✱ 7. Case

389 77 40
                                        

"Woi, gank maho! Bolos aja lo!" teriak sebuah suara, ketiga orang yang sedang asik mengobrol dan merokok itu menoleh bersamaan ke tempat datangnya suara. Avanza mendatangi mereka yang sedang menikmati hidup sebagai pelajar nakal. Ada keperluan apa Avanza si ketua kelas Reyes mendatangi mereka? Dia bukan diutus Bu Michelle untuk menangkap mereka 'kan? Atau Avanza masih ingin mendengar kelanjutan fakta buruk dari Dea? Aih, menyebalkan..

Reyes, Reyhan, Reymond tidak menanggapi panggilan fitnah yang dilontarkan si ketua kelas itu. Mereka masih melanjutkan kegiatan masing-masing. Anggap saja Avanza tidak ada, beres kan?

Sejak pertemuan kemarin, Avanza ingin mengetahui kedekatan tiga Rey yang selalu lengket bila pergi kemanapun seperti amplop dan perangko yang tidak terpisahkan. Apalagi, tempat nongkrong mereka disitu-situ saja. Di pojok taman belakang yang jarang dilewati orang. Sebenarnya apa sih yang mereka lakukan bila sedang berkumpul? Palingan, tidak jauh dari merokok atau menonton video yang 'iya-iya'.

Dugaan tentang kegiatan negatif mereka benar terjadi, cowok-cowok ganteng itu tengah berlomba membuat asap di mulut masing-masing. Kecuali Reyhan yang sedang khusyuk memandangi layar ponselnya, mungkin Reyhan keasikan menonton video 'iya-iya' hingga tidak mempedulikan kehadirannya. Avanza berjalan mendekat dan duduk di sebelah Reymond. Reymond yang risih dibilang maho menyikut perut Avanza.

"Kita bukan maho, Goblok! Berapa kali dibilang sih?"

"Becanda, sensi banget.. Lo masih cemburu ya gue jadian sama Dea?" ledek Avanza sembari menunjuk wajah Reymond dengan jari.

"Lah, najis! Lo mau pacaran kek, mau nikah kek. Bodo amat!"

Avanza nyengir. "Gue udah putus sama dia."

"Sape yang nanya??" koor Reyes, Reyhan, Reymond bersamaan. Info yang sangat, sangat tidak penting. Siapa yang peduli dengan kabar seorang mantan pacar? Mantan itu tidak lebih dari sampah yang harus dijauhi dan dibuang jauh-jauh.

Avanza menutup telinganya. "Berisik njirr."

"Pergi lo! Ganggu aja!" usir Reymond. 

"Gue ke sini mau ngasih tau Reyes ada tugas,"

Reyes menoleh. "Tugas apa?"

"Biologi."

"Lo juga ada tugas tuh di kelas. Jangan mentang-mentang free class kabur-kaburan aja lo!" Avanza berkata pada Reymond, tapi cowok itu tidak meresponnya. Ia malah membakar rokok baru lagi.

"Ngapain ada free class gue bengong di kelas. Yang ada ntar gue kesambet." sahut Reyes cuek. Ia tidak suka jika free class, cewek-cewek mempunyai kesempatan untuk menyerbu tempat duduknya.

"Emang di kelas gue ada tugas apaan?" Reyhan bertanya sambil memasukkan ponsel ke dalam saku blazernya. Perhatiannya teralih karena Avanza membicarakan tentang tugas.

"Tadi pas gue lewat kelas IPS sih guru bahasa indonesia nyuruh literasi gitu. Nggak tau tentang apaan, palingan juga novel. Terakhir gue dengar sih besok dikumpulin."

"Besok?" ulang Reymond, ia merasa tugas ini terlalu mendadak. Masalahnya, ia tidak mempunyai buku fiksi atau buku apapun di rumahnya. Rak bukunya hanya dipenuhi buku paket pelajaran, itu pun dibuka jika saat musim ulangan.

Avanza mengangguk mengiyakan, ia menoleh lagi pada Reyes. "Lo sekelompok aja sama gue, nanti lo yang nyari materi buat presentasi terus gue yang bikin proposalnya."

"Lo aja semua yang ngerjain,"

"Ngelunjak. Udah ah, Gue balik ke kelas lagi. Lama-lama gabung sama lo pada ntar gue ketularan bego." Avanza bangkit dari duduknya, Reyhan yang tidak setuju bila mereka pembawa virus bego, melemparnya dengan bungkus rokok.

THREE REYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang