(bahasa; au)
Julian Andika hanyalah seorang bujang yang menjadi papa muda. Lika-liku dari kehidupan yang cukup curam sudah dia rasakan, dan ia berjanji akan merawat anaknya sebaik mungkin.
[ Park Jisung alternative universe ]
#4 in fandom
#4 in fiks...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
- P A P A -
RASANYA TUH RESAH.
Sejak kejadian kemarin dimana dia dan Jeno saling berbincang sebentar, sampai sekarang Julian mumet setengah mati. Entahlah, kenapa kalimat itu bisa terucap secara spontan dari mulutnya. Anna memang cantik sih, tapi tujuan utamanya hanyalah menjadi Mak comblang untuk Jeno, bukan malah menjauhkan kedua sejoli tersebut. Sambil menimang Ken, Julian berpikir keras tentang cara supaya Jeno dan Anna bisa kembali bertemu serta menjalin hubungan.
"Apa dah, kenapa gue yang pusing sih soal urusan mereka? Fokus gue cuman Ken, kenapa harus ribet segala mikirin percintaan bang Jeno?" gumam Julian sambil mengacak rambutnya saking frustrasinya. Pemuda tersebut kini merebahkan sebentar tubuhnya ke sofa, memejamkan mata sejenak sebelum Ken memanggilnya.
"Papa!"
"Iya? Kenapa? Oh, Ken laper ya? Sebentar ya," ujar Julian.
"Mama!" Julian bengong.
"Lah, ini anak belajar dari mana ngomong mama? Bukannya gue baru ajarin ngomong papa ye?" gumamnya.
"Ken mau mama," ucap Ken dengan lucunya.
"Papa masih muda sayangku, gak mungkin dong cari mama buat kamu. Nanti kamu lebih sayang sama mama kamu gimana? Papa sama siapa?" Ken yang belum bisa terlalu mencerna perkataannya hanya dapat mengedipkan mata beberapa kali, lucu.
Julian tertawa gemas, dia pun menggendong sosok mungil itu untuk memberinya makan. Setelah makan, Ken langsung tidur pulas di gendongannya. Pemuda itu pun menepuk pundak sempit itu dengan pelan dan teratur. Namun, bel rumah berbunyi tiba-tiba. Julian segera membuka pintu dan mendapati sang Ayah ada di rumahnya. Chandra tersenyum seraya menyapa.
"Lah, Papa ngapain?"
"Loh, orang tua bertamu kok malah nanya begitu? Harusnya sapa dulu dong," tegur Chandra, sedangkan Jisung cuman cengengesan.
"Kebiasaan."
"Hehe, Papa mau minum apa? Kayaknya gak usah aneh-aneh deh, soalnya kulkas Juju gak lengkap. Liat dah." Julian membuka pintu kulkas dan memperlihatkan semua isi lemari dingin tersebut kepada sang Ayah.
"Gak usah nawarin kalau gitu, langsung aja sajiin gituloh."
"Papa julid aja mulu."
"Lah kamu duluan yang mulai," sanggah Chandra.
"Kan sifat anak gak jauh dari pohonnya."
"Dih, kamu ikutin mama kamu tuh."
"Mama gak kayak gitu, Papa doang yang suka julid mah," ketus Julian sambil menuangkan air ke dalam gelas.
"Mana ada, mamamu julid."
"Gak, Papa yang salah pokoknya."
"Lah? Kenapa begitu coba." Chandra kebingungan.
"Karena Papa selalu left, dan cewek selalu right."
"Garing ya, Pa? Yaudahlah, hargai aja sebentar. Jarang-jarang loh Juju ngelawak garing gini." Julian meletakkan gelas tersebut di atas meja.
"Papa kenapa mukanya serius banget? Berarti masalahnya serius ya, Pa?" Chandra mengangguk tegas.
"Apa tuh?"
"Papa mama mau cerai." Julian bengong.
"Hah? Gimana-gimana? Cerai?" Chandra mengangguk beriringan dengan embusan napas yang keluar dari mulutnya.
"Usaha Papa bangkrut lagi kayak yang kamu tau lah, dan akhir-akhir ini emang lagi ada konflik sama mamamu. Kemarin sore, kita putusin buat cerai. Papa tau ini pasti mendadak banget dan bikin kamu syok, soalnya kamu tau kalau Papa sama mama itu saling ... cinta lah. Tapi, hari itu ... kita benar-benar gak bisa lagi bersama," tutur Chandra.
"Lah? Kagak panik apa emak bapak lu mau cerai, bocah!" gertak Chandra.
"Ya udah ketebak sih, Pa. Soalnya aku sendiri dulu pernah buat skenario dimana Papa sama mama itu cerai, eh terjadi beneran. Juju dah gak heran lagi sih." Chandra tak habis pikir dengan Julian. Untung pemuda itu anaknya, kalau bukan sih sudah ditendang dari Sabang sampai Merauke.
"Jadi, Papa sama mama gak mungkin berantem karena bangkrut doang, kan? Soalnya dulu pernah bangkrut, tapi mama selalu dampingi Papa. Juju yakin ada alasan lain."
"Iya. Masa lalu," jawab Chandra.
"Masa lalu mama dateng. Ya mantan pokoknya, Papa sempat liat mereka ketemuan diam-diam, tapi mama gak pernah cerita. Papa masih maklumin mungkin ada cerita yang privasi jadi gak diceritain. Tapi, dugaan Papa salah. Kamu bisa lihat foto ini dan pasti paham kan?" Julian menerima selembar foto yang diberikan oleh Chandra padanya. Di sana ada ibunya dengan pria lain dan sedang berciuman.
Iya, berciuman.
"Mama selingkuh sama mantannya?" gumam Julian.
"Papa gak mau bilang begitu, tapi udah ada buktinya. Papa kecewa sama mama, dan ... kita putuskan buat bercerai. Kemungkinan besar, Papa gak bisa kasih uang dulu buat kamu. Jadi, kamu harus hemat-hemat dari sekarang, Papa juga mau pindah ke Singapura untuk sementara waktu."
"Oke, Juju gapapa. Kalau emang mau pisah dan memang itu jalan terbaik, pisah aja. Juju gak bakal marah sama Papa ataupun mama. Julian cuman berharap Papa gak halangin aku kalau suatu saat Ken atau aku mau ketemu sama mama," ujar Julian.
"Iya. Oh iya, kamu suka Anna? Kemarin ada anak perempuan dateng, kebetulan ayahnya temen baru Papa dan mereka cerita dikit tentang kamu. Kalian berdua itu pacar—"
"Enggak, Pa. Gak bakal Juju pacaran sebelum Ken gede. Ribet atuh," gelak Julian.
"Toh aku gak ngerasain apa-apa pas sama dia. Udah udah, mending Papa refreshing dulu otaknya."
"Jagain Ken ya." Julian mengangguk.
"Pa, kalau Papa punya masalah lain boleh kasih tau aku ya." Chanda mengangguk paham, pria itu mengecup singkat pipi cucunya sebelum meninggalkan rumah ini.
Chandra. Dia segera pergi dari sana dan masuk ke dalam mobil. Dia termenung hingga tak sadar ada yang mengalir di kedua pipinya. Iya, Chandra menangis sambil memegang dadanya sendiri—sesak—rasanya. "Maaf, Ju. Papa belum siap kasih tau semuanya ke kamu."
Di sisi lain, Julian terkekeh renyah. Hatinya hancur sekali mendengar kabar itu. Padahal dulu keluarganya sangat harmonis bak lakban. Namun, mengapa semuanya jadi berubah?
"Penipu," katanya.
"Mama ataupun papa sama-sama penipu. Aku udah tau kalian cuman nikah kontrak, dan persyaratannya udah abis. Aku juga tau kalau Papa sembunyikan tentang penyakitnya. Tapi, kenapa harus sekarang sih?"
- P A P A -
ALOOO!
Ini lama banget hiatusnya, maap ya T_T
Gimana kabar kalian? Semoga baik-baik aja ya, btw gimana chapter kali ini? Kaget gak? Wkwkwk