bab9

34 4 0
                                    

Pagi ini matahari bersinar dengan Ceria. Membawa kehangatan bagi setiap insan yang ingin menjalani aktivitas.

Seperti biasa, Ceri menunggu kedatangan bis sekolah di dekat gang rumahnya. Tiba-tiba suara klakson motor mengganggu pendengarannya. Ceri menatap pengendara motor yang berhenti di depannya.

"Kak Arthur berisik" ujar Ceri pada Arthur. Cowok yang sengaja membunyikan klakson terus menerus.

"Ngapain Lo di sini" tanya Arthur yang pastinya basa-basi. Karena pastinya ceri sedang menunggu bis. Jika dia bukan anggota bandnya mana mungkin Arthur mau menghampirinya.

"Nunggu bis" jawab Ceri ramah.

"Mau bareng gak, mumpung gue lagi baik" tawar Arthur berbaik hati menawarkan tumpangan gratis. Jarang-jarang dia mau berbaik hati pada orang tapi pengecualian untuk anggota bandnya.

"Emang boleh" tanya Ceri ragu siapa tahu cowok itu hanya sedang mengerjainya.

"Kalau gak boleh ngapain gue nawarin, nih pake" gemas Arthur lantas memberikan helm ke pada Ceri. Ceri mengambilnya lalu memakai helm tersebut setelah itu ia naik ke motor Arthur.

"Pegangan" titah Arthur supaya Ceri tidak jatuh.

"Iya kak" Ceri menurut lantas melingkarkan tangannya di perut Arthur.

Beberapa detik kemudian Arthur menjalankan motornya. Arthur melihat Ceri melalui kaca spion. Ia tersenyum simpul melihat wajah Cantik dan Ceria gadis yang di boncengnya. Cewek itu seperti tidak memiliki masalah, selalu terlihat ceria.

Angin pagi berhembus menerpa wajah keduanya. Hingar bingar suara mesin menemani perjalanan mereka menuju sekolah. Sepanjang perjalanan tidak ada yang membuka suara, keduanya sama-sama terdiam dengan pikirannya masing-masing.

Saat sedang asyik berkendara, tiba-tiba ban motornya kempis. Arthur memberhentikan motornya di pinggir jalan.

"Kak kenapa berhenti kan belum sampai" tanya Ceri bingung kenapa Arthur berhenti padahal sekolah masih jauh.

"Lo gak liat ban motor gue kempes" ujar Arthur membuat Ceri segera melihat ban motornya. Dan benar saja ban motor belakang memang kempis.

"Terus sekarang gimana?" Tanya Ceri bingung dengan apa yang harus dilakukannya. Setahu Ceri di sekitar sana tidak ada tambal ban yang dekat.

"Ya kita dorong"

"Di dorong" ulang Ceri.

"Kenapa keberatan?" Ujar Arthur sinis bisa di tebak Ceri pasti menolak. Mana ada cewek yang mau panas-panassan berjalan sambil mendorong motor.

"Gak. Ya udah ayo" ujar Ceri turun dari motor. Tanpa Arthur duga ternyata Ceri tidak seperti cewek kebanyakan. Keberatan untuk membatu mendorong motor, bahkan di ajak naik motor butut saja mereka sudah tidak mau.

Arthur turun dari motornya lalu ia mendorong motor itu di bantu Ceri. Mereka mendorong motor Vespa itu bersama-sama. Ceri tidak terlihat mengeluh ataupun terpaksa mendorong. Ia terlihat sangat senang.

"Kak Arthur ngapain liatin aku. Suka yah" ujar Ceri bercanda. Ia melihat Arthur yang memperhatikannya dari spion.

Arthur yang ketahuan telah memperhatikan gadis itu segera mengalihkan pandangannya.

"Apaan sih. Lo gak usah gr siapa juga yang liatin, apa lagi  suka sama Lo. Udah jelek kerdil lagi"

"Ish kak Arthur orang aku bercanda juga. Malah ngatain" ucap Ceri sebal. Cowok itu terlalu bawa perasaan, gampang berubah-ubah sikapnya. Cowok arogan itu kadang baik, kadang ngeselin.

Mereka terus melanjutkan perjalanan hingga akhirnya mereka sampai di sebuah warung. Warung tempat Arthur dan teman-temannya menongkrong.

Arthur memarkirkan motornya lantas ia berjalan ke arah warung. Arthur menarik kursi plastik dan mendaratkan bokongnya di sana. Sementara Ceri bingung ia ingin lanjut ke sekolah tapi gerbang sudah di tutup.

ARTHUR & CERIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang