Aku tidak pernah membayangkan jika LA akan terasa menyebalkan seperti malam ini.
Setelah dipecat dari perusahaan furnitur, sekarang aku terlunta-lantung pulang dengan langkah kaki tanpa arah. Boss bokong gorila sialan. Apa kemaluannya tidak bisa ditahan? Lalu ketika aku menolah untuk tidur dengannya, dia dengan seenak jidat memberhentikanku?
Persetan. Aku menyumpahi tua bangka itu dalam hati, bersumpah akan membalas lima kali lipat lebih kejam meskipun harus ku akui, gaji di tempatnya begitu memanjakan hidupku yang berantakan ini.
Seakan belum usai kesialanku malam ini, Sandra menelepon. Tetangga menyebalkan tapi baik satu ini pasti punya kabar buruk. Dia tak pernah meneleponku duluan jika tak ada urusan mendesak.
"Sialan kau, Yura! Kemana saja dirimu, bodoh?" teriak wanita itu dengan accent british yang kental. Cukup membuatku sulit berkomunikasi dengannya sebab, orang asia mana yang mudah memahami aksen british?
"Calm down, Sandra. Aku sedang berjalan kaki. Meratapi hidup. Ada apa?"
"Rentenir mencarimu hingga ke apartemen. Demi Tuhan," Sandra mendesah panjang seolah dialah yang menjadi korban rentenir-rentenir biadab itu. "Kau meminjam uang dari lintah darat lagi?"
Sandra terkadang memang bisa bersikap menjengkelkan, persis seperti sifat ibu-ibu. Tapi aku bisa memahaminya. Dia khawatir. "Santai, Sandra. Aku hanya meminjam sedikit untuk membeli sepatu kets gucci limited edition incaranku."
"YURA!" Sandra berteriak lagi, kali ini lebih parah. Aku menjauhkan telepon gengggam ditanganku. Beberapa pengguna jalan bahkan sampai menoleh ke arahku karena mendengar suara Sandra. "Kau gila?"
Sandra dan sifat terlalu berhematnya. Aku sampai memutar bola mata, jengah dengan dia yang selalu marah-marah. "Aku hanya membahagiakan diri sendiri! Aku tidak gila."
"Oh tentu saja, berbahagia dahulu, mati kemudian. Itu prinsip hidup indahmu," sarkasme Sandra keluar. Aku tertawa, dia benar. "Sekarang apa rencanamu? Kau sudah menerima gaji? Demi Lee Yura yang pernah mencicipi tanah semasa kecil, aku mohon, jika kau punya uang sekarang juga, segeralah bayar hutangmu. Aku tak tahan mendengar mereka menggedor pintu apartemenmu setiap hari."
Seakan ditampar ucapan Sandra, tawa tengilku menghilang. Digantikan dengan kecemasanku akan esok hari.
Benar kata Sandra, aku akan mati. "Sandra..."
"Aku punya firasat buruk atas rengekanmu." Oh sial, Sandra dan intuisinya yang tajam.
"Aku baru saja dipecat."
"Good job, Yura! Selamat menikmati hidupmu!" Sandra mematikan telepon. Kali ini baru aku merasa ingin menangis. Tubuhku merosot di trotoar, menatap nanar pemandangan malam kota LA yang tak pernah berhenti menawan.
Di ujung jalan, aku melihat bangunan mewah sebuah klub kenamaan LA. Motley Crew. Ini musim panas, tapi melihat bangunan yang menyajikan kenikmatan duniawi itu malah membuatku ingin dibakar margarita.
Ini bukan saat yang buruk untuk menikmati kesengsaraan, kan?
Oh, Sandra menelepon lagi.
"Ini serius, jalang sialan. Mau kemana kau setelah ini? Aku yakin kau tak akan pulang karena tak punya uang untuk menemui rentenir. Mereka masih disini, jika kau mau tau."
Kasihan Sandra, kenapa dia harus peduli pada iblis kecil sepertiku? "Aku mau ke Motley Crew."
"... kau bercanda?"
"Apa aku terdengar sedang mengucapkan lelucon?" Aku berdiri dengan angkuh. Seperti miss world yang terlahir untuk disorot dunia dan bergelimpangan harta. Masa bodoh, aku sedang percaya diri tingkat tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Motley Crew [Hwang Hyunjin]
FanfictionOne night stand dengan mantan pacar? Terdengar lucu, bukan? Sam yang dulu ku kenal itu tipe clingy, periang, lucu, dan sedikit ... kekanakan, malam itu ia hadir bagai orang lain, sesosok baru yang sangat dominan. Entah apa yang dia lakukan dengan pa...