Part 23

7.4K 497 70
                                    

tolong hargai karya ini ya😘 jangan jadi silent readers ❤️❤️

Kepergian seseorang selalu menyisakan lara bagi yang ditinggalkan. Sebagian yang ditinggal akan melewati berbagai fase.

Terkejut dan penyangkalan. Naya sudah melalui kedua fase itu. Ia pernah menyangkal dan berharap ini semua hanya ilusi, namun seiring waktu ia semakin bisa membedakan kenyataan. Tak perlu cubitan keras untuk menyadarkannya.

Setelah yakin Ed benar-benar meninggalkannya, Naya kini berada dibalik fase kemarahan.

Kemarahan itu tertuju untuk dirinya sendiri. Ia menyesali banyak hal.

Bila dirinya tidak pernah pergi dari rumah, apa Ed masih disini?

Raga Ed sudah berubah menjadi semacam proyeksi astral.

Aroma khasnya, hangatnya pelukan lelaki itu masih terbayang jelas dalam benak Naya.

Ketika proyeksi itu terbentuk, Naya akan tampil dengan tatapan kosong.

Alfa sungguh sedih melihatnya seperti itu. Ia berharap Naya akan segera membaik hingga sampai pada fase terakhir. Mengikhlaskan.

Lelaki itu berniat mengutarakan perasaannya begitu usai masa berkabung.

Alfa akan menyelesaikan pekerjaanya dirumah sambil menemani Naya bila memungkinkan. Sementara jika di dalam pekerjaan kehadirannya dibutuhkan, keluarganya lah yang mengambil peran. Mereka turut berusaha menghibur dan menguatkan Naya supaya perempuan itu semakin cepat membaik.

Hari ini Viena membujuk Alfa untuk membiarkannya dan Naya bersenang-senang. Bersenang-senang dalam kamus wanita adalah; pergi ke spa, memoles kuku dan menghabiskan uang untuk hal-hal yang tidak begitu penting.

Sebetulnya Alfa tak yakin. Ia tahu kepribadian Naya yang sangat berbeda dari gadis pada umumnya, namun ia pikir itu ide yang baik, ketimbang gadis itu berdiam diri dirumah yang hanya akan membuatnya bersedih karena mengingat Ed.

Gadis-gadis itu pun berpamitan.

"bersenang-senanglah." Alfa membelai kepala Naya.

"Tentu saja, kami harus bersenang-senang." Viena tersenyum manis.

hari itu pun ada keanehan dalam gelagat Viena.

Ia memang membawa Naya ke sebuah pusat perbelanjaan. Bagian yang aneh, tempat yang dipilihnya terlihat begitu sepi. Dirinya juga berulang kali memeriksa handphone sambil mengedarkan pandangan sejak memasuki gedung parkir. Viena akhirnya menangkap pandangan Naya kearahnya.

"Aku terbiasa parkir didekat pintu yang paling dekat dengan butik favoritku." Ia menjelaskan tanpa ditanya. Naya hanya mengangguk dan kembali menatap kedepan.

"Apa kau sering kesini?"

"t-tentu saja." Ntah mengapa Naya tak membaca ada kebohongan dalam jawaban itu.

"apa mal ini bangkrut? Aku tidak banyak melihat mobil terparkir." Akhirnya Naya merasa ingin tahu, tidak curiga. Ia sudah tak ingat berapa kali mobil mereka terus berputar ke lantai selanjutnya. Sejauh itu pula banyak lahan parkir yang masih tersedia.

Mal itu jelas sudah hampir tutup buku. Jumlah mobil disana bahkan masih bisa terhitung jari.

"kudengar memang ada rencana ditutup. Meski begitu butik favoritku masih bertahan. Aku kenal pemiliknya. Dia ingin menghabiskan kontrak dulu sebelum mencari lokasi baru."

Naya mengangguk sekali lagi.

Tak lama setelah Viena memarkir mobil, sebuah mobil Van meluncur dan memblokade dibelakang.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang