Part 42

1.5K 134 22
                                    

Terima kasih untuk temen-temen yang udah berkenan nyemangatin!

votes dan komen kalian bener2 aku hargain <3

_______________________________

Sesaat Naya sempat terkesan. Seseorang telah berhasil memindahkan tanpa membangunkannya semalam. Kemarin Ken memboyongnya ke sebuah kamar yang paling dekat dengan ruangan tempat ia disiksa, lalu ia terbangun dan mendapatkan dirinya sudah kembali ke kamar yang biasa ia tempati.

Rasa gatal di telapak kakinya lah yang membuatnya terbangun hari itu.

Sambil terduduk di ranjang, Naya mengipasi telapak kakinya, berharap bisa mengusir rasa gatal yang menganggu itu.

Kondisi luka-lukanya sudah jauh lebih baik berkat obat yang dibawakan dr. Brown. Malah kalau bisa, Naya acungi jempol atas obat dr. Brown itu. Ia pernah punya luka sebelumnya, proses pemulihannya tak secepat dan sehebat ini.

Rasa gatal pada lukanya yang mulai kering mengingatkannya pada sang ibu.

Sewaktu kecil Naya pernah jatuh saat memanjat dan mendapatkan luka di salah satu lutut kakinya. Naya kecil tak kuat untuk tak menggaruk lukanya yang sedang dalam proses penyembuhan.

lalu mendiang ibunya akan mengomel. Khawatir kalau-kalau luka itu akan meninggalkan bekas ditubuh gadis cantiknya.

Omelan itu lah yang membekas sampai hari ini. Naya sebenernya tak peduli bila tubuhnya dipenuhi bekas luka, hanya saja tanpa sadar ia ingin mendengarkan nasehat ibunya.

Tak menunggu lama, dr. Brown menerobos masuk dengan baki berisi sarapan.

Naya langsung paham bagaimana hal itu bekerja.

"Selamat pagi.. bagaimana kondisimu hari ini?"

Naya melengos malas. Menyadari dibalik semua ini ada Ken yang tengah mengawasi mereka.

Segelas susu hangat, omellete bayam keju dan potongan kiwi dan anggur menjadi menu sarapannya pagi ini.

Naya tahu Ken juga lah yang menyiapkannya.

Setangkai mawar adalah petunjuk paling jelas. Sebelum insiden penyiksaan kemarin pun, saat masih manis-manisnya, Ken hampir selalu meninggalkan setangkai bunga. Bila sebelumnya sebagai estetika hidangan, kali ini ia seolah punya maksud lain. Misalnya, menjadikan bunga itu menjadi sebuah simbol atas perannya yang sudah bersusah payah menyiapkan sarapan Naya sejak pagi.

Rasanya Naya pun tak sudi melahap hidangan buatan lelaki itu. Tetapi memangnya dia punya pilihan?

Sebelum menyantapnya, Naya sengaja memungut setangkai mawar itu dari baki, lalu mencampaknya sejauh mungkin. Dia berharap akan menyinggung Ken yang mungkin sedang mengamati itu semua.

Sementara itu dr. Brown mulai bekerja membalurkan obat oles dari kemasan yang mirip seperti pasta gigi dengan versi ukuran sangat mungil. Hanya sepersekian detik setelah dibalurkan, rasa gatal yang terasa menganggu sebelumnya langsung berganti dengan rasa sejuk. Selain mempercepat proses penyembuhan, obat oles itu dapat menolong Naya meredakan rasa gatal selama lebih kurang sepuluh jam.

Dr. Brown masih berpura-pura menyibukkan diri usai merampungkan tugasnya.

"Aku punya berita baik untukmu." Bisik pria itu, yang ditanggapi Naya dengan tak acuh.

"Elsie akan kembali besok."

Naya melirik dr. Brown, begitu sadar pria itu tak sedang bergurau, ia pun langsung menggusur baki yang terhantar diatas pahanya—Mengakhiri sesi sarapannya yang memang sudah hampir selesai.

KANAYATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang