Chapter 26 - Suddenly Revealed

170 24 30
                                    

Nggak hari minggu, tapi memang jadi seminggu sekali updatenya😅

Authornya suka sok sokan bikin jadwal up, jangan dipercaya. Suka khilaf, kadang kelamaan kadang juga kecepetan. Wkwk, jadi tungguin aja yaa karena up nya nggak menentu💔

Part ini pendek, serius pendek.

Ramein dulu, siapa tau aku up lagi dalam waktu dekat gitu haha

Membiarkan pintu terbuka, Aiyla diajak untuk masuk ke dalam kamar yang dipakai Yildiz

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membiarkan pintu terbuka, Aiyla diajak untuk masuk ke dalam kamar yang dipakai Yildiz. Pria itu masih diam di hadapannya, menatap begitu dalam sekaligus nyalang. Aiyla tidak tahu apa yang memantik amarahnya, tetapi dirinya merasa masalahnya tidaklah sepele.

Dilihatnya Yildiz mengayunkan langkah ke arah nakas, mengambil dua buah map berwarna cokelat dan putih yang berbeda ukuran. Kemudian kembali berdiri di hadapannya. Aiyla mengernyit. “Apa yang kau bawa?”

“Seharusnya kau sudah mengetahuinya.”

Aiyla berdeham pelan mendengar cara bicara Yildiz yang tak kalah dinginnya dengan Daffa malam ini. Walau begitu, wajahnya tetap menampakkan raut clueless. Karena dirinya benar-benar tidak tahu—atau mungkin tidak mengingat fail apa pun di dalam kedua map tersebut.

Di bagian depan map berwarna putih berukuran agak besar itu terdapat nama sebuah rumah sakit yang samar-samar terlintas di dalam benaknya, seperti familier, tetapi belum bisa dia tangkap ingatan itu sepenuhnya. Saat beberapa fail di dalamnya berhasil dikeluarkan, tangannya mendadak berkeringat dingin bersamaan dengan lututnya yang terasa lemas.

Sesuatu yang selama ini dia pendam dan rasakan sendirian kini nyaris meledak, meruak dalam dada dan berakhir membuat cairan di matanya bertumpuk nyaris keluar. Sakit yang teramat, bahkan lebih dari sebelumnya. Seolah malam ini merupakan bagian dari mimpi buruk, karena kembali ditampar keras oleh sesuatu yang selalu dia usahakan untuk enyah dalam pikiran.

Aiyla menggigit bibir bawahnya yang bergetar. Kalimat demi kalimat dalam fail-fail tersebut mulai dia baca kembali. Bersamaan dengan itu kejadian-kejadian memilukan satu per satu turut muncul dalam benak.

“Laporan itu dibuat di Indonesia, Aiyla. Di sini.”

Perasaannya hancur kembali. Tubuh Aiyla nyaris terhuyung, tetapi dengan tanggap dirinya sendiri langsung mendudukkan bokong di tepi kasur. Walau ditahan-tahan, rasa sakit di hati membuat air matanya luruh jua. Aiyla menunduk.

UNWORTHY 2: Hiraeth [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang