Part 8

12.9K 576 11
                                    



Dari ekor matanya Katelyn mengawasi sosok itu berjalan mendekat. Dia yang sudah terlanjur sakit hati bersumpah akan membuat sosok itu memohon.

she will makes Ken apologize.

Sayangnya, tidak ada kamus 'minta maaf' dalam hidup Ken.

"kau mau ikut denganku?" Ken bahkan tidak ingin repot untuk sekedar basa-basi.

Katelyn tersenyum mengejek. "kau mengajakku bersenang-senang? padahal kau baru saja mengabaikanku."

"Will you come or not?" tanya Ken tidak sabar.

Katelyn tahu harga dirinya akan terluka bila dengan mudahnya mengiyakan ajakan pria yang baru saja menolaknya itu. Pria itu benar-benar tidak memberikannya kesempatan untuk jual mahal sedikitpun. Disisi lain, Katelyn tidak ingin kehilangan kesempatan menghabiskan waktu dengan pria ini. Pesonanya bagaikan pangeran di dongeng-dongeng putri. Melihat penampilannya, Katelyn yakin dia bukan orang biasa.

Terlalu malu untuk mengiyakan, Katelyn berdiri lantas mengamit tangan lelaki itu. Membuat Ken mengembalikkan senyuman mengejek.

***

Katelyn bukannya tidak memahami situasi yang terjadi, bahwa mengiyakan ajakan pria itu sama saja menyerahkan dirinya. Dia bukan tipe wanita yang bisa memberikan tubuhnya kepada sembarang orang, dia sangat pemilih. Tidak hanya beruang, mereka pun harus berparas tampan. Dan para pria tampan berprofesi elok selalu rela menantikan seorang Katelyn. Menuruti permainannya yang suka dengan sengaja menunda-nunda untuk tidak segera berlari mencapai permainan inti hanya untuk melihat para lelaki putus asa itu semakin mengila untuknya.

Dan pria yang namanya baru ia kenal sekian menit yang lalu punya kesabaran yang sangat buruk. Kenzio Emmert.

"Jadi, apa pekerjaanmu?"

"What are you wearing behind that dress?" Ken mengalihkan pertanyaan Katelyn.

Katelyn tidak suka pria dengan attitude seperti ini, ia akan serta merta meninggalkan pria yang membuatnya merasa tidak dihargai. Dan Ken benar-benar membuatnya merasa terhina karena menunjukkan intensinya terang-terangan. Seolah hal-hal lainnya sama sekali tidak penting baginya.

"masalah pekerjaanku, kita bisa mendiskusikannya belakangan." ujar pria itu tersenyum. Sialnya senyum itu membuat Katelyn berdebar.

"Kita bisa memulai pemanasan sebelum sampai dihotel." Katelyn tetap diam, meremas gaunnya dengan gugup. Ntah lari kemana kepribadiannya yang selama ini selalu tampak tangguh dihadapan laki-laki. Ia juga harus menelan kekecewaan menyadari Ken membawanya ke hotel ketika laki-laki lain selalu membawanya ke kediaman mereka.

Tentu saja, Ken tidak ingin membawa pulang perempuan ke rumah yang ia tinggali bersama dengan ayahnya. Properti lain milik ayahnya memang tersebar mulai dari rumah, apartmen, resort, villa, kondotel yang jumlahnya cukup banyak hingga sebagian terbengkalai menjadi hal yang mubazir. Ken bisa saja meminta Julius mengurus hal itu untuknya bermalam. Tapi tentunya akan memakan waktu, dan Ken merasa hal itu tidak lah terlalu penting. Toh ini hanya akan menjadi hubungan one night stand.

"Haruskah aku yang memulai?" Katelyn tampak tidak bisa menjawab pertanyaan itu.

Tepat ketika lampu merah menghentikan mereka, Ken berpaling dan merengkuh tengkuk Katelyn, perempuan itu terkejut mendapati bibir Ken sudah mendarat dibibirnya. Tangan pria itu tidak diam, Ken menyingkap gaun Katelyn memberi usapan-usapan lembut dipangkal pahanya membuat Katelyn tanpa sadar mendesah ditengah ciuman.

Ketika angka yang menghitung mundur di traffic light selesai, Ken memutus pagutan mereka. Seolah ia punya mata ketiga. Dengan ciuman singkat itu, Katelyn sudah merasa badannya menjadi panas dingin. Lidah Ken dan tangan nakal pria itu yang sempat bermain-main dengannya membuat sosok liarnya menunjukkan diri.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang