frustrasi dan kesal setelah pulang dari tempat itu.

"Gimana?" tanya Stela.

"Gue sih bingung ya, Ste. Itu polisi kagak koperatif banget anjir!" Hera langsung berdecak kesal ketika mengingat kembali perdebatannya dengan polisi tadi.

"Emang kenapa sih?"

"Polisinya bangsat banget. Dia kagak mau telusuri lebih lanjut malah main langsung ke pengadilan, kata gue mah dia disogok!" ketus Hera.

"Iya! Lo bayangin aja gimana kondisi Juju di sana. Mana penjaranya jorok begitu lagi, jijik gue liatnya. Polisi juga gak bisa diajak kerja sama," imbuh Rey sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Kevin yang mendengar percakapan mereka hanya bisa menghela napas panjang sebelum berteriak, frustrasi.

"Dia gak mau ditebus! Padahal gue mau bayar uang tebusannya buat Julian!"

Stela yang mendengar hal itu langsung menepuk jidatnya sebelum menoleh ke arah Ken. "Terus Ken gimana sekarang? Julian ditahan dan itu waktunya pasti lama kalau udah sampai ke pengadilan. Bukan sehari dua hari, bisa aja lebih dari itu."

"Gue juga bingung, Ste."

Semuanya terdiam. Mereka masih tak percaya bilamana Julian ditahan di kantor polisi. Lebih parahnya lagi tinggal menunggu panggilan dari pengadilan untuk diadili nanti. Padahal kasusnya belum ditelurusi secara menyeluruh, hanya berlandaskan pada bukti CCTV yang menangkap sosok yang mirip Julian dan kantong kresek berisikan uang.

"Kita perlu cariin dia pengacara yang andal buat itu. Mau gak mau sih," ucap Jemmie tiba-tiba.

"Ada yang punya kenalan?" Mark menoleh ke mereka semua secara bergantian.

"Bapak gue punya kenalan." Rey mengangkat tangannya.

"Bapak gue juga ada sih," kata Kevin.

"Mang boleh ya pake dua pengacara gitu?" tanya Stela.

"Gak tau sih, gue belom cari di Google. Bentar ya." Hera mengeluarkan ponselnya untuk mencari tahu tentang hal itu. Beberapa saat kemudian, dia mendongakkan kepalanya.

"Katanya sih gak ada batasan jumlahnya. Jadi, kayaknya boleh. Kayaknya ya."

Kevin mendengus sebelum berdiri dari sofa itu. "Gue hubungi pengacaranya secepatnya. Soal Ken ... kita jaga bareng-bareng, ya? Kasian anaknya, mana masih kecil begitu."

Semuanya mengangguk. Kevin pun mengusap rambut Ken dengan pelan. Anak itu hanya diam sambil melihat Kevin dengan kedua mata bulatnya. "Baik-baik ya jadi anak, bapakmu biar kita yang urus. Jangan bandel, nurut sama kita-kita dulu, ya?"

Ken tidak menjawab, dia hanya menatap Kevin lamat-lamat dengan tatapan polosnya. Stela tersenyum tipis sebelum mengusap tengkuknya yang terasa sedikit sakit. "Kalian pulang gih, biar gue urus Ken. Gapapa gue dulu yang urus dia."

"Lo beneran gapapa? Muka lo keliatannya ngantuk banget sih. Tapi yaudah deh, bilang aja ya kalau perlu apa-apa. Nanti kita semua bantuin kok," kata Mark sambil menepuk pelan pundak gadis itu. Stela hanya tersenyum dan mengangguk. Setelahnya, mereka pun berpamitan untuk pulang ke rumah masing-masing.

"Hati-hati ya!"

"Telepon gue kalau butuh apa-apa," ucap Kevin sebelum masuk ke dalam mobilnya. Stela mengangguk lagi sebelum menutup pintu rumah. Ia mendengus dan menyandarkan punggungnya ke pintu. Kepalanya terasa sedikit pening dengan segala situasi yang sedang terjadi. Ia mendongak menatap ke langit-langit rumah.

"Ju, gue harap lo baik-baik aja di sana. Jangan khawatir, Ken aman di tangan gue."

- P A P A -

HAIII!!!

Astaga kayaknya aku Hiatus kelamaan ya? Apa lama banget woxjwixhiwhxowz

Maaf banget untuk kalian yang selalu nungguin cerita ini, aku benar-benar mentok banget idenya waktu itu 😭🤏

Mulai sekarang aku coba pelan-pelan nulis lagi ya, dan semoga kalian tetap tungguin cerita ini sampai tamat karena aku mau bikin cerita baru lagi 😭🙏

Sekali lagi maaf ya gais udah hiatus selama itu 🧡

Babaiii

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 17 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Papa | Park Jisung (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang