***
"Aksara!"
Panggilan keras mengema di kantin sekolah yang padat akan murid-murid. Berhasil membuat cowok jangkung itu menemukan keberadaan kedua temannya. Tepatnya pojok belakang kantin sekolah, seseorang melambaikan tangan kepadanya.
Mengunakan seragam dan hoodie abu-abu yang biasa ia kenakan. Aksara berjalan menghampiri kedua temannya.
Pada akhirnya, ia menarik kursi dan duduk bergabung dengan kedua temannya yang sibuk dengan sarapan mereka.
Cakra yang melihat Aksara duduk didepan-ya menghentikan suapan nya. "Gimana? Udah sehat lo?!"
Aksara menghembuskan nafas gusar. "Seperti yang lo lihat," jawab Aksara lalu meminum minuman yang entah milik siapa ada didepan-ya.
Dirga ikut menghentikan suapan-nya, diletaknya punggung tangannya di kening Aksara yang ada disebelah-nya. "Ck, masih panas gini Sa, Muka lo juga masih pucat gitu gue liat," ujarnya.
Aksara mengalihkan atensi nya pada Dirga sepenuhnya. "Gue udah enggak apa-apa Dirgaa."
"Mending lo istirahat dirumah Sa, enak kan. Mumpung lo ada alasan buat bolos," ujar Cakra sambil menaik-naikan kedua aslinya.
Aksara menghentikan kunyahannya dan memberikan tatapan sinis pada kedua orang itu "Ngapain gue berdiam diri dirumah kayak gitu. Mau nongkrong enggak ada lo berdua, yaudah gue sekolah aja,'' terangnya.
Cakra dan Dirga kompak mengangguk mengerti. Mereka melanjutkan sarapannya lagi sebelum bel masuk berbunyi.
Diam-diam Cakra mengikuti arah pandang Aksara yang sejak tadi fokus pada sesuatu hal yang ada dibelakang punggungnya. Tanpa Aksara ketahui. Cowok itu menelan ludahnya sendiri ketika menyadari suatu hal itu, lalu ia berujar, "Lo udah makan enggak Sa? gue pesenin makan? Jarang-jarang lo masuk pagi-pagi banget kayak gini," ujar Cakra melirik arloji yang melekat di tanganya.
Pukul 6 pagi. hal yang mustahil bagi mereka bertiga datang ke sekolah sepagi ini.
Aksara menggeleng, mengalihkan atensi sepenuhnya pada kedua orang itu. "Nggak usah Cak, ada alasan lagi gue mutusin buat sekolah hari ini. Gue mau bahasa soal Satria sama kalian," ujar Aksara.
Dugaan Dirga dan Cakra benar, bahwa Aksara akan selalu menguak kebenaran tentang pemuda itu.
Dan pembicaraan itu terus berlanjut hingga bel tanda jam pertama berbunyi dan mereka masih tetap berada di kantin tanpa ada niat beranjak sedikit pun.
***
"Enggak Tante itu bukan aku!"
"SIAPA LAGI KALAU BUKAN KAMU?! SINI KAMU JANGAN LARI!!!"
Gadis itu berlari kencang keluar rumah demi menghindari wanita yang ia panggil tante itu.
Ia terus berlari tanpa menengok ke belakang alias ke arah. Hingga ia tak sadar berada dijalan raya. Ia tak memperhatikan kanan kiri. Dan gadis itu menyeberang begitu saja.
Gadis itu membulatkan mata saat tiba-tiba sebuah motor besar dari arah kanan melaju kencang kearah-nya.
Aksara mengerem motornya secara mendadak. "WOI KALAU NYEBRANG LIAT-LIAT DONG!" teriaknya pada gadis itu.
Nafas Aksara memburu dari balik helm-nya sama halnya dengan gadis itu. Hampir saja nyawa gadis itu melayang jika Aksara benar-benar tak mengerem motornya.
"Ma-"
Belum sempat gadis itu melanjutkan perkataannya. Dari arah belakang teriakan kembali terdengar di Indra pendengarnya. Matanya membulat dengan nafas nya yang masih memburu menemukan siapa yang ada dibelakang sana.
"NAYU SINI KAMU JANGAN LARI!!"
***
Malam ini Dirga berjalan kearah Aksara dan Cakra yang sibuk tertawa sambil meneguk minuman. Cowok itu menepuk pundak Aksara. "Gue mau cabut."
Cakra mengecek arloji di tangannya. "Yaelah Ga baru jam segini."
"Cabut atau gue tinggal disini." Mendengar ancaman Dirga, Cakra Akhirnya pasrah. Pasalnya ia tadi menumpang Dirga untuk kemari.
"Lo enggak cabut sa?" tanya Dirga pada Aksara saat Cakra melenggang pergi.
"Entar," balasnya lalu menghisap putung rokok nya.
Dirga kembali membujuk Aksara. "Ayo cabut Sa."
"Entaran, gue masih pengen disini. Bosan gue dirumah."
Cakra menepuk punggung Aksara lalu bertanya dengan canda. "Kapan sih Sa, lo nggak pernah bosen sama rumah lo sendiri?" Aksara terkekeh karena itu.
Dirga Dan Cakra pada akhirnya menyerah membujuk Aksara dan memilih pulang.
Kedua manik mata Aksara memperhatikan lautan manusia dengan gemerlap cahaya . Dentuman musik dan lautan manusia menjadi saksi dimana Aksara tenggelam dalam sepi dunianya sendiri.
***
Aksara menutup pintu utama rumah dengan perlahan. Dilirik-nya jam dinding yang terpasang di sudut rumahnya.
Jam 1 malam.
Saat melewati ruang tengah. Tak sengaja manik matanya melihat gelas kaca yang berserakan ditambah dengan ayahnya yang tertidur di sofa dengan keadaan tertidur berantakan.
Raga-nya tergerak, berjongkok membersihkan pecahan gelas dan botol-botol minuman itu.
Ia menyapu lalu mengepel lantai hingga pecahan kaca itu tak tersisa lagi.
Pukul 2 pagi Aksara baru selesai. Melirik ayahnya sekilas sebelum menuju kamarnya tanpa mau repot-repot membangunkan.
Ayahnya mabuk. Entah masalah apa yang membuat ayahnya mabuk hingga berani meminum minuman laknat itu lagi setelah sekian lama.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
How The World Treats Us
Teen FictionKarena kesalahan fatal yang Aksara perbuat. Seorang gadis harus menerima keadaan hidupnya yang tak sama lagi. Hidupnya yang terpuruk karena orang-orang sekitarnya otomatis kesalahan yang Aksara perbuat makin memperparah keadaan. "Lo nggak boleh nye...