- Budayakan baca sinopsis dulu -
▪▪▪
Haechan berjalan sambil menenteng tas futsal nya, lalu langkahnya terhenti ketika ia melihat orang-orang sedang mengerumuni sesuatu. Tampaknya mereka sedang seru tetapi Haechan yakin ada yang tidak beres disana.
Dia kembali melangkah, mendekati kerumunan itu, menerobosnya.
Haechan agak terkejut melihat seseorang sedang dirundung disana. Seorang laki-laki yang kini tengah disiram air dan dilempari sampah.
"Berhenti!!"
Suara Haechan membuat para perundung itu menghentikan aksi nya.
"Apa lo? Gak usah ganggu deh." ujar salah satu dari mereka.
Haechan mengepalkan kedua tangan nya mendengar itu, "Ngerasa keren lo kayak gini? Ngerasa paling jago lo?!"
Lalu satu tinjuan Haechan berikan pada laki-laki di depan nya. Kemudian ia menarik tangan remaja yang sedang tak berdaya itu.
"Inget! Di sekolah ini cuma gue boleh ngelakuin ini! Paham lo??!!" ujar Haechan yang setelah itu pergi dari sana sambil menarik tangan remaja itu.
Haechan membawa laki-laki malang itu ke toilet. Haechan mendorong nya sampai punggung remaja itu beradu dengan dinding.
Haechan membuka tas futsal nya, mengambil baju dan menyerahkan nya pada remaja itu.
"Mandi, terus pake baju gue."
"Um.. m-makasih."
"Gak usah bilang makasih. Ntar cuci terus balikin lagi, jersey gue gak ada lagi."
"I-iya, Haechan."
Haechan yang sudah melangkah kembali berhenti dan berbalik, "Lo tau nama gue?"
Remaja itu mengangguk.
"Oh. Baguslah, terkenal berarti gue." ujar Haechan dengan percaya dirinya. Dia pun melirik nametag yang ada di baju remaja itu.
"Hu.." Haechan menyipitkan matanya, "Huang... Renjun. Ok. Gue tandain lo, ya." setelah itu Haechan benar-benar pergi dari sana.
.
.
."Renjun Renjun! Astaga, kamu okay beb?" tanya seorang wanita sambil menangkup wajah Renjun.
Namun Renjun menepis tangan wanita itu, "Apa sih kak?"
Wendy, kakak kelas sekaligus kakak tiri nya ini kemudian mengerucutkan bibirnya.
"Kenapa sih? Gak suka banget kalo kakaknya perhatian."
"Gak gitu. Ntar pacar lo ngambek gue lagi yang kena."
"Ya nggak lah, kan dia tau kalo kamu adik nya kakak." kata Wendy, "Btw ini jersey siapa?"
"Gak tau gak kenal."
"Lah? Tapi kayak kenal sih, suka liat anak futsal pake jersey ini."
"Udahlah. Gue mau ke kelas, kak."
Wendy menahan lengan Renjun dan membuat remaja itu berbalik.
"Kalo ada apa-apa bilang kakak."
.
.
."Futsal gak men?" tanya Sungchan.
"Gak." jawab Haechan singkat.
"Kenapa?" kali ini Jeno yang bertanya.
"Jersey gue gak ada."
"Lah kemana? Lo kan gak pernah lupa bawa." ujar Sungchan yang kini sedang menendang-nendang bola.
"Gue pinjemin ke orang."
"Siapa?" tanya Jeno.
"Gak tau. Pagi tadi gue liat dia di lemparin sampah sama disiram air, yaudah gue pinjemin kasian juga kan."
"Tumben? Lo juga kan tukang bully." -Sungchan.
"Gue mah ngebully karna ada sebabnya. Coba ini? Gak jelas banget tiba-tiba anak orang digituin."
"Awas ntar orangnya baper."
Suara Jeno membuat Haechan terdiam, lalu setelah itu Haechan berdiri, "Lo main aja. Gue ada urusan." kemudian Haechan pun pergi.
Kedua laki-laki itu hanya memandang Haechan dengan tatapan bingung.
.
.
.Tadinya Haechan ingin langsung pergi dengan mobilnya tetapi urung ketika ia melihat laki-laki pagi tadi yang sedang-- seperti sedang memunguti sesuatu.
Tanpa kemauannya sendiri, kaki pria itu melangkah menghampiri remaja disana.
"Ngapain?"
Renjun berbalik ketika suara seseorang mengejutkan nya. Yang Haechan lihat, remaja itu sedang memunguti robekan kertas?
"Lo ngapain mungutin sampah?"
"Sampah?" kening Renjun berkerut, remaja itu lantas berdiri menghadap Haechan, "Sampah lo bilang? Lo denger ya, ini robekan foto! Ini foto gue bareng mama gue!! Dan ini satu-satunya yang gue punya!!"
Haechan sedikit mundur ketika Renjun berteriak di depan wajahnya.
"Lo bisa foto lagi dan cetak lagi kan?"
"Lagi? Terus.. gue bisa ajak mama gue foto lagi?!"
"Iya kan?"
Kepala remaja itu menggeleng kemudian menunduk, "Mama gue udah gak ada."
Mata Haechan membulat, dia jadi tidak enak hati. Tapi Haechan adalah laki-laki yang susah sekali meminta maaf.
"Gak usah nangis. Jangan bikin orang ngira lo nangis gara-gara gue."
"Emang iya kan gue nangis gara-gara lo!?"
Haechan menatap Renjun dengan wajah datarnya. Selanjutnya Haechan dibuat terkejut karena Renjun seperti mau membuka jersey miliknya itu dari tubuhnya.
"Heh mau ngapain??"
"Mau balikin jersey lo!"
"Jangan heh!" Haechan langsung mendekap tubuh Renjun agar remaja itu menghentikan aksi nya.
1 detik...
2 detik...
3 detik...
Haechan langsung menjauh dari Renjun sambil mengangkat kedua tangan nya. Renjun sendiri masih terdiam karena sikap Haechan yang terlalu tiba-tiba.
"Ekhem!" Haechan berdehem, "Gak usah macem-macem, besok jersey gue harus udah bersih." setelah itu Haechan pun pergi dan masuk ke mobilnya untuk pergi dari sana.
Entah kenapa Renjun merasa ada yang tidak beres dengan hatinya.
.
.
.Hyuckren lagi nih
Vote & komen~

KAMU SEDANG MEMBACA
Hasta La Vista | Hyuckren
Fanfic❝ If you leave me, i'm honestly done, i love you. ❞ ft. Yangyang ⚠ TW ⚠ • | bxb • | homophobic? left this ©niki, 2022