Chapter 1

445 43 8
                                    

Seorang gadis muda berumur sekitar 21 tahun yang hanya bisa menangis dan meringkuk di samping ranjangnya setelah mendapat beberapa kali cambukkan dan tamparan dari saudara tirinya, darah segar terlihat mengalir keluar dari hidung dan sudut bibir ia hiraukan. Sekujur tubuhnya terasa mati rasa akibat cambukkan tersebut. Sebenarnya ia sudah tidak tahan lagi dan ingin segera mengakhiri hidupnya, namun ia masih ingin mewujudkan keinginannya untuk balas dendam meski itu terlihat sangat tidak mungkin baginya.

Ia adalah Putri Qi Xia Mei, seorang putri buruk rupa, penakut, tidak memiliki energi Mana sedikit pun, dituduh membunuh Permaisuri Yang Ai Zhu karena meninggal sesaat setelah melahirkan Xia Mei, dan diasingkan di paviliun mawar hitam saat usia 5 tahun hingga seumur hidupnya tak mungkin bisa mewujudkan balas dendamnya.

Ditambah ketiga saudara seibunya dan bahkan kaisar tidak peduli, menutup mata dan telinga saat Xia Mei ditindas dan disiksa oleh para selir dan anak-anaknya. Seakan tidak terjadi apa pun pada putri sahnya sendiri. Bahkan beredar rumor kalau ia tidak memiliki bakat dan keahlian apa pun, rumor tersebut telah menyebar ke penjuru kekaisaran Qi, bahkan sampai ke telinga para bangsawan di seluruh benua Niaoka.

Dengan segala reputasi buruk tentang dirinya, ia telah merasakan hinaan, cacian, bahkan tatapan merendahkan yang jelas ditujukan untuk dirinya. Semua itu ia terima dari para pelayan, hingga prajurit yang menjaga paviliun mawar hitam. Tidak hanya itu, perlakuan dari saudara tirinya dan permaisuri yang sering datang mengunjunginya hanya untuk mencaci maki dan menindas untuk melampiaskan kekesalan ataupun hanya untuk hiburan semata. Terlihat sangat keji, namun itulah kenyataannya.

“Astaga nona! Kenapa mereka begitu kejam kepada nona? Bahkan luka yang kemarin saja belum sembuh, dan sekarang mereka menyiksa nona lagi.” Ujar Jingyi. Pelayan setia Xia Mei saat memasuki kamar Xia Mei.

“Tak apa Jingyi. Lagipula luka seperti ini sudah sering aku dapatkan.” Ujar Xia Mei.

“Kalau begitu nona istirahatlah. Nubi panggilkan tabib Cho untuk mengobati luka nona.”

“Tidak perlu Jingyi. Cukup ambilkan ramuan untuk mengobati tubuhku ini. Kau mau ‘kan membantu membersihkan lukaku ini?”

“Tapi tubuh nona terluka parah. Nubi takut jika tidak segera ditangani tabib, luka pada tubuh nona akan semakin parah.”

“Kau tidak perlu khawatir Jingyi. Cepat temui tabib Cho dan mintalah obat untuk mengobati luka ini, agar aku bisa segera istirahat.”

Karena tidak ingin membantah perintah dari nonanya dan membuatnya marah, Jingyi segera pergi meminta obat pada tabib Cho. Tapi sebelumnya Jingyi membantu Xia Mei untuk berbaring atas ranjang miliknya.

Air mata Xia Mei kembali mengalir, membasahi pipinya saat Jingyi keluar dari kamar. Kepalanya dipenuhi pekiran negatif.

“Bisakah aku menemuimu sekarang, ibunda? Aku sudah lelah, seluruh tubuhku rasanya sakit, juga tidak ada yang peduli denganku selain Jingyi. Andaikan saja ibunda mengajakku pergi saat itu juga, pasti aku tidak akan pernah merasa sesakit ini.” Isak Xia Mei dalam hati.

Saat ini Xia Mei benar-benar ingin menyerah dan mengakhiri penderitaan yang ia rasakan selama 22 tahun ia hidup di dunia ini. Tapi Xia Mei tahu saat ia menyerah, orang-orang yang menginginkan kematiannya pasti semakin bahagia atas kematian orang yang mereka benci. Xia Mei tidak ingin itu terjadi, yang ia inginkan adalah balas dendam. Dendam kepada seluruh anggota keluarga kerajaan, termasuk Kaisar Qi yang merupakan ayahnya dan ketiga saudara kandungnya.

Xia Mei mencoba duduk lalu bersandar pada kepala ranjang. “Aku harus menjadi lebih kuat, setidaknya aku tidak mudah terserang penyakit.” Ya. Xia Mei harus jadi lebih kuat. Karena kalau ia tidak bisa membalas mereka semua, ia bisa kabur dari istana Shensheng. Tempat yang Selama ini dianggap suci oleh rakyat Tiejiang, tapi bagi Xia Mei istana Shensheng adalah neraka.

Wang MeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang