chapter 1 (part 7)

205 9 0
                                    

Prilly masih bergulat dengan selimut bermotif doraemon karakter jepang favortitnya itu. cuaca diluar mendung entahlah mungkin tiba masanya musim penghujan, hampir setiap detik langit menjukkan wajah suramnya, menggelap dan meneteskan bulir-bulir air yang melumpuhkan jalanan.

matanya mengerjap, menatap sayu langit - langit kamarnya. sesaat matanya tertuju derasnya air yang jatuh dibalik tirai jendelanya. membuat rasa kantuknya menguap bersama dinginnya pagi ini.

prilly melangkah menuju balkon kamarnya yang basah karena derasnya hujan. lantai balkon yang dingin menjalar keseluruh sendi tubuh melalui pijakan kakinya.

matanya terpejam, waktu berputar kebelakang begitu lambat. anggannya melayang pada kejadian sore itu. ali menciumnya, kecupan ringan itu mampu membuat tubuhnya memanas. 

prilly meraba bibir mungilnya sesaat dia merasakan kembali sentuhan hangat dari bibir tipis ali. prilly menikmati setiap detik yang berjalan saat bibir itu menetap dan terus menyatu dengan bibirnya.

udara pagi berhembus kencang menyapu wajahnya yang terpejam. prilly tersentak. apa yang baru saja hinggap dipikirannya, laki-laki itu berhasil mengaduk perasaannya.

***

ali menatap jauh gelapnya cuaca pagi ini, senyum kecil menghiasi sudut bibirnya. "prilly," pekiknya dalam kebisuan.

"prilly," sentak alya yang entah sudah berapa lama gadis ini duduk dibelakang adiknya.

ali tersentak kaget dan memandang kakaknya dengan wajah aneh.

"dari kapan kak alya disini, kok gak ketok pintu dulu," ali berusaha mengalihkan pikiran alya, yang mungkin saat ini sedang dipenuhi dengan satu nama "Prilly".

"sedari kamu menyebut nama prilly," alya meberikan jedah lalu tersenyum. " sejak kapan gadis manis itu menguasai pikiranmu," lanjut alya.

"apaan sih kak," ali terlihat salah tingkah.

"kakak senang akhirnya ada yang bisa menghancurkan dinginnya sikap kamu,"

" es kali kak dingin, atau ini ni... sekarang kan musim hujan jadi udaranya dingin. iya kan," celetuk ali dibarengi tawa lepasnya.

adiknya ini memang tidak pernah menganggap beberapa hal menjadi serius terutama masalah cewek, dia tidak pernah serius. tapi kali ini alya melihat hal yang aneh dalam diri adiknya. mungkin saat ini dia sedang jatuh cinta, atau mungkin yang paling sederhana dia sedang memulai bersahabat.

***

bu syahrini dan pak bandi berjalan cepat menuju ruang latihan teater sebenarnya hari ini hari sabtu, kegiatan perkuliahan lumpuh karena hari libur. tapi sore ini dua guru teater ini mengumpulkan semua murid yang tergabung dalam drama teater yang akan digelar akhir bulan depan. sepertinya ada hal serius yang akan disampaikan.

"bu syahrini mana sih, lama banget,!!" celetuk prilly.

"sabar pril, dikit lagi juga datang," jawab itte santai.

prilly menopang dagunya diatas meja, bibirnya manyun dan gerak bola matanya kesegala penjuru.

"ali ga datang ya te," tanya prilly kepada sahabatnya ini. 

"gue gak tau pril, udah gue sms sih tapi dia gak bales," terang itte yang sibuk memainkan gitarnya. 

"ooo..." prilly menyadarkan kepalanya diatas meja. sementara teman-temannya yang lain sibuk mendalami peran yang sudah didapatnya. prilly harus mendalami peran seperti apa, lawan mainnya bertolak ke amerika padahal mereka pemain inti.

"galang lagi," seru itte menyandarkan kepalanya dibahu prilly yang menyandar di meja.

prilly mengangguk. itte tersenyum. tidak berapa lama pak bandi dan bu syahrini membuka pintu dan mengumumkan sesuatu.

" anak-anak... ayoo berkumpul dulu," teriak pak bandi.

"maaf kalau bapak dan ibu harus mengganggu waktu libur kalian sore ini. bapak ingin memberitahu kalian kalau yang menggantikan galang bukan dari kelas bapak karena mereka semua sedang sibuk menyiapkan kompetisi lain di singapura. jadi bapak putuskan untuk voting dikelas bu syahrini." terang pak bandi panjang.

" iya memang ibu harus mengambil salah satu dari kalian untuk menjadi pengganti galang,"

tiba-tiba ali memasuki ruangan yang membuat bu syahrini menghentikan pidatonya. " ali, kamu baru datang," tanya bu syahrini. 

" iya bu, maaf karena saya bawa motor dan hujan makanya saya berteduh dan terlambat datang," terang ali menjelaskan keterlambatannya.

" ya sudah kamu duduk dulu," ali melangkah menuju tempat duduk kosong di samping itte.

"tunggu ali," belum sempat ali duduk pak bandi menghentikannya. " kamu anak teater?" tanya pak bandi.

ali menggeleng pelan sambil meletakkan tasnya dimeja.

"bukan pak, ali ini anak musik, saya mengambil dia dan itte untuk membuat ilustrasi musik didrama ini," jelas bu syahrini.

"bu syahrini, ali sepertinya cocok menggantikan galang," semua mata melotot kearah pak bandi tak terkecuali ali dan prilly. mereka kaget dengan perkataan pak bandi.

tanpa pikir panjang pak bandi menyuruh ali kedepan dan memberikan draft cerita drama teater . semua mata terfokus kepada sesosok pria berwajah indo - arab itu. 

"aku mungkin seperti kapas, yang rapuh dan mudah terbawa angin... tapi aku merasa sempurna bila melihat senyum manis disudut bibirmu, walaupun itu sesaat dan lalu pergi, dan butuh waktu lama untuk kembali melihat senyuman itu, tapi aku bahagia."


seisi ruangan bersorak setelah kalimat terakhir terucap dari bibir ali. mungkin bukan karena kalimat itu, tetapi karena kini ali sudah berhadapan dengan prilly, tangan kirinya memeluk pinggang gadis manis itu merapat dengan tubuhnya, dan tangan kananya sibuk membelai halus bibir mungil prilly.

prilly sesaat memejamkan matanya, bukan berusaha membangun chemistry seperti yang dilakukaknya bersama galang untuk mendalami peran. tapi ada rasa yang lain yang dirasakanya. prilly memeluk erat laki-laki ini, matanya masih terpejam. namun sesaat prilly tersentak dengan riuhnya suara tepuk tangan yang menyetujui ali menggantikan peran  galang. 

ali dan prilly melepaskan pelukannya. semoga mereka semua tidak menyadari kalau barusan yang terjadi bukanlah bagian dari pendalaman peran. 

"gue liat itu..." itte meledek dan menyenggol tubuh mungil prilly yang masih belum 100% kembali kesadarannya.

prilly tersentak, wajahnya memerah. itte benar, dia selalu berhasil membaca pikiran sahabatnya.

"apaan sih lo, ga lucu tau," prilly tersipu mendengar ledekan sahabatnya,

sementara ali, terus memadang lekat wajah prilly yang sudah seperti kepiting rebus.

"wajah lo lucu," ucap ali pelan seraya tersenyum meledek. itte tertawa lepas mendengar ucapan ali seraya meperhatikan wajah prilly yang memerah.

"apaan sih lo berdua, puas bikin gue malu, terus aja meledek," celetuk prilly seraya memanyunkan bibirnya.

ali dan itte semakin tertawa lepas. lalu bagaimana dengan prilly apa mungkin prilly hanya terlalu Ge-Er. sementara ali bisa tertawa selepas ini.

KOTAK SEJUTA MIMPITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang