16. I Promis U

144 5 0
                                    

"Astaga Jaemin!!"

Tiffany langsung berlari menghampiri tubuh putra tirinya yang tergeletak tak sadarkan diri dengan seragam yang penuh oleh darah. Wanita itu baru saja sadar dari pinsan-nya beberapa waktu lalau. Tiffany menunduk, memperhatikan wajah Jaemin yang kini berada dalam pangkuannya dengan berlinang air mata.

"Jaemin sayang, bangun nak." Tiffany menggigit bibirnya ketika tidak mendapat respon apapun dari pemuda Na.

Pikiran wanita itu kembali melayang pada kejadian semalam. Dimana ia menyaksikan dengan kedua bola matanya sendiri ketika Na Jaemin mendapat pukulan bertubi dari ayahnya. 

"Mark..."

"Mark.. Tolongin Jaemin Mark.." berulang kali Tiffany memanggil putranya, namun nihil tidak ada sahutan sama sekali. 

Wanita cantik itu melirik pada jendela besar yang tertutup tirai abu abu. Sinar cahaya yang mulai menerobos masuk menandakan hari telah berganti. Jadi selama itu Na Jaemin tak sadarkan diri dan tidak ada satu orang pun yang menolongnya?

Hati Tiffany mencelos.

Pelan pelan Tiffany meletakkan kepala Na Jaemin ke tempat semua. Wanita cantik itu lantas berdiri mencari keberadaan anak dan suaminya yang mendadak menghilang. Langkah lebar Tiffany menuruni tangga dengan tergesa, mencari ke sekeliling rumah yang hasilnya nihil. Anak dan suaminya tidak ada di rumah. Air mata Tiffany kian mengalir deras, segera ia berbalik dan berlari kembali ke kamarnya.

"Jaemin nak, kamu yang kuat ya nak." tangan wanita itu bergetar membelai wajah pemuda Na yang penuh dengan darah. 

Tangan kiri Tiffany bergerak menghubungi nomor seseorang, yang sekiranya bisa membantunya membawa Jaemin ke rumah sakit segera.

"H-halo Jaehyun, tolongin anak tante sekarang hiks.."

.

.

.

Di dalam ruang kelas, ketiga pemuda tingkat akhir itu menatap kearah pintu kelas degan raut cemas. Menanti seseorang yang tak kunjung tiba, padahal sebentar lagi bel masuk berbunyi. Tapi sepertinya sosok yang mereka tunggu tidak datang pagi ini, terbukti setelah bel berbunyi dan pelajaran dimulai, sosok yang ditunggu tidak muncul.

Guanlin menyenggol pelan lengan Renjun yang ada disampingnya. Kepalanya mendekat ke telinga pemuda Huang. "Njun, Jaemin gak masuk." bisiknya.

Pemuda Huang mengangguk pelan, matanya memang fokus ke papan tulis dimana pak Choi sedang menerangkan materi, tapi tidak dengan pikirannya. Mendengar teman sebangkunya menyebut nama oknum yang mengganggu pikirannya membuat Renjun menghela pelan.

"Apa mungkin Jaemin telat bangun?" Guanlin mengangkat bahunya tidak tahu.

"Gue gak bisa hubungi Jaemin dari semalam." Haechan yang duduk di belakang mereka menyahut. Sudah sejak semalam pemuda Lee mencoba menghubungi Na Jaemin dan boro boro mendapat balasan, pesannya sama sekali tidak di baca.

Renjun menoleh kebelakang, menghadap Haechan sepenuhnya. "Kau serius?" tanyanya yang langsung diangguki pemuda Lee. "Apa terjadi sesuatu tentang anak itu?" sungguh Renjun dibuat cemas setengah mati pagi itu.

Sungguh tidak seperti biasanya pemuda Na membolos tanpa memberi tahu para sahabatnya terlebih dahulu. Biasanya Jaemin akan memanfaatkan Guanlin untuk mendapatkan surat ijin tidak masuk. Tapi pagi itu mereka tidak mendapat kabar dari pemuda Na sejak semalam.

Lai Guanlin menyimak dalam diam. Perasaannya sejak semalam menjadi tidak tenang, sungguh ini bukan dirinya yang seperti biasanya. Guanlin bukan tipe orang yang terlalu memusingkan hal tak mendasar, tapi setelah mendengar penjelasan Haechan pemuda Lai menarik sebuah kesimpulan.

Just You [versi remake 2021] || EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang