Part 7

1.1K 172 31
                                    

Silakan kasih vote dan komennya buat yang berkenan 🥰

***

"Mas, kamu udah janji sama aku loh. Buat nggak pergi," ujar Aura memelas. Bukannya berniat egois karena menghalangi kerjaan sang suami, Aura hanya takut jika ditinggal sendirian. Takut kejadian malam itu terulang lagi mengingat papa mertuanya belum juga ada niatan untuk berhenti mengusiknya.

"Sayang... Mas minta maaf sama kamu. Tapi Mas emang harus pergi karena udah terlanjur mengiyakan pas dimintai tolong sama atasan Mas. Apalagi insentif dinasnya lumayan bisa nambahin tabungan kita buat bangun rumah. Nggak apa-apa ya kalo Mas pergi? Nggak lama kok. Cuma dua hari aja," bujuk Arka sambil menggenggam tangan Aura. Ia tak tahu mengapa istrinya itu bisa begitu posesif dan tak ingin dirinya tinggal. Padahal di rumah pun Aura tak sendirian karena ada papa dan mamanya.

Melihat mata istrinya yang sudah berkaca-kaca, Arka sigap membawa Aura ke pelukannya. Dikecupnya puncak kepala dan kening istrinya secara bergantian.

"Ya udah, Mas. Kamu boleh pergi."

"Terima kasih, Sayang. Mas cinta kamu," sahut Arka mengulas senyum. Sementara Aura hanya bisa menghela napas pasrah. Wanita itu mencoba membalas senyum sang suami.

"Aku juga cinta kamu. Ya udah, aku bantuin beres-beres bawaan kamu ya, Mas," ucap Aura yang diangguki Arka. Ia pun mengambil tas untuk mempersiapkan pakaian dan keperluan sang suami agar saat berangkat besok tidak ada yang ketinggalan.

Arka tersenyum saat memandangi istrinya yang sibuk menata pakaiannya. Ia beruntung memiliki istri seperti Aura. Arka pun melangkahkan kaki menghampiri Aura yang berjalan menuju lemari pakaian lalu memeluknya dari belakang.

"Mas? Kamu apa-apaan sih? Aku masih harus beresin barang bawaan kamu loh," protes Aura karena lengan sang suami memeluknya erat. Dagu Arka pun sudah menyeder dan mencium lehernya karena dirinya tak memakai hijab.

"Ibadah bareng dulu yuk," bisik Arka yang sukses membuat pipi Aura merona karena paham ke mana arah pembicaraan sang suami.

"Semalam 'kan udah, Mas. Masa lagi?" cicitnya malu.

"Nggak apa-apa 'kan? Atau kamu lagi capek ya?"

Arka tersenyum ketika melihat Aura menggeleng singkat. Ia bawa istrinya itu menuju tempat tidur mereka. Di sana, ia menindih Aura hingga istrinya itu berada di bawahnya. Setelah itu pun, Arka menundukkan wajah untuk merangkum bibir Aura ke dalam ciumannya.

Hanya bisa pasrah sekaligus menikmati, Aura memejamkan mata dan melingkarkan tangan di leher Arka. Bibirnya terbuka dan ikut mengecap bibir suaminya. Mereka pun sama-sama tersenyum kala Arka menyentuh kancing daster Aura.

"Mas buka ya."

"Heem," angguk Aura yang dibalas senyuman oleh Arka. Setelah mendapat persetujuan dari sang istri, Arka pun melepas semua kancing daster yang dikenakan Aura. Lantas, Arka mulai mencium payudara istrinya yang masih tertutup dalaman berwarna hitam.

"Kamu cantik, Sayang," bisik Arka memuji. Ia meremas salah satu payudara sang istri. Sementara sebelahnya lagi dia kecup usai menyingkap bra Aura.

"Kamu juga tampan kok, Mas," balas Aura malu-malu. Dibawanya wajah sang suami agar kembali mendongak, lantas menyentuhkan bibir mereka lagi.

Merasa tak tahan lagi, Arka langsung menyingkap daster sang istri hingga ke perut Aura. Setelah itu, ia bawa istrinya duduk untuk lanjut melepaskannya. Tak kelupaan, dirinya juga melepas kaus sekaligus celana.

"I love you," bisik Arka seiring dengan tangannya yang bergerak melepas celana dalam Aura. Setelah dalaman itu terlepas dan bagian bawah mereka sama-sama polos, Arka pun mulai mendekati sang istri dan menindihnya lagi. Selepas itu keduanya mendesah akibat dari kepunyaan mereka yang sudah menyatu.

Imperfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang