✖20. Queen Bee

128 3 2
                                        

Sebelumnya, saya minta maaf ya karena lamaaaa bgt nggak update2. Dimaafin kan? Nih saya kasih 3000 words ++

Happy reading.


Queenta baru saja turun dari mobil Avanza. Ia mengunci gerbang dan masuk ke dalam rumah. Baru saja ia mencabut kunci dari lubangnya, terdengar bel gerbang depan berbunyi. Queenta mengintip dari celah tirai untuk melihat siapa yang datang. Ia tidak dapat melihat jelas karena penerangan di luar sedikit remang-remang, ditambah matanya yang rabun jauh. Ia membuka pintu dan menemui tamu di luar pagar.

Reyhan dan Reymond.

Mereka berdiri di depan pagar dan terlihat sumringah saat dirinya menampakkan diri dari balik pintu. Ia shock. Ia tidak pernah menduga dua cowok itu akan mendatanginya ke sini. Ke kosannya. Seingatnya, ia tidak pernah memberitahukan kepada mereka dimana alamat tempat tinggalnya. Lagipula, ia tidak pernah berbicara banyak dengan dua cowok itu.

Lalu, darimana mereka mengetahui kosannya? Dan untuk apa mereka kemari?

Queenta melangkahkan kaki dalam kebimbangan, ia masih belum percaya jika dua orang cowok itu ke sini. Ia melangkah melalui pijakan batu taman, sedikit berjinjit agar langkahnya tidak menimbulkan suara.

Sesekali ia menoleh ke arah jendela kamar Ibu Kosnya. Aman. Ia membuka gembok dan slot pintu pagar. Dua orang itu sudah mengenakan pakaian bebas, rambut mereka sama-sama basah. Apa mereka habis hujan-hujanan? Seingatnya hari ini prakiraan cuaca wilayah Jabodetabek cerah berawan. Tapi, tidak tahu juga sih jika mereka berkunjung ke wilayah Indonesia yang lainnya..

"Malem, Queen." Reyhan menyapa. "Belom tidur 'kan?"

"Belum, Kak." Queenta mengangguk, namun jawabannya berlawanan dengan reaksi anggota tubuhnya. Ia merasa seperti orang bodoh. Itu membuat Reyhan dan Reymond senyum-senyum melihatnya.

"Abis pergi sama Avanza ya?" ucap Reymond diselingi kedipan jahil.

"K-kok Kakak tau?" Queenta tergagap.

"Tadi ketemu di jalan," Reymond mengerling, Quenta hanya mengangguk-angguk dan teringat akan sesuatu.

"Mari, Kak. Masuk. Tapi maaf, kita cuma bisa ngobrol di teras. Tamu-" Queenta membuka lebih lebar pintu pagar agar dua orang itu lebih leluasa untuk masuk. Tapi, mereka tidak bergerak dari tempatnya dan Queenta hanya bisa menatap mereka bergantian.

"Ibu kos lo galak 'kan?" ucap Reyhan.

"Kok tau lagi?" Queenta tersenyum kecil meski ia bingung dengan dua orang ini yang seperti mengetahui sekali kehidupannya.

"Kita mau ngajak lo dinner. Kita masih punya utang sama lo, Queen." lanjut Reyhan lagi.

"Ya ampun, Kak. Aku nggak nganggep itu utang. Aku ikhlas bantuin," Queenta mengerang. Mereka masih saja mengingat hal itu padahal ia sendiri sudah lupa.

"Tapi kita ngerasa berhutang. Lo harus ikut sekarang ya?" ujar Reymond, tangannya hampir saja menggapai tangan Queenta namun sebuah suara mengejutkannya.

"QUEENTA! MASUK! INI JAM BERAPA?"

Queenta menoleh ke arah sumber suara. Ibu kosnya yang mengerikan berkacak pinggang di ambang pintu. Ia belum pernah diteriaki seperti itu oleh ibu kosnya, di sini ia diperlakukan seperti anak emas karena tidak pernah melanggar peraturan. Tidak seperti anak-anak lain yang selalu membuat ibu kosnya marah-marah. Kini ia jadi merasakan bagaimana berdengungnya telinganya akibat suara sopran ibu kosnya.

"Iya, Bu. Sebentar." Queenta menjawab agak lantang karena jarak dari gerbang ke depan teras lumayan jauh. Ia khawatir suaranya tidak terdengar nanti ia malah diomeli lagi.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

THREE REYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang