Aku nunggu votenya naik dulu gitu, tapi kelamaan. Ya udah update sekarang😌
Hayuk vote yuk. Jangan lupa komennya juga:))
Ini menjadi kali pertama Aiyla mengatakan hal tersebut, membuat Yildiz mau tak mau merasa jauh lebih heran. Selama ini mereka hanya berjalan lurus, mengalir bak aliran air. Terlebih Aiyla, perempuan itu tidak pernah meminta maaf untuk kekurangannya sendiri.
Masih berada di dalam kamar Aiyla, lelaki dengan rambut sedikit acak-acakkan dan basah itu terus memandangi Aiyla yang baru saja keluar dari kamar mandi. Dia duduk bersila di atas sofa tunggal, satu-satunya tempat duduk yang disediakan di dalam kamar.
Aiyla tampak mengeluarkan handuk kecil dari dalam lemari, memakainya untuk menghilangkan air di wajahnya. Sejak mengatakan hal tadi hingga saat ini Aiyla belum juga angkat bicara, pun Yildiz belum berniat untuk melempar pertanyaan apa-apa lagi.
“Yildiz ...,” panggil Aiyla cukup panjang, tanpa menatap lawan bicaranya dan hanya lurus memandang keluar melalui jendela.
“Iya, Aiyla.”
Membuang napasnya dengan berat, Aiyla kemudian berjalan menghampiri Yildiz. Ditatapnya lelaki itu lekat-lekat, berusaha membagi rasa resah yang dia punya walau nyatanya Yildiz tak bisa menangkap apa-apa. “Urusan kita di sini sudah selesai, bukan?”
Yildiz mengangguk pelan, dia berdiri dan menarik lengan Aiyla lembut. Memintanya bertukar posisi dengan Aiyla yang duduk dan dirinya yang berdiri. “Sudah kubilang jika pekerjaan kita selesai hari ini, selebihnya kita pakai untuk liburan.”
“Seseorang merekomendasikan Bali untuk kita kunjungi. Jika kau merasa tidak nyaman di sini, kita bisa memesan tiket untuk ke sana.” Yildiz melanjutkan, kini dia sudah bertelut di lantai sembari memainkan jemari lentik milik kekasihnya. “Katakan, bagaimana keputusanmu?”
Aiyla tidak ingin pergi ke mana pun. Sisi lain dalam dirinya memintanya untuk tetap tinggal, agar bisa bertemu dengan Daffa lagi. Namun, sebagian yang lain menginginkan kepulangan mereka ke Turki dilakukan sesegera mungkin.
Aiyla enggan merasakan penyesalan dengan tetap diam di Indonesia. Membuat semua hal semakin carut-marut hanya karena perasaannya sendiri bukanlah sesuatu yang baik. Aiyla tidak ingin sesuatu terjadi lebih jauh lagi.
Bukan. Bukan tentang Daffa, melainkan tentang dirinya sendiri. Aiyla tidak yakin dengan seberapa besar dia memiliki kontrol terhadap dirinya sendiri jika terus-menerus tenggelam dalam suasana melankolis akibat pertemuannya dengan Daffa. Tujuannya hanya satu, Aiyla tidak ingin menyakiti Yildiz. Atau mungkin ... membiarkan lelaki itu tanpa sengaja tahu tentang masa lalu yang dirinya alami di sini, dengan orang-orang yang Yildiz ketahui sekadar sebagai rekan kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNWORTHY 2: Hiraeth [TAMAT]
RomanceTolong follow sebelum membaca! Sequel Unworthy | Nuraga Series #Book 3 _____ ❝We met, we loved, then we broke❞ Dalam setiap embusan napasnya, dua hal yang selalu Aiyla rasakan; kerinduan dan kehilangan. Di tengah keinginan besarnya untuk meninggalka...