Part 31

5.4K 383 66
                                    

Part ini panjang banget loh... so If you like my story, give me support by leave comment and vote.

**

Bayangan Ken berdiri di depan ruangan yang terlihat dibawah celah pintu membuat Naya mundur. Ketika punggungnya bersinggungan dengan tembok ruangan, perempuan itu pun berhenti—Hanya sejauh inilah jarak yang bisa diakomodir untuk menjauhi Ken.

"Kau tahu aku bisa membuka pintu apapun di rumah ini. Jadi jangan bodoh , buka pintunya! Jangan membuat ini menjadi sulit.." Ken mulai mengkombinasikan perintahnya dengan gebrakan di pintu.

Naya tahu benar keadaannya benar-benar terpojok. Ia memang tidak punya pilihan selain menyerahkan diri. Namun dirinya justru meringkuk ketakutan di sudut ruangan. Ia masih mengharapkan keajaiban akan terjadi. Angin puting beliung, gempa bumi, tsunami, hujan meteor, apapun itu yang bisa menimbulkan kekacauan yang cukup untuk membuat Ken pergi dari hadapannya.

"I will count to three.." ucapan Ken terdengar sarat ancaman. Lelaki itu pun mulai menghitung.

"One.....,"

"Two.....,"

Kesempatan terakhir, namun Naya belum juga bergeming. Ken menggantikan hitungan ketiga dengan umpatan.

"Fuck! I promise, you will regret it!"

Naya bisa melihat bayangan kaki Ken menjauh dari pintu. Tak lama lelaki itu kembali.

Bunyi putaran kunci membuat Naya bergerak ke arah nakas dengan dekorasi miniatur ksatria berkuda. Ukurannya yang tidak terlalu besar, membuat Naya mengangkatnya dengan terkejut. Pajangan berbahan perak itu rupanya cukup berat. Benda itu bisa digunakan untuk membunuh, dengan cara menimpuk kepala Ken.

Naya yang sudah tidak bisa berfikir jernih, menunggu Ken membuka pintu. Dan lantas melontarkan benda itu, tepat ketika pintu terbuka.

"Fuck!!" Ken mengutuk.

Tampak tetesan darah segar mulai berjatuhan di lantai ruangan. Sayangnya, bukan Ken yang terluka. Julius lah yang membuka dan memasuki ruangan lebih dulu. Naya tentu tidak dapat mengantisipasi hal itu. Tampak kulit pelipis Julius terkoyak. Dalam hitungan menit saja kaos yang dikenakan Julius sudah nyaris bersimbah darah seutuhnya. Dari kepala, darah itu terus mengucur tak mau berhenti.

Julius tidak mengeluh sakit. Tapi raut mukanya tidak bisa berbohong.

Ken bergegas memboyong Julius ke rumah sakit terdekat yang jaraknya masih sekitar 56 mil dari lokasi mereka. Lokasi mereka memang jauh sekali dari pusat kota. Warga sekitarnya terkenal masih cukup primitif. Bila ada yang sakit mereka lebih memilih tabib ketimbang seorang dokter.

Tak heran setiap kali mobil mewah Ken melintas jalanan, semua orang ikut menengok kagum. Mungkin Suatu hari nanti mereka akan sangat terkejut disaat Ken memiliki panggilan mendesak dari Eltcorp dan mengharuskannya melewati langit rumah warga sekitar dengan sebuah helicopter. 

Terlalu cemas meninggalkan Naya di rumah sendirian tanpa ada pengawasan,membuat Ken memutuskan untuk membawa serta Naya.

Mobil mereka pun meleset dengan cepat. Ken berusaha menghubungi dr. Brown sembari menyetir. Menjelaskan keadaan darurat yang menimpa Julius. Ia benar-benar berfikir Julius tidak akan selamat karena kehilangan banyak darah.

"Tenang lah, Ken. Tidak ada tanda deformitas. Dia pun tidak akan mati kehabisan darah."

"For fuck sake! His blood just keep flowing!" Ken meninju kemudi. Upaya dr. Brown untuk menenangkan justru membuat Ken senewen. "Resolusi cameraku sudah sangat bagus Eric. Tidakkah darisana kau bisa melihat dengan jelas, betapa hebat darahnya mengucur?!"

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang