Arthur menarik nafas lesu saat memasuki rumahnya. Selalu saja sepi tidak ada satupun keluarga di rumahnya. Tidak ada sosok ayah, tidak ada sosok ibu, mereka terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Hingga lupa bahwa di rumah ada anak yang selalu menunggu kehadiran mereka.
Arthur membuka pintu kamarnya lalu ia masuk dan menghampiri meja yang ada di dalam kamarnya. Mencari sebuah benda yang kemarin ia taruh di atasnya. Mengacak benda-benda yang tersusun rapi, supaya menemukan benda yang di carinya. Tunggu kamarnya rapi dan bersih. Siapa yang membereskannya tidak mungkin pembantu di rumahnya karena dia sedang pulang kampung.
"Kemaren gue taruh di sini. Kok gak ada. Ini lagi siapa yang beresin kamar gue" gumam Arthur seraya berkacak pinggang.
"Nyari apa sih?" Tanya seseorang membuat Arthur terlonjak kaget.
"Ditanya malah kaget"
Arthur menarik nafas dan mencari sumber suara. Ia menemukan seorang gadis sedang berbaring di tempat tidurnya.
"Lo ngagetin gue. Sejak kapan Lo di kamar gue" tanya Arthur yang tidak menyadari kehadiran gadis manja di kamarnya. Gadis yang tidak terlihat selama dua tahun dan sekarang dia muncul lagi.
"Dari tadi gue disini," jawabnya dengan suara khasnya, seraya beranjak dari tempat tidur.
"Siapa yang ngijinin Lo masuk kamar gue?" Tanya Arthur pada gadis yang sudah berada di depannya.
Cewek itu, duduk di meja dan mengayun-ayunkan kakinya. Menggelengkan kepala lantas berkata, "Gak ada. Emangnya kenapa gak boleh ya,"
"Iya gak boleh," ketus Arthur. Cowok itu tidak suka kamarnya di masuki oleh orang lain tanpa seizinnya.
"Ih kok gitu sih," dia mengerucutkan bibirnya.
"Cassie, Lo kan yang beresin kamar gue?"
"Iya. Abis kamar Lo berantakan, jadi gue punya inisiatif untuk beresin kamar lo," Cewek itu tersenyum manis. Senyumnya mirip sekali dengan Ceri, bedanya cewek di hadapannya sangat manja dan cerewet sementara Ceri mandiri dan polos. Arthur tersadar kenapa ia mikirin Ceri dan membandingkannya dengan Cassie.
"Lo liat gak kotak warna biru di atas meja ini?" Arthur menunjuk tempat di mana ia meletakkan kotak itu.
"Kotak," gumam Cassie seraya mengingat-ngingat. "Oh kotak itu. Udah gue buang ke tong sampah"
"Kenapa Lo buang, Cassie Shenesty," geram Arthur jika bukan cewek yang ada di hadapannya. Mungkin ia sudah memakinya.
"Abis kotor, bau, jadi gue buang deh," jawab Cassie santai tanpa ada sedikitpun rasa bersalah ataupun takut melihat wajah Arthur yang sudah ingin marah.
Arthur menarik nafas sebelum ia pergi. "Mau kemana?" Tanya Cassie saat melihat Arthur pergi begitu saja tanpa memarahinya, tumben.
°°°
Arthur baru saja dari tong sampah, tidak ada apapun di sana. Ia menghampiri satpam rumah.
"Pak sampahnya kok gak ada, sudah di angkut?"
"Iya den sampahnya sudah di angkut baru saja. Kenapa ya den?" balas satpam.
Arthur menggaruk jidat nya, "Itu ada barang saya yang kebuang"
"Oh barang apa ya den? Biar saya susul mungkin belum jauh," usul satpam. Membuat Arthur tersadar kenapa tidak kepikiran olehnya.
"Bukan barang berharga sih, tapi penting. Biar saya aja deh yang susul," Arthur berlari-lari masuk ke rumah untuk mengambil kunci motor. Setelah itu ia kembali dan mengambil motor sport di garasinya. Arthur memakai motor itu, agar lebih cepat di banding motor kesayangannya.
Satpam membukakan pintu gerbang untuknya. "Hati-hati den,"
°°°
Di jalanan motor sport yang di kendarai Arthur melaju dengan cepat menyusul mobil sampah di depannya. Arthur menyuruh pengendara mobil untuk berhenti ketika ia sudah berada di samping mobil itu.
Mobil sampah berhenti begitu juga dengan Arthur. Cowok itu segera mencari kotak yang ada di mobil truk itu. Arthur menutup hidungnya kebauan. Demi kotak itu, Arthur mengabaikan bau busuk yang menyengat di hidungnya. Mengacak-acak tumpukan sampah sampai akhirnya ia menemukan benda yang di carinya.
Arthur bernapas lega dan tersenyum girang seraya loncat-loncat gak jelas. Pengemudi truk sampah sampai geleng-geleng kepala melihat tingkah Arthur. Sudah seperti menemukan harta karun di tumpukan sampah saja, sampai sebegitu senangnya. Setelah loncat-loncat gak jelas, Arthur kembali menaiki motornya untuk kembali kerumah. Kali ini motornya melaju dengan kecepatan normal, tidak mengebut seperti tadi.
Setelah sampai, Arthur memasuki rumahnya dengan bau tidak sedap yang di dapatnya dari sampah tadi.
"Arthur Lo bau banget. Habis ngapain sih?" Cassie yang sedang berada di ruang tengah mencium bau yang membuatnya ingin muntah. Dia menutup hidungnya.
"Ini tuh gara-gara Lo," Arthur berjalan menghampiri Cassie. Kalau saja Cassie tidak lancang membuang benda yang ada di kamarnya, mungkin Arthur tidak akan seperti ini sekarang.
"Kok gue," Cassie menunjuk dirinya dengan ekspresi wajah mengemaskan.
"Iyalah. Kalau Lo gak buang kotak ini, gak mungkin gue ngacak-ngacak sampah," ujar Arthur menunjukkan kotak yang di bawahnya. Arthur sendiri tidak tahu kenapa ia rela melakukannya hanya demi mendapatkan kembali kotak berwarna biru itu.
"Itu kotak apaan sih? Kayaknya Lo sayang banget sama itu kotak sampai rela kotor-kotoran?" Cassie bergidik jijik dengan penampilan Arthur yang berantakan dan bau. Cewek itu, paling anti sama yang kotor-kotor, karena ia sangat menjaga kebersihan.
"Kotak ini sangat berharga buat seseorang," ucap Arthur yang kemudian disesalinya karena Cassie pasti mengintrogasinya. Bukan apa-apa, Arthur hanya tidak ingin membahas tentang pemilik kotak itu.
"Seseorang? Siapa?" Cassie memicingkan mata, "pacar Lo ya?" Cassie penasaran ia ingin tahu siapa orang yang membuat Arthur rela memegang sampah.
"Gue gak punya pacar. Ini punya temen gue," jawab Arthur jujur. Memang benar ia tidak punya pacar dan mungkin tidak akan pernah.
"Temen apa demenan," goda Cassie membuat Arthur sedikit salting.
"Apaan sih. Lo kapan balik ke indo?" Tanya Arthur mengalihkan pembicaraan.
"Kemarin." jawab Cassie, "Gue nginep di sini ya tur," Cassie meminta ijin untuk menginap.di rumah Arthur.
"Gak. Lo balik sana, entar di cariin," Arthur tidak mau mengijinkan Cassie menginap di rumahnya karena cewek itu pasti akan menggangunya. Dulu saja saat Cassie menginap di rumahnya, Arthur sampai tidak bisa tidur karena Cassie selalu mengganggu ketenangan Arthur dengan minta ini dan itu.
"Di rumah gak ada orang. Om Richard lagi pergi ke luar kota katanya ada urusan," ucap Cassie memberi tahu.
"Kenapa Lo gak ikut. Biasanya Lo ngekorin dia, kemanapun dia pergi Lo pasti merengek mau ikut," Arthur tahu Cassie tidak bisa jauh dari omnya. Waktu sekolah saja, Cassie selalu bolos agar bisa ikut omnya keluar kota maupun ke luar negeri.
"Gak di bolehin. Katanya gue harus belajar mandiri biar gak manja," Cassie memutar bola matanya jengah dengan perkataan omnya yang terekam jelas di kepalanya.
"Om Lo benar, mendingan sekarang pulang . Belajar tinggal sendiri, lagian di rumah Lo banyak bodyguard jadi Lo gak usah takut," tutur Arthur. Memang di rumah Cassie ada banyak bodyguard yang selalu siap siaga untuk menjaga keamanan Cassie dan keluarganya. Cassie adalah cucu dari pengusaha ternama di German. Banyak sekali orang yang ingin menjatuhkan perusahaan kakeknya dengan berbagai cara, salah satunya dengan mencelakai keluarganya.
"Maka dari itu bolehin gue nginep disini, di rumah gue kan banyak bodyguard kalau gue di jagain sama aja bo'ong," Cassie memutar otak, beralasan supaya Arthur mengijinkan. Kalau ia pulang, sia-sia perjuangannya pergi diam-diam dari rumah.
"Ya udah terserah Lo," Arthur mengalah ia sudah jengah berdebat dengan Cassie yang tetap dengan pendiriannya. Arthur capek, ia ingin istirahat.
"Yes, makasih baby," Cassie memeluk Arthur sedetik kemudian ia melepaskannya tersadar kalau Arthur belum mandi.
"Gak usah panggil baby, gue bukan bayi,"

KAMU SEDANG MEMBACA
ARTHUR & CERIA
Teen FictionCeria! sesuai dengan namanya gadis itu selalu ceria. Berawal dari sebuah kotak makan mempertemukannya dengan seorang pria yang menurutnya paling menyebalkan. Pertemuan mereka terus berlanjut hingga akhirnya mereka saling jatuh cinta. Namun apakah hu...