Part 39

2.5K 255 63
                                    

Hi! Please leave comment and <3 I'll appreciate it ^^*

____

Sejak kapan?

Itu pertanyaan yang mungkin terdengar mudah.

Namun, suara-suara di benak Ken terdiam.  Mereka juga  tak punya jawabannya.

Pada saat itu, Ken mulai bimbang dengan langkah yang harus ia tempuh begitu menyadari perasaannya.

Apakah sebaiknya ia melupakan masa lalu? Melepas Naya begitu saja?

Bayangan Naya bersama Alfa seketika mencuat di hadapannya. Ken menepisnya dengan gelengan kepala.

Tidak boleh. Itu ide yang sangat buruk.

Karena sudah sadar punya perasaan, rasanya justru semakin berat melepas gadis itu.  Apalagi merelakannya dengan orang lain.

"Mr. Emmert? Apakah ada masalah?"

Seorang gadis muda yang sedang berdiri di atas podium menghentikan penjelasannya di tengah rapat. Ada perasaan cemas yang tak dapat disembunyikan dari nada suaranya.

Ken sempat mencari celah untuk mengkritisi. Namun, dengan cepat ia tersadar itu hal yang kurang pantas ia lakukan. Para pekerjanya sudah bekerja dengan cukup baik. Untuk dirinya yang punya standart cukup tinggi, sekedar mencapai batas tidak mengecewakan saja sudah bagus. Tapi kerja keras para pekerjanya lebih dari sekedar tidak mengecewakan. Mereka sungguh memuaskan Ken. 

"Aku hanya takjub. Selamat untuk kalian yang sudah bekerja keras dalam debut kemarin."

Ruangan dipenuhi tepuk tangan meriah. Semua orang senang atas apresiasi itu. 

Begitu rapat usai Ken langsung bersembunyi di ruangannya yang tenang, tak lupa meninggalkan pesan kepada Nora untuk tak menganggunya.

Selama berpisah dengan Naya, Ken menempati  rumah mendiang ibunya. Dirumah itu ia dibesarkan dengan para pelayan  selagi ibunya yang sakit hanya bisa mendampingi perkembangan Ken di atas tempat tidur. 

Pagi tadi pun, Ken berangkat dari rumah itu untuk pergi menghadiri meeting—menempuh tujuh jam perjalanan udara, dilanjutkan sekitar satu jam perjalanan dengan mobil.  Sebenarnya ia bisa menghadiri rapat secara virtual. Ntah mengapa Ken memilih berangkat untuk tatap muka secara langsung. Walaupun sampai sana, Ken juga lebih banyak melamunkan hal lain.

Ia jadi agak menyesal jauh-jauh datang.

Setelah tepekur dalam ruangannya selama satu jam lebih, ia keluar tanpa hasil.

Rasanya Ken ingin segera kembali ke rumah ibunya. Tapi ia merasa terlalu lelah. Sehingga memilih  meluncur ke kondominiumnya yang berada paling dekat dari gedung EltCorp. 

Ken tak ingin memikirkan apapun di sisa hari itu. Ia menyampaikan pada dr. Brown bahwa ia tidak akan ikut mendampinginya dalam mendengarkan Elsie untuk kali ini.

"Rekam semuanya dari awal. Aku tak mau kau mereka ulang. Kau mungkin akan mengurangi atau menambahkan bumbu cerita."

"Sejak kapan aku seperti itu!" tukas dr. Brown dengan nada tersinggung.

"Pokoknya, aku ingin mendengar dari awal nada sambung berbunyi."

dr. Brown menyumpahi Ken dalam hati.   

Sesuai agenda, Ken memang tertidur lebih cepat, tetapi pada akhirnya ia terbangun di penghujung malam. Ia berusaha melanjutkan tidur nyenyak tanpa mimpinya, namun hal itu tak kunjung terjadi.

Ia sudah berniat buruk untuk menjajah jam tidur orang lain. Namun, Ken harus mengenyahkan niat buruk itu sebab dr. Brown ternyata cukup siaga. Ken menemukan pemberitahuan pesan masuk dari dokter muda itu—berisi rekaman maklumat Elsie. Sesuai permintaan, dr. Brown benar-benar merekamnya dari awal suara nada sambung terdengar.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang