»»——⍟——««
Eca tak henti-hentinya menguap. Bel masuk kelas sudah berbunyi sedari tadi. Namun, batang hidung Pak Hendro pun tak kunjung terlihat.
Kini, hanya suara bising yang menemani Eca. Sampai akhirnya, datang seorang laki-laki dengan wajah sebaya mereka, bersama Pak Hendro di belakangnya.
Riuh yang semula terdengar, seketika menjadi hening beberapa detik. Kedua orang tersebut kini menjadi sorotan hangat bagi siswa di kelas.
Ketukan sepatu Pak Hendro memecah keheningan. "Kok, diam? Kaget, ya, saya masuk bawa cogan?"
Guru dengan perut buncit itu pun tertawa, di susul dengan lemparan candaan yang berasal dari beberapa siswa.
"Alip, ada murid baru, nih, ngalahin ketampanan sejati lo!" goda siswa bernama Rakha.
"Iya, nih. Bau-bau jadi saingan lo, Lip," saut yang lain.
Alif atau lebih akrab dipanggil 'Alip', hanya tertawa remeh mendengarnya. Sambil mengoles rambut Sasuke nya menggunakan pomade, ia berucap, "Mau ngalahin gue? Kalahin dulu, nih, rambut anti badai, tanda kehormatan yang dimiliki seorang Alip."
"Yailah, Lip. Rambut jamet gitu aja dipamerin. Bagus nggak, jelek iya!" ejek Lauren diikuti dengan gelengan kepala.
Siswa lain langsung terbahak-bahak mendengar perkataan yang diucapkan Lauren. Tanpa mereka sadari, retina Eca dengan laki-laki itu bertemu. Kenangan yang mulai terpendam, kini hadir kembali di ingatan Eca.
"So sweet banget, sih! Tatap tatapan sama Rebecca. Kenapa? Cantik, ya?" goda Pak Hendro.
Suara itu pun kembali menyadarkan mereka. Namun, dengan sigap, cogan yang di sebut Pak Hendro ini menjawab, "Iya, Pak! Cantik,"
Seisi kelas tercengang. Beberapa dari mereka kini berteriak tak jelas. Sedangkan yang lain, menatap Eca dengan tak senang.
Wajah Eca memanas. Ia yakin sekarang wajahnya merah bak tomat. Inget, Ca! Dia hanya masa lalu lo, nggak lebih! Batinnya.
"Sstt .... Sudah-sudah tenang! Sekarang, silakan perkenalan diri kamu."
"Baik. Perkenalkan, gue Zayyan Putra Agustin. Pindahan dari kota Makassar. Ada yang mau bertanya?"
"Saya!"
"Gue!"
"Gue duluan!"
"Apaan, sih! Wong, aku duluan, kok!"
Dengan antusias, banyak siswa yang mengangkat tangan. Tentu sebagian mereka merupakan perempuan, tapi tak sedikit pula laki-laki yang kini ikut mengangkat tangannya.
"TENANG SEMUA!" teriak Pak Hendro.
"Sekarang, biarkan Zayyan memilih beberapa pertanyaan dari kalian, mangga atuh, Zayyan."
Zayyan mengangguk. Dengan cermat, ia menunjuk salah satu dari beberapa acungan tangan. "Lo, mau tanya apa?"
"Nomor handphone lo berapa? Jangan salah paham dulu, ya! Gue minta nomor lo buat dimasukin ke grup kelas."
Zayyan mengangguk, dan menjawab, "Oke! Nanti gue kasih ke lo."
Dirasa jawaban itu sudah cukup memuaskan, murid tersebut mengangguk. Zayyan kemudian mulai melanjutkan pilihannya.
"Lo! Cowok yang rambutnya kayak Sasuke!"
Alip tersenyum ketika Zayyan memilihnya, ia melontarkan pertanyaan dengan percaya diri, "Gue ganteng nggak?"
"Pertanyaan lo nggak jelas banget!" seru Dora.
"Tau, nih!" imbuh Jenny.
Alip mengangkat bahu tak peduli. "Suka-suka gue, lah! Toh, nggak ada salahnya, 'kan?"
"Salah! Zayyan buka pertanyaan tentang diri dia, bukan tetang lo atau orang lain!"
"Oke-oke, gue salah. Ya udah, gue ganti pertanyaannya. Zay, asli orang mana?"
"Jakarta."
Alip mengangguk. "Tuh! Puas, 'kan?" tanyanya mengejek.
Zayyan tertawa kecil, kemudian ia kembali fokus untuk memilih pertanyaan terakhir.
"Lo!" Zayyan menunjuk Lauren, orang yang mengangkat tangannya tadi.
Perempuan itu tersenyum remeh, ia berdiri dan melemparkan pertanyaan tak terduga. Membuat seisi kelas menatap Zayyan bingung seakan meminta penjelasan dari dirinya.
"Lo ada hubungan apa sama Rebecca?"
»»——⍟——««
KAMU SEDANG MEMBACA
Tell Me about Us!
Teen Fiction"Masa SMA, merajut kata menjadi cerita yang tak akan dilupa." -mbah google.