1

62 20 277
                                    

»»——⍟——««


“KAK ECAA, BANGUUUN!!!!”

Suara kiamat itu sayangnya tidak ampuh membangunkan gadis yang masih asyik terlelap dalam mimpinya. Tanya mendengkus, ia kemudian memungut bantal yang tergeletak di lantai dan melempar tepat mengenai Rebecca.

“Kalo masih nggak bangun, gue bilangin mama, nih! Biar lo disiram air panas!” ancam Tanya.

Sontak saja, Rebecca segera membuka matanya dan beranjak turun dari kasur. Melihat hal itu, Tanya tersenyum sumringah.

“Najis, mainnya anceman,” sindir Eca pedas.

“Bodo amat, nggak peduli!” balas Tanya tak mau kalah. Ia menjulurkan lidah sebelum lari keluar dari ruangan tersebut.

Gadis yang diejek Tanya, hanya memutar matanya malas. Ia kemudian berjalan ke dalam kamar mandi dan mulai membersihkan diri.

***

“Sarapan lo.” Tanya menyodorkan piring putih yang di atasnya terdapat nasi goreng udang kepada Eca. Kakak dari gadis itu segera mengambil dan memakannya dengan lahap.

“Besok gue mau berangkat sendiri ke sekolah,” ucap Tanya.

Kening Eca berkerut. “Tumben banget nggak mau bareng gue ke sekolah,” ucapnya sinis.

“Biasanya lo kekeh nggak mau berangkat sendiri,” sambungnya.

“Itu dulu, sekarang gue udah dewasa dan mau berubah. Salah satunya, belajar mandiri.” Eca tersedak mendengar hal itu. Ia bahkan sampai tak kuasa mengambil minum yang berada tepat di depannya. Ucapan Tanya barusan benar-benar tak bisa dipercaya.

Tanya yang melihat keadaan sang kakak, dengan cepat mengambil air dan menyuruh Eca meneguknya, sambil menepuk-tepuk belakang punggungnya dengan lembut.

“Makanya, makan, tuh, pelan-pelan. Rakus, sih, lo!”

“Gue kayak gini, tuh, juga gara-gara lo!” ucap Eca membela diri. Mata Tanya membelo. Salah Tanya katanya? Padahal sudah jelas, Eca tersedak akibat kecerobohannya sendiri!

By the way, lo yakin mau belajar mandiri?” Lawan bicaranya dengan sigap mengangguk mantap.

“Kenapa? Lo ragu?”

Jujur, Eca merasa senang jika adik bungsunya ini mau berubah. Itu artinya, Eca tidak perlu repot lagi untuk mengurus Tanya yang boros dan penakut. Namun, jauh di lubuk hatinya, ia justru meragukan ucapan Tanya.

“Tapi belajar mandiri itu nggak gampang lho, apalagi dengan sifat lo yang boros dan penakut.”

“Udah, lah, lo percaya aja sama gue!”

“Ya udah, terserah lo! Cepet habisin makanannya, gue nggak mau terlambat ke sekolah hanya karena nungguin lo!”

Tanya mengangguk, segara menghabiskan makanannya.

***

Sekitar tiga puluh menit berkendara di jalan raya, akhirnya kakak beradik itu sampai ke area parkir sekolah dan Eca segera memarkirkan mobil sport merah miliknya.

Saat mobil sudah benar-benar berhenti, kedua gadis itu pun turun dengan tenang.

“Pukul dua siang, lo harus udah ada di parkiran! Lewat dari itu, gue tinggal,” suruh Eca.

Tanya cemberut mendengar hal itu. “Kenapa, sih, Kak Eca nggak pernah mau nyamperin gue ke kelas?”

“Lo tau? Setiap gue nungguin lo, pasti ada aja yang genit sama gue,” keluh Tanya.

Tell Me about Us! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang