24. After he Left Me

75 3 0
                                    

Tiga tahun telah berlalu. Begitu banyak hal menyakitkan yang berusaha di kubur dalam dalam. Bukankah hidup harus tetap berlanjut. Menutup masa lalu dan kembali membuka lembaran baru, bersama orang baru tentunya. 

Ketika luka lama yang belum benar benar kering terpaksa harus ditutup. Keadaan memaksa untuk tetap bertahan meski tak lagi memiliki semangat yang sama.

Diam gadis itu di salah satu bangu taman. Menatap kosong pada laptop yang berada dalam pangkuannya. Helaian nafasnya terdengar pelan. Lantas mencoba untuk kembali fokus pada layar laptopnya.


"Hai.." seseorang datang dan langsung mengambil tempat disampingnya.

"Udah selesai kelasnya?" tanya seseorang itu.

Yang ditanya hanya mengangguk singkat. Lantas ia kembali sibuk dengan laptop yang berada di pangkuannya.

"Mau langsung pulang atau ke suatu tempat?"

"Pulang." singkatnya.

Seseorang itu tersenyum tipis lantas berdiri. Tangan kanannya terulur. "Ayo." ajaknya.

Tanpa menghiraukan uluran tangan yang tersuguh dihadapanya. Ia lantas berdiri dan berjalan terlebih dahulu meninggalkan seseorang itu di belakangnya.

Tersenyum kecut ketika uluran tangannya diabaikan.  Pemuda itu lantas menarik kembali tangannya secara perlahan. Menghela maklum sebelum akhirnya ia berlari mengejar gadis yang telah jauh dari jangkauan nya.

"Heejin tunggu."

Pemuda itu menyamakan langkah kakinya dengan langkah kaki Heejin. Badannya menghadap kearah Heejin, senyumnya melebar. "Mau es cream?" tanyanya.

Langkah Heejin berhenti. Kepalanya mendongak untuk menatap pemuda tinggi di sampingnya. Lantas mengangguk kecil untuk menyetujui ucapan pemuda itu.

Senyum pemuda itu merekah. Dengan semangat ia menggandeng tangan kiri Heejin untuk ikut bersamanya. Gadis itu tidak protes, hanya menurut kemana langkah pemuda itu membawanya.

Kini keduanya sudah berada di salah satu cafe yang berada di ujung jalan, tidak jauh dari lokasi kampus mereka. Heejin diam memperhatikan seorang pemuda yang tengah berdiri didepan kasir. Gadis itu kembali menghela pelan.

"Es cream macha untuk tuan putri Heejin." pemuda itu membungkuk sembari menyerahkan satu mangkuk yang penuh dengan es cream macha.

Heejin tersenyum tipis, tingkah pemuda itu mampu menghiburnya. "Terimakasih Guan."

Sosok itu mengangguk dengan senyum lebarnya. Menarik kursi untuk duduk dihadapan Heejin. Pemuda itu, Lai Guanlin yang selama ini menemani Heejin, selalu ada di saat tersulit dalam hidpnya. Dan pemuda itu yang perlahan membuat Heejin mampu bangkit dari keterpurukannya beberapa tahun lalu.

"Gitu dong senyum." ucapnya.

Lagi, Heejin hanya tersenyum tipis. Suatu kemajuan yang berhasil dicapai oleh gadis itu. Karena  tiga taun kebelakang yang Guanlin temui hanya Heejin yang hidup dengan keputus asaan. Raganya memang ada, tapi tidak dengan hati dan pikirannya. Seperti mayat hidup.

"Gimana kelasnya hari ini?" tanya Guanlin memecah keheningan. "Kata Renjun tadi lo ngelamun di kelas. Apa ada masalah?"

"Gak ada."

Walaupun mendapat jawaban singkat Guanlin tetap tersenyum. Setidaknya gadis itu bisa merespon keadaan sekitarnya. "Kalau lo butuh tempat cerita gue siap kapanpun dan dimanapun." 

Heejin mengangguk singkat. Guanlin pemuda yang baik, dari awal pemuda itu selalu berada di sisinya, membantunya, menemaninya dan senantiasa ada di kala Heejin membutuhkan bantuan. Heejin tidak bodoh jika pemuda itu tertarik kepadanya, Heejin tahu jelas akan itu. Hanya saja hatinya masih milik seseorang, dan sangat sulit rasanya untuk bisa menerima kehadiran orang baru.

Just You [versi remake 2021] || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang