Tatapan matanya berubah seketika, dibawahnya sosok pemuda terbaring tak sadarkan diri dengan segala luka yang memenuhi tubuhnya. Darah yang mengalir tampak sudah mengering di lantai. Ditendangnya pelan ujung kaki sosok tersebut. Nihil, berulang kali ia mencoba membangunkannya, sosok itu tetap terkapar diatas ubin. Na Seungri mendadak panik.
"Hei bangun kau!" kakinya mengguncang punggung Na Jaemin kasar.
"Ku tahu kau hanya pura pura, cepat bangun atau aku akan memberimu hukuman!" Na Seungri berteriak kesal, pasalnya sosok pemuda dibawah sana tak kunjung membuka matanya.
"Ck!!" ia berdecak keras. Tubuhnya menunduk rendah, menepuk kasar kedua pipi tirus Jaemin. "Masih tak mau bangun juga kau?!" ditekannya luka yang berada disudut bibir Jaemin.
Na Seungri membuang asal tongkat kayu dari tangannya kesembarang arah. Berdecak pelan, tubuhnya berbalik masuk kedalam rumah, tak lama ia kembali dengan satu timba berukuran sedang. Tanpa rasa kemanusiaan, Seungri mengguyur tubuh ringkih Jaemin dengan air dingin yang baru ia ambil. Pergerakan kecil yang Jaemin timbulkan membuat pria paruh baya itu diam diam menghela nafas lega. Artinya sosok Jaemin masih bernyawa pikirnya.
Kembali, Seungri menendang lutut Jaemin sedikit keras, membuat pekikan pemuda Na terdengar menggema di teras rumah. Perlahan Jaemin membuka kedua matanya yang begitu berat. Dengan susah payah kepalanya bergerak keatas menatap sosok ayahnya yang berdecak pinggang dihadapannya.
"a--ayah.." lirihnya.
"Cih bangun juga kau akhirnya." pria paruh baya itu melengos, menghindari tatapan pemuda Na.
Na Jaemin berusaha menggerakkan kedua tangannya yang terasa begitu kaku dan mati rasa. Sedikit susah, akhirnya pemuda Na mampu berdiri dengan berpegang pada pilar penyangga. Nafasnya sedikit tersengal, ia menggigit bibirnya kuat kuat saat kedua kakinya begitu sakit.
"a--ayah.." tatapan pemuda Na begitu terluka. Mengisyaratkan sebuah keputus asaan. "a-aku mohon, s-sekali ini saja." bibirnya bergetar.
"Ckk!!" Na Seungri melengos begitu saja, ia berbalik meninggalkan Jaemin yang memandanginya dengan sendu.
Hati Na Jaemin seolah dihantam oleh ribuan ton batu dalam sekejap. Begitu menyesakkan saat dirasa. Kepala pemuda Na tertunduk dalam, melihat kedua kakinya yang penuh luka cambuk dan menimbulkan darah. Tubuhnya bergetar kuat. Satu tetes air matanya lolos begitu saja. Kenapa dunia rasanya tidak adil kepadanya?
Na Jaemin menghapus air matanya kasar. Menarik nafas dalam dalam sebelum ia hembuskan perlahan. Jaemin berusaha menguatkan hatinya. Menganggap apa yang barusan terjadi adalah angin lalu. Senyumnya ditarik menghiasi wajahnya yang penuh luka. Na Jaemin harus kembali pada tujuan awalnya mengapa ia bertahan.
.
.
.
Pagi itu di hari Minggu, gadis Jeon dibuat terkejut dengan kehadiran seseorang yang berdiri di depan pintu apartement-nya. Pekikan gadis itu menguap di sunyinya pagi. Heejin memandang kaget wajah pemuda dihadapannya.
Tangannya terulur ragu menyentuh luka diwajah pemuda itu. "Na..."
Heejin meringis pelan. "Kenapa bisa seperti ini?" pandangan Heejin terangkat, menuntut sebuah penjelasan kepada pemuda Na.
"Ahh-- ayo masuk dulu." ditariknya pelan tangan kiri Jaemin untuk ikut masuk kedalam. Bukankah tidak sopan jika menyambut tamu didepan pintu seperti tadi.
Setelah mempersilahkan Jaemin duduk. Heejin berlalu mengambil kotak obat. Helaian nafas gadis itu terdengar. Tanpa banyak bicara, kedua tangannya dengan telaten mengobati setiap luka yang ada ditubuh Jaemin. Heejin menahan nafasnya saat melihat mata kanan pemuda Na yang bengkak, bahkan sekitar bola matanya berwarna merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Just You [versi remake 2021] || End
Fanfiction❝ Dari orang sederhana untuk kamu yang sempurna dengan cerita luar biasa. ❞ Nanaanggn_©2019 [Versi Remake ©2020] [Part akan di up bertahap mulai tahun 2021] Hasil karya sendiri. Don't copy my story!