1 jam telah berlalu mereka menghabiskan waktunya dengan mengobrol dari hal yang tidak penting sampai yang penting. Mereka juga bercerita tentang perjalanan bandnya, membuat Ceri semakin semangat untuk mewujudkan impian bersama mereka. Dan dari obrolannya dengan Irul, Ceri baru tahu kalau ternyata rumah cowok itu dekat dengan rumahnya, mereka tinggal satu kampung, hanya terhalang beberapa rumah lainnya. Maklum Ceri tidak tahu karena ia baru tinggal di sana selama satu tahun. Sebelumnya Ceri, tinggal di rumah kontrakan dekat rumah Viona.
Waktu Ceri kecil, ia juga pernah tinggal bersama neneknya di Bandung, tapi tak lama karena ibunya sudah mendapatkan pekerjaan di Jakarta.
"Cer, udah sore nih kayaknya kita harus balik deh takut dicariin ortu," ucap Rhea sambil melihat jam dipergelangan tangannya.
"Iya nih, Cer, kita juga pamit ya," kata Irul lantas ia dan teman-temannya berdiri. Bersiap untuk pulang.
"Iya, lain kali main lagi ya," ucap Ceri, mereka beranjak keluar.
"Oke sip"
"Gws ceri"
"Salam ya buat ibu,"
"Iya"
Sebelum pulang Rhea, Viona dan Ceri, berpelukan dulu, lagi-lagi Seta merentangkan tangan bermaksud sama.
"Mau ngapain lo, hus-hus ganggu aja" usir Viona mengibas-ngibaskan tangannya. Mengusir Seta.
"Mau ikut pelukan, lah" jawab Seta enteng.
"Oh mau gue hajar sini-sini" Viona memamerkan kepalan tangannya. Bersiap untuk menjotos lelaki berbobot itu.
"Gak jadi" Seta menciut setelah itu ia menyusul teman-temannya.
"Hati-hati dijalan"
"Bye, Ceri" ucap Rhea, lantas ia dan Viona menyusul cowok-cowok itu.
Ceri memperhatikan kepergian mereka, dijalan itu mereka tampak asik bercanda. Terlebih lagi Seta sepertinya ia sedang menggoda Viona namun tak mempan, terlihat dari Viona yang malah menendang pantatnya. Ceri tersenyum melihatnya. Setelah semua menghilang dikejauhan Ceri kembali kedalam. Namun, tak lama pintu rumah kembali diketuk. Ceri yang hendak mengambil handuk dikamarnya langsung bergegas membuka pintu.
Ceri membuka pintu, dihadapannya ada Arthur, membuat Ceri kaget. Ia kira salah satu temannya balik lagi, barang kali ada barang yang ketinggalan ternyata tebakannya salah.
"Kak Arthur ada apa?"
"Gue mm" Arthur menggaruk kepalanya yang tak gatal mendadak bingung apa yang harus ia katakan pada Ceri.
"Gue mau jenguk Lo" jawab Arthur tadi saat ia nongkrong di warung cowok itu berpikir dulu apakah ia harus menjenguk Ceri atau tidak.
Ada sedikit perasaan senang di hatinya saat tahu Arthur datang untuk menjenguknya. Sepertinya Arthur tidak seperti yang di katakan orang-orang terhadapnya. Kata orang Arthur tidak pernah peduli pada orang lain dan hanya peduli pada dirinya sendiri.
"Kenapa gak bareng sama yang lain?"
"Males, bareng mereka berisik" Sebenarnya Arthur hanya tidak ingin teman-temannya tahu kalau ia ingin meminta maaf pada Ceri, karena ia terlalu gengsi untuk meminta maaf di depan mereka.
"Padahal bareng mereka seru, loh" Jelas Ceri.
"Iya seru sampai lo lupa nawarin gue buat duduk, pegel nih kaki" Kata Arthur bercanda.
"Oh iya lupa, kak, kita ngobrolnya di sana ya biar enak" Kata Ceri menunjuk bangku yang ada di bawah pohon depan rumahnya.
"Padahal gue becanda, loh, tapi Okelah" Arthur dan Ceri pun melangkah menunju bangku tersebut dan mereka pun duduk di sana.
"Cer nih buat lo" Ujar si pria batik, menyerahkan bukusan yang dia bawa. Tadi di perjalanan ia sempat mampir dulu ke toko, membeli kue sebagai buah tangan.
"Makasih kak, jadi ngerepotin" Ceri mengambilnya. Ia merasa merepotkan Arthur, padahal mereka baru kenal beberapa hari tapi Arthur begitu baik padanya, begitu pun dengan teman-temannya. Ceri beruntung bisa mengenal mereka.
"Gak ngerepotin kok, cuman lain kali lo gak usah sakit lagi. Gue kan jadi gak makan nasi goreng" Canda Arthur. Tapi memang benar dia selalu mengharapkan makan nasi goreng yang di bawa Ceri.
"Kak Arthur suka banget ya sama nasi goreng?" Tanya Ceri. Dia merasa Arthur seperti bahagia saat menyantap nasi goreng yang di bawanya.
"Suka banget, soalnya enak persis seperti bua...tan nyokap" di akhir kalimat suara Arthur melemah.
"Seperti apa kak?" Tanya Ceri yang tak mendengar kalimat terahir Arthur.
"Bukan apa-apa!" Kata Arthur lantas ia pun berdiri dari duduknya.
"Cer, gue balik dulu"
"Kak Arthur mau pulang? Cepet banget banget baru juga nyampe!" Kata Ceri yang juga ikut berdiri.
"Kenapa? Kangen Lo sama gue" Ucap Arthur tersenyum pd.
"Idih apaan, sih. Siapa juga yang kangen sama kak Arthur" ucap Ceri.
"Bohong lo, ngaku aja kali" goda Arthur lantas Ia mencubit pelan pipi chuby milik Ceri.
"Kak Arthur sana pulang" Kata Ceri yang terdengar menggemaskan. "Makasih ya udah jengukin Ceri"
"Iya" Kata Arthur tapi tak kunjung pergi cowok itu malah terdiam.
"Kak, katanya mau pulang. Kok, diam?" Tanya Ceri heran. Katanya cowok itu mau pulang tapi malah diam seperti sedang memikirkan sesuatu.
"Lo ngusir gue" Arthur sedikit sewot. Ia belum pergi karena sedang berfikir apakah iya akan meminta maaf atau tidak pada Ceri. Tapi sepertinya Gengsinya terlalu tinggi.
"Bukan ngusir tapikan tadi kak Arthur yang bilang mau pulang" Ceri kan hanya bertanya tapi kenapa ia di tuduh mengusirnya.
"I'm sorry" Cuma itu yang bisa Arthur katakan tanpa memperjelasnya tujuannya meminta maaf.
"Ya sudah, sekarang terserah kak Arthur mau pulang atau enggak. Tapi aku mau kedalam mau mandi" jelas Ceri yang sudah merasa badannya lengket.
"Pantesan jelek, bau lagi. Ternyata Lo belum mandi" ledek Arthur sebenarnya Ceri Cantik dan masih wangi baby. Ya wangi baby. sepertinya cewek itu menggunakan perlengkapan mandi bayi.
"Kak Arthur pulang ya" Ceri mendorong tubuh Arthur yang susah bergerak. Cowok itu hanya berpindah sedikit.
"Ih apaan sih jelek." Arthur menyentil pelan jidat Ceri "Ini gue juga mau balik. Lama-lama deket Lo, bau bayi"
"Kak Arthur yang bau" kata Ceri, seraya berjalan cepat meninggalkan Arthur.
"Lo jelek"
Ceri berbalik badan untuk membalas Arthur, "Kak Arthur, tiang listrik"
"Lo kerdil"
"Kak Ar.."
Ceri belum sempat menyelesaikan kalimatnya karena keburu takut melihat wajah Arthur. "Apa?" Ceri menggeleng lantas pergi.

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHUR & CERIA
Teen FictionCeria! sesuai dengan namanya gadis itu selalu ceria. Berawal dari sebuah kotak makan mempertemukannya dengan seorang pria yang menurutnya paling menyebalkan. Pertemuan mereka terus berlanjut hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta. Namun apakah hu...