Chapter 3 (part 16)

248 6 0
                                    

2 tahun kemudian. Middletown, Connecticut, AS.

'92 theater tampak lenggang, mahasiswa teater yang sedang latihan untuk pertunjukan satu persatu meninggalkan gedung. tinggalah sendiri seorang gadis cantik berkulit putih yang terlihat sedang mengemasi propertinya kedalam tas ransel berwarna biru, warna favoritnya. Jaket tebal dengan kupluk yang sudah menutupi kepalanya, ditambah dengan sneaker semi boot berwarna senada dengan tasnya membuat gadis cantik ini seperti sudah melupakan kejadian 2 tahun silam di inodnesia,Prilly. Ya mungkin Prilly sudah lupa atau mungkin dia masih mengingatnya dengan jelas tapi sekuat hati Prilly berusaha melupakannya. Diusianya yang ke 20 tahun Prilly tampak lebih dewasa walaupun sifat childishnya masih sesekali menghampirinya.

"oi... serius amat." itte mengkagetkan Prilly yang sibuk mengemas propertynya. "udah selesai kan?, yuk ke rumah galang." ujar itte mengajak sahabatnya ini untuk menjenguk Galang.

Galang sudah 3 hari tidak masuk kuliah, demam tinggi sampai mamanya harus bertolak ke Amerika karena mengkhawatirkan Galang yang enggan dibawa ke rumah sakit. Padahal persiapan theater untuk pertunjukan Valentine bersama Prilly dan teman-temannya yang lain tinggal 1 minggu lagi.

Prilly mengangguk dan menggandeng sahabatnya ini yang menahan berat membawa gitar dipungungnya untuk segera meninggalkan gedung.

"woi, pelan-pelan kali, berat ne". protes itte seraya merogoh kantong jaketnya, mengambil sarung tangan dan mengenakannnya. 

Prilly tersenyum melihat sahabatnya ini yang jelas menahan beban berat dipunggungnya.

"makanya, lain kali gitar ditaruh aja dikampus. daripada bolak balik bawa gitar rumah - kampus,. capee kan, entar lo makin pendek lho". cibir Prilly mendekatkan wajahnya ke sahabatnya ini.

"berisik lo. udah buruan," pungkas itte seraya berjalan mendahului Prilly. Prilly tertawa lebar sebelum akhirnya mengejar itte dan berjalan menyusuri jalan basah disekitar kampusnya.

Musim dingin membuat sebagian jalan di kawasan middletown basah bahkan gunungan es dan salju masih berada disisi-sisi jalan yang membuat jalanan menjadi licin. langkah kaki Prilly dan itte tampaknya sudah terbiasa dengan keadaan basah dan licin seperti ini. walaupun mereka baru 2 tahun di Amerika namun kaki mereka tiada pernah henti mengelilingi kota disetiap musimnya.

"Pril, liburan musim panas gue balik ke Indonesia ya, lo mau ikut gak?". ungkap itte disela perjalanan mereka menyusuri jalan menuju rumah Galang. maklum saja tempat tingal mereka dekat dengan Kampus, jalan kaki adalah cara yang simple untuk menikmati keindahan tepi sungai connecticut dari wesleyen hingga tempat tinggal mereka.

"hah, serius lo mau pulang?" ucap prilly sejenak menghentikan langkahnya sebelum akhirnya melanjutkan kembali perjalanannya.

"hhmm, gue serius lah, tahun kemarin kan kita gak balik ke Indonesia jadi tahun ini gue mau balik". terang itte, seolah mengingatkan Prilly bahwa mereka sudah 2 tahun meninggalkan Indonesia.

"tapi kan, baru 2 bulan yang lalu orangtua kita kesini". jawab Prilly. seperti ada rasa ingin menghentikan itte untuk kembali ke Indonesia.

" Pril, musim panas juga 5 bulan lagi." celah itte kesal lalu berjalan mendahului Prilly.

Mungkin ada alasan yang berhubungan dengan kejadian 2 tahun silan. tentang Ali. yang membuat Prilly enggan kembali ke Indonesia dan lebih memilih orangtuanya yang datang ke Amerika selalu dengan alasan "sekalian liburan, mama, papa dan raja belum pernah kan ke Amerika". tapi entahlah, itu hanya Prilly yang tau. siapa yang tau jika Prilly memang enggan ke Indonesia karena dirinya aktif di dunia teater, hampir tiap bulan kampusnya selalu mendaftarkan nama Prilly untuk ikut beberapa kegiatan teater baik antar kampus ataupun teater yang berdifat komersil. bagian dari mimpi Prilly menjadi pemain teater profesional.

KOTAK SEJUTA MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang