Chapter 3

198 37 2
                                    

Langit biru bersih membentang luas, tanpa ada awan yang menghalangi sinar matahari bersinar cerah. Pagi yang cerah menjadi penyemangat bagi seluruh rakyat Tiejiang untuk memulai aktivitas dari mulai pagi hingga petang menjelang.

Tapi tidak dengan Kaisar Qi, hari ini ia benar-benar kacau. Bahkan Pangeran Mahkota Liu harus mengantikannya memimpin persidangan pagi karena sejak sidang dimulai Kaisar Qi tidak bisa fokus, pikiranya hanya tertuju pada perkataan Xia Mei seminggu yang lalu, saat Xia Mei sadar dari koma.

Dan sekarang ia hanya duduk melamun di ruang kerja miliknya, buku yang ada dihadapannya ia abaikan. Ingin sekali ia datang menemui Xia Mei untuk minta maaf dan meminta Xia Mei untuk tetap tinggal di istana Shensheng. Tapi ego yang sangat tinggi membuatnya berpikir ribuan kali meski hanya mengunjungi putri kandungnya.

"Pangeran Mahkota Liu memasuki ruangan!" Teriak kasim Hong saat Pangeran Liu akan memasuki ruang kerja Kaisar Qi

Kaisar Qi memperbaiki posisi duduknya saat mendengar teriakan kasim Hong. Masuklah Pangeran Liu dari balik pintu, menggunakan hanfu berwarna biru tua dengan corak naga yang membuatnya tak kalah berwibawa dibanding Kaisar Qi.

"Salam hormat ayahanda, semoga hidup seribu tahun lagi." Ucap Pangeran Liu sambil membungkuk memberi hormat kepada Kaisar Qi.

Kaisar Qi hanya mengangguk, lalu mempersilahkan Pangeran Liu untuk duduk. "Apa ada hal penting yang ingin kau sampaikan Pangeran Liu?" Tanya Kaisar Qi.

"Tidak ada ayahanda. Saya hanya khawatir dengan kondisi ayahanda, apa yang ayahanda pikirkan hingga tidak fokus pada sidang pagi hari ini." Tanya Pangeran Liu tanpa berbasa basi.

"Kau tidak perlu khawatir, ayahanda hanya sedang kurang enak badan." Tentu saja Pangeran Liu tidak percaya, ia bukan lagi anak kecil yang mudah dibodohi. Ia tahu ayahnya tengah memikirkan Xia Mei.

"Ayahanda pasti sedang memikirkan Xia Mei. Ayahanda tenang saja, pasti Putri Xia Mei hanya bicara melantur saat itu karena ia baru saja bangun dari tidur panjangnya. Lagipula paviliun mawar hitam masih berada di wilayah istana Shensheng yang dijaga oleh prajurit dengan kultivasi tingkat tinggi." Ujar Pangeran Liu meyakinkan Kaisar Qi.

Sebenarnya Pangeran Liu tidak terlalu peduli atas apa yang akan dilakukan Xia Mei, ia masih menaruh dendam pada adik perempuannya itu, meski ia tahu Xia Mei tidak sepenuhnya salah atas meninggalnya ibunda mereka.

Kaisar Qi menghembuskan napas kasar, matanya menatap kosong kedepan. "Ayahanda hanya merasa bersalah pada Zhu'er. Ayah telah menelantarkan Xia Mei, gadis kecil yang sangat dicintai oleh Zhu'er hingga rela mengorbankan nyawanya agar Xia Mei bisa lahir ke dunia dengan selamat."

Rasa bersalah terlihat jelas di raut wajah tua Kaisar Qi yang mulai muncul kerutan. Ia menyesali ke egoisan dan kebodohannya, ia dibutakan oleh kemarahannya sendiri atas kematian sang istri tercintanya. Melupakan janjinya pada Permaisuri Ai Zhu untuk menjaga dan membahagiakan Xia Mei selalu.

"Pasti Zhu'er marah besar jika tahu ayah menelantarkan dan mengasingkan Xia Mei, apalagi selama ini ayah juga tidak memperdulikan Xia Mei yang ditindas dan disiksa oleh saudaramu yang lain." Setetes air mata mengalir keluar dari mata Kaisar Qi.

Ini kedua kalinya Pangeran Liu melihat ayahnya menangis, yang pertama saat kematian Permaisuri Ai Zhu, dan sekarang ia melihat ayahnya kembali meneteskan air mata. Ia tahu Kaisar Qi bukanlah orang lemah yang mudah meneteskan air mata, melihat ayahnya yang menangis seperti ini membuat hatinya terenyuh. Ia yang terbiasa melihat tatapan dingin dan kekejaman ayahnya, ia hanya bisa diam dan mendengarkan.

"Ayah sudah gagal menjadi seorang ayah."

"Secepatnya ayah akan menurunkan takhta kepada mu Liu, ayah merasa sudah tidak pantas menjadi seorang kaisar."

Wang MeiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang