✱ 8. Baby Shark

394 70 52
                                    

Reyes sedang menyiapkan makanan untuk Cathy, peliharaannya. Ia menuang bungkus makanan kucing dan tiga iris daging ke mangkuk yang berbeda. Cathy menjilati kaki dan bulunya menunggu sang majikan menyajikan makanan itu untuknya, terkadang dia berputar-putar di sekitar Reyes memberi isyarat bahwa dia sudah tidak sabar menunggu lagi.

Reyes mengusap-usap kepala Cathy kala peliharaannya itu makan dengan lahap. Ia kasihan padanya harus telat makan malam ini dikarenakan menemani Reyhan menjadi pemulung di sekolahnya sendiri. Malahan, di detik perpisahan mereka tadi Reyhan ngambek padanya dan Reymond. Baru pertama kali ini Reyhan memperlihatkan emosinya, biasanya cowok itu paling ahli menyembunyikan kemarahannya.

Reyes menghela napasnya, ia duduk di kursi malas yang berada di tengah ruang keluarga. Ruang keluarga? Huh.. Dalam imajinasinya keluarga itu terdiri dari beberapa anggota keluarga. Ayah, ibu, kakak, dan adik. Tapi, di sini? Di hidupnya? Tidak ada satupun unsur itu. Masih bisa dibilang keluarga jika pada kesehariannya ia lebih sering sendirian? Hidupnya sudah seperti ini dari kecil, dari bayi. Ia tidak pernah mengenal orang tuanya, bahkan kakeknya baru akan memberi tahu siapa orang tuanya nanti saat ia lulus SMU.

Reyes tidak mengerti kenapa kakeknya harus menyembunyikan identitas orang tuanya. Kakeknya hanya mengatakan bahwa orang tuanya sudah meninggal, tapi hingga sekarang kakeknya itu belum pernah mengajaknya untuk berziarah ke makam orang tuanya. Memberi informasi setengah-setengah seperti itu hanya membuatnya penasaran. Tapi, bila memaksa kakeknya untuk mengatakan siapa ayah dan ibunya, seketika pria tua renta itu akan marah-marah dan tidak akan berbicara padanya berhari-hari. Ia merasa aneh dengan sikap kakeknya itu..

Sejak saat itu Reyes tidak pernah menyinggung tentang orang tuanya. Ia tidak mau kakeknya marah dan menjauhinya. Ia tidak memiliki saudara lagi selain kakeknya, dan kakeknya pun tidak memiliki sanak saudara. Ia adalah satu-satunya cucu dari si kakek ambekan itu. Mereka sama-sama saling membutuhkan, kenapa harus ada sesuatu yang disembunyikan? Benar-benar membingungkan..

Reyes hanya perlu bersabar, tidak baik memaksakan membuka rahasia sekarang juga bila belum waktunya untuk terkuak. Ia tidak mau mengalami kejadian buruk akibat kualat atau sejenisnya bila membantah perkataan orang yang lebih tua. Menanamkan pikiran kuno itu cukup membantunya hingga hari ini untuk tidak sok tahu menyelidiki siapa orang tuanya. Setidaknya, ia bersyukur masih memiliki seorang kakek dan Cathy.

"Hai, cucuku! Lagi mikirin apa sih?" sapa sebuah suara dan kini orang itu sudah berdiri di hadapannya. Baru saja ia menyebut kakeknya sekilas dalam pikirannya, sekarang pria tua itu sudah berada di sini. Sungguh ajaib!

Reyes bangkit dan mencium tangan kakeknya dan menyuruhnya duduk. Tapi, kakeknya itu tidak duduk. Dia hanya bergeser sedikit dari tempatnya berdiri. Ia masih belum percaya kakeknya datang ke sini.

"Lagi ngeliatin Cathy makan, Kek." Reyes mengarahkan matanya pada Cathy yang sedang menggigiti daging dengan rakus.

"Wah! Dia udah gede ya? Di kasih nama siapa? Cathy? Dia perempuan?" tanya kakeknya antusias. Ia mendekati kucing besar tutul-tutul itu. Lebih tepatnya memperhatikan bagian belakang Cathy. Kasian Cathy mendapat pelecehan tidak langsung dari kakeknya. "Kakek kira dia laki-laki. Karena dulu ada testisnya," decaknya terheran-heran.

"Itu bisul, Kek. Bukan testis.." sahut Reyes kesal. Suatu penghinaan memberikan hadiah seekor hewan, tapi hewan itu penyakitan. Reyes jadi harus repot membawanya ke dokter hewan. Itu sama saja mengerjainya.

Kakeknya tertawa. "Waktu beli, bisul itu belum ada. Liat aja sertifikat kesehatannya. Dia dinyatakan sehat."

"Ya sudahlah, lupakan. Terus, kenapa kakek dateng malem-malem begini? Nanti masuk angin, Kek." Reyes bertanya khawatir.

THREE REYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang