3

34 14 129
                                    

»»——⍟——««

“Masih mikirin cowok yang tadi?”

Tanya melirik Eca, yang sedari tadi tengah sibuk menggerutu. Entah perkataan apa yang membuat sang Kakak begitu marah, tapi patut diacungi jempol, kemampuan Pria itu dalam membuat Eca marah, jauh lebih hebat dibanding dirinya.

“BELAGU BANGET, SIH, JADI COWOK! Mending ganteng, lah, ini?! MUKA MONYET JAUH LEBIH TAMPAN DARI DIA!” umpat Eca menghiraukan pertanyaan Tanya.

“Kak ....”

“DASAR, NGGAK ADA ADAB!”

“Kak Eca ....”

“LIAT AJA, TUH, MOBILNYA! JAUH LEBIH JELEK DARIPADA MOBIL GUE!”

“REBECCA!”

Eca bungkam, tapi sorot matanya menatap tajam sang adik karena tak terima bahwa ia dibentak.

“Bisa nggak, sih?! Lupain aja kejadian yang tadi?! Toh, nggak ada manfaatnya juga, kok!”

“TAPI KAN--”

“Tapi apa? Lo kira, dengan teriak-teriak di rumah bisa membantu buat ngeluarin emosi lo? Nggak! Yang ada, kuping gue sakit dengernya!” seru Tanya.

“Kalo mau teriak-teriak, sana di hutan! Suara lo udah sama, kok, kayak suara monyet.”

Gadis cantik itu mengusap kedua telinganya. Ia bangkit, dan kakinya melangkah pergi meninggalkan Eca sendiri di ruang tamu.

***

Di lain sisi, seorang pria menatap sendu foto yang berada di hadapannya. Dalam hati, ia menyesal karena telah melakukan suatu kesalahan besar, di masa lalu.

“Halo, San. Apa kabar? Udah lama, ya, kita tidak berjumpa?” monolognya.

Pria itu tertawa kecil, sebelum melanjutkan ucapannya, “Sebenarnya, aku selalu menatap kamu dari kejauhan, walaupun kamu nggak sadar.”

Suara lirih yang dikeluarkan Pria itu, membuat suasana menjadi haru. Namun,  semua itu tidak berlangsung lama, ketika ia mendengar deringan telpon yang berasal dari ponselnya.

Dengan langkah kecil, Pria itu mulai berjalan meninggalkan foto menuju sebuah nakas putih.

Terlihat jelas nama “Mire”, seseorang yang kini menelponnya. Pria itu tersenyum simpul, ibu jarinya mulai mengusap layar telpon tersebut.

“Halo, jadi informasi apa yang ingin kamu berikan kepadaku?”

“ .... ”

“Benarkah?”

“ .... ”

“Hebat, ini kesempatan yang bagus!”

“ .... ”

“Baiklah, karena kamu sudah memberikan informasi yang bagus, akan ku kirim bonus untuk mu!”

Tanpa melanjutkan pembicaraan, sang pria menutup teleponnya secara sepihak. Retinanya kemudian memandang foto yang tadi berada di hadapannya.

“Sampai jumpa besok, Sayangku,” gumamnya. Ia menarik kedua sudut bibirnya, dan pergi dari kamar tidur.

***

Dengan sorot mata bahagia, Tanya menatap sesuatu yang telah lama ia idam-idamkan.

Apa itu? Angkutan umum!

Dengan tak sabar, kakinya memasuki kendaraan tersebut. Di sana, ia disambut dengan kursi yang tidak terlalu empuk, hawa panas, juga teriakan abang-abang yang menawarkan tumpangannya kepada siapa pun orang yang ia lihat.

Beberapa saat kemudian, angkot sudah dipenuhi oleh orang-orang dengan berbagai macam tujuan.

Dirasa kursi penumpang sudah penuh, perlahan-lahan, kendaraan itu mulai bergerak meninggalkan tempatnya semula. Semburan angin mulai membelai halus wajah Tanya.

Enak banget naik Angkot! batinnya.

“Kiri, Bang!” Seruan itu membuat Angkot berhenti mendadak. Tubuh Tanya langsung terpental dari kursinya.

“Buset, pelan-pelan aja bisa nggak, sih?!” gumamnya.

Setelah berhenti sejenak, angkot itu pun mulai melaju pelan. Tanya mulai menikmati hawa sejuk yang berasal dari celah-celah jendela, sampai akhirnya Angkot itu mulai mendekat dengan lokasi yang ia tuju.

Jangan gugup! Ayo, kamu pasti bisa! Cuma berhentiin doang, kok! -batinnya lagi.

“KIRI, BANG!” teriak Tanya.

Kendaraan mulai diam. Tanya keluar dari sana dengan hati-hati dan menghampiri kursi pengemudi.

“Nih, Bang,” ucapnya sambil memberikan uang lima ribu rupiah. Tanpa berlama-lama, badannya berbalik meninggalkan angkot.

“TANYA!” sapaan Mire membuat retina Tanya mencari pemilik suara tersebut.

“GIMANA TADI NAIK ANGKOTNYA? SERU, 'KAN?” tanya Mire sambil berlari kecil menghampiri Tanya.

Pertanyaan itu disambut oleh anggukan dari sahabatnya. “Banget! Tau nggak? Sebelum naik angkot, gue udah belajar, gimana cara memberhentikan angkot, jurusan angkot mana yang harus gue naikin, pokoknya seru banget!”

“Jadi, hari ini lo pulang naik angkot juga, 'kan?”

“Rencana gue, sih, gitu! Tapi, nggak tau juga, deh,” jawabnya.

“Kalo jadi, nanti kita pulang bareng, ya!”

“Siap!”

»»——⍟——««

Tell Me about Us! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang