Part 22

7.3K 495 27
                                    

please don't be a silent reader ya. vote dulu, comment kemudian ^^

Sejak awal Ken sadar tak punya pilihan selain menceritakannya pada sang ayah. Cepat atau lambat Ed akan segera mengetahuinya. Dengan blak-blakan Ken menceritakan bahwa Naya kabur dari apartemen mereka lalu menuduh Alfa adalah dalang dibalik semua ini. Ken menjelaskan bahwa Naya masih menyimpan hati dengan mantan kekasihnya itu.

Mengenai penyerangan fisik terhadap Naya, tentu saja tak dibahasnya sedikitpun.

Mendengar penuturan Ken, Ed justru berakhir menyalahkan diri sendiri. Ia merasa begitu naif.

Dalam bayangannya, ia percaya watak keras Ken akan melunak dan luluh dalam genggaman Naya, Begitu pula Naya yang tak menyimpan banyak pengalaman dengan lelaki pasti dapat ditaklukan oleh Ken. Seperti saat Ed memiliki perasaan kuat mengenai Ken yang akan sukses menggiring EltCorp pada kejayaan, hal itu pun kemudian terbukti. Sayang, untuk yang ini firasat Ed meleset. Ternyata kegigihannya menjodohkan Ken dan Naya berbuah kesalahan besar.

Sementara Ken yang dulu membenci perjodohannya, sekarang justru berbalik tak mau melepaskan. Dengan status suami ia menganggap bisa leluasa menyiksa Naya bertubi-tubi. Melihat sang ayah yang menunjukkan sinyal ingin menyudahkan pernikahan mereka mendorong Ken mencetuskan kebohongan lain.

"Aku tidak ingin bercerai. Aku rasa, aku mulai mencintainya." Ed tampak sedikit terkejut. Ken mengira ayahnya tak mungkin percaya semudah itu, tapi jawaban lelaki tua itu diluar dugaannya.

"Dad yakin cepat atau lambat kau akan mencintainya. Dad tahu ini akan terjadi. Itulah mengapa dahulu aku begitu keras menjodohkan kalian." ungkap Ed serius.

Ken nyaris tercengang dengan jawaban ayahnya itu. Ia mengigit bagian dalam bibirnya untuk membungkam diri.

Hey, apakah lelaki sesempurna diriku bisa jatuh hati dengan wanita rendah seperti Naya? Ketahuilah Dad, Aku berkata demikian agar kau tidak menjauhkannya dariku!

Ed yang begitu saja percaya, tak mempersiapkan kemungkinan cinta sepihak. Perhitungannya hanyalah berhasil atau tidak sama sekali—bukan yang setengah-setengah. Ed tidak ingin memaksakan bila hanya satu hati yang tumbuh rasa. Tak ada alasan untuk mempertahankan hubungan sepihak. Kendati begitu pengakuan Ken tetap membuat hati Ed semakin terbebani. Dan memang itulah tujuan Ken membuat pengakuannya. Berharap sang ayah memberikan dukungan untuknya.

"bisakah kau pertimbangkan kembali hubunganmu? Kau tidak bisa memaksakan perasaan seseorang."

Ken menjawab dengan gelengan tak percaya. "Dad yang dulu memintaku menikahinya. Sekarang apa? Kau menginginkan kami bercerai?"

"Tapi kau gagal! Hubunganmu tidak berhasil!" Ed membentak demi menyembunyikan kesedihannya.

"Semua ini memang salahku. Aku ayah yang egois. Maafkan aku... Tapi mari kita menyudahinya, nak. Sebelum waktuku habis untuk membenahi ini semua."

demikian Ken sadar bualannya sudah tidak berhasil.

***

Seorang Eddie Eemert yang sudah berusia separuh abad lebih meninggal setelah seminggu dirawat di ICU.

Area pemakaman dipenuhi lalu lalang orang berbaju hitam. Suasananya juga tidak begitu ramai untuk sekelas orang sepenting Ed. Wartawan hanya diperbolehkan menunggu diluar gerbang. Penjagaannya ketat—seperti biasa.

Memasuki minggu ketiga sejak kepergian Naya, kesehatan Ed mulai menurun. Suster pribadinya sempat mewanti-wanti supaya tidak stress. Namun tak menunggu lama, pria paruh baya itu tumbang juga.

Ed telah menerima asupan gizi melalui tancapan infus di pembuluh darahnya, tak lagi punya selera untuk mengunyah apapun. Kondisinya sangat memprihatinkan. Terakhir kali bibirnya sudah sulit diajak kompromi. Ucapan Ed mulai terdengar kabur—sulit dimengerti. Diagnosa dokter menerangkan ia terserang stroke.

Kalau Naya mendengar kabarnya, ia sudah pasti pulang dengan sendirinya. Ken menahan diri untuk tak membiarkan gadis itu tahu. Tak hanya itu, Ken bahkan mengutus Julius agar bagaimanapun caranya pesan dari Ed yang meminta Naya kembali kerumah tidak pernah sampai. Ada beberapa utusan Ed yang lain. Beberapa pesan mereka berhasil sampai ke kediaman Alfa, tapi tidak pernah pula terdengar oleh Naya. Ken selalu bisa punya mata dan telinga pengganti. Kali ini mata dan telinga itu justru didapatkan dari orang yang sangat Naya percaya. Menaklukan targetnya yang satu itu perlu mengerahkan usaha ekstra.

Pagi itu Naya tengah menikmati secangkir teh hangat ketika tahu-tahu Alfa memeluknya begitu erat, membisikan kabar duka itu. Alfa ikut mengantar Naya ke pemakaman, ditemani sang adik.

Ken mengangguk tak peduli ketika Julius membisikan kedatangan mereka. Hari ini ia kehilangan minat untuk merecoki hidup gadis itu.

Ken bagaikan orang yang kehilangan pikiran. Sama halnya dengan Naya yang belum bisa menerima kenyataan. Gadis itu berdoa akan terbangun dari tidurnya dan menemui Ed yang bernyawa. Naya sungguh rindu memeluknya.
Ia menangis dalam rengkuhan sang kekasih. Beberapa orang disana memperhatikan mereka. Bertanya-tanya mengapa Naya justru berada di pelukan lelaki lain. Julius sekali lagi membisikan sesuatu ditelinga Ken yang dijawab dengan gestur tak peduli dari lelaki itu.

Ken tak ingin menghabiskan waktu berlama-lama dipemakaman.  Ia bahkan berhasil melewati Naya dan sang kekasih tanpa curi pandang sedikitpun . Sebaliknya, Naya lah yang setengah berlari menghampirinya.

Mencegat Ken, Naya langsung memegang tangan itu. "Kau sengaja menutupi kabar ayah dariku!" ujarnya, susah payah menahan sesak. Tak perlu mengeluarkan banyak tenaga, Naya langsung tersungkur begitu Ken menyentaknya sedikit. Alfa yang tak jauh darisana terlihat tidak terima dengan perlakuan Ken. Untungnya ada Viena yang segera mengingatkan bahwa mereka sedang berada di pemakaman.

"Tidak elok membuat keributan pada hari peristirahatan seseorang." Alfa mengangguk patuh mendengar nasihat sang adik.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang