Part 38

2.4K 255 24
                                    

Hi! Terima kasih untuk support para readers.. Aku up sesuai janji.

Enjoy ^^

_______________________________________________

Lebih sedikit yang Elsie tahu, maka lebih baik. Tidak ada gunanya berterus terang akan keadaannya.

Lagipun, Naya sudah cukup belajar banyak dari pengalaman. Dia tidak mau lagi membahayakan hidup orang lain karena menyelamatkan dirinya.

Tetapi ia tak ingin pula menampilkan kesan membangun tembok dan membuat Elsie meragukan hubungan baik mereka. Ia ingin meyakinkan bahwa mereka bergaul tanpa sekat dan rahasia. Maka dari itu Naya memutuskan untuk memuaskan rasa penasaran sahabatnya itu. Dan mengarang sebuah cerita.

"Keluargaku punya hutang yang harus dituntaskan.. Jadi aku setuju untuk menikah dengan pria ini." Tukas Naya. Gadis itu merasa tak sepenuhnya berbohong.

"Bagaimana rupanya?"

"Pria tua. Wajahnya benar-benar buruk."

"Sesuai dengan bayanganku." Elsie yang mengangguk yakin membuat Naya harus menahan diri untuk tak tertawa geli.

"Berapa banyak hutang keluargamu?"

"Ntahlah.. Kurasa jumlahnya sudah tidak terhitung."

"Sungguh? Separah itu? Lalu bagaimana kau mau melunasinya? Sudah difikirkan?"

"Aku yakin Tuhan memberi kita sepasang ginjal karena suatu alasan. Aku bisa menjual salah satunya. Bisakah kau membantuku? Kudengar sebelumnya kau bekerja di rumah sakit."

Tampaknya Elsie benar-benar termakan bualan itu. Wajahnya menegang, ia tak bisa berkata-kata.

"Hey! Aku hanya bercanda!"

Elsie mencebikkan bibirnya. "Itu tidak lucu.." Wajah merajuknya sungguh menggemaskan.

"Baiklah.. ini serius. Aku tak bisa menaksir jumlah hutangku. Kami membuat perjanjian untuk menikah dalam kurun waktu tertentu. Seharusnya perjanjian kami sudah berakhir, tapi tampaknya dia belum berniat melepaskanku darisini."

Cerita demi cerita terus bergulir, Naya mencampuradukkan kenyataan yang terjadi dengan imajinasi ketika ia membahas Ken. Namun, ntah bagaimana saat berakhir membahas tambatan hati, Selain nama dan pekerjaannya, tak ada hal lain tentang Alfa yang sengaja ia rubah. Naya mengisahkan Alfa dengan mata penuh cinta. Rasanya dadanya langsung dipenuhi kerinduan terhadap pria itu.

Selama ini Naya mengira Alfa adalah satu-satunya tujuan untuk bertahan hidup. Ia menginginkan Alfa.. di sisi lain ia merasa sudah tidak pantas untuk bersanding dengan pria itu. Dirinya merasa kotor dan hina, terlebih ia juga menyalahkan diri atas hal yang menimpa Viena. Naya sendiri bingung bagaimana harus mengisahkan kelumit cerita cintanya kepada Elsie. 

"Seperti yang kau lihat, Aku tertekan, merasa depresi dan hampir gila. Aku terpaksa merelakan orang yang aku cintai dan saat itu aku merasa hidupku sudah tanpa harapan. Tetapi....setelah itu kau muncul dan memperbaiki segalanya."

"Jangan bilang kau menyukaiku." Elsie pura-pura memasang wajah khawatir.

"Tentu saja! Aku sangat menyukaimu...," Naya menggantungnya sebentar sebelum melanjutkan kalimatnya. "Sebagai seorang teman. Kau sungguh luar biasa, Elsie. Kau menyadarkanku bahwa definisi cinta itu luas. Aku memang kehilangan cintaku pada Jonathan. Tapi aku punya cinta dalam wujud lainnya."

Jonathan adalah nama samaran yang Naya sematkan kepada Alfa. Ntah mengapa nama itu yang terfikirkan olehnya. 

Naya menunjuk maneken berbusana gaun itu dengan memajukkan dagunya. "Aku punya cinta dalam wujud lain, sebuah profesi."

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang