Part 8

1.2K 177 42
                                    

Semalaman Aura tak bisa tidur dengan lelap. Ia merasa cemas jikalau papa mertuanya kembali menyelinap ke kamarnya. Beruntung hal itu tidak kejadian hingga subuh mulai menyapa.

Usai melaksanakan shalat subuh sendirian, Aura meraih ponsel guna menghubungi sang suami untuk mengingatkan ibadah subuhnya. Ia menunggu beberapa saat hingga panggilannya tersambung.

"Assalamualaikum..."

"Waalaikum salam, Sayang."

"Mas baru bangun? Udah masuk waktu shalat subuh belum di sana, Mas? Kalo udah, jangan lupa shalat ya, Imamku," ucap Aura dengan suara lembutnya yang mampu membuat perasaan Arka menjadi tenang.

"Iya, Sayang. Makasih sudah diingetin ya. Mas cinta kamu."

"Aku juga cinta kamu, Mas. Hari ini pulang 'kan? Jam berapa?"

"Rencananya sore jam 4-an, Sayang. Nanti Mas telpon kamu kalo udah mau pulang."

"Iya, Mas."

Aura meletakkan ponselnya ke atas nakas setelah panggilan mereka berakhir. Ia mandi terlebih dahulu sebelum nanti membantu mama mertuanya di dapur.

Sedangkan Arka di sana, lelaki itu menghela napas seraya mengusap wajahnya. Arka sengaja tak memberitahu istrinya dengan siapa dirinya menginap karena tak ingin membuat Aura khawatir. Apalagi ia dan Elina juga tak melakukan apa pun. Ia tidur di sofa sedang Elina di atas kasur.

Sehari semalam bersama Elina, Arka kerap mendapat godaan. Beruntung, sampai sekarang ia masih bisa menahan diri karena memikirkan istrinya. Kalau saja tidak ingat istri, sudah pasti semalam Arka mengiyakan ucapan Elina yang menyuruhnya tidur di kasur bersama-sama.

Elina cantik, seksi pula, mana ada laki-laki yang tahan jika berduaan dengannya?

Arka buru-buru mengalihkan pandangan dari Elina saat tak sengaja melihat celana dalam wanita itu kala selimut dan pakaian tidurnya tersingkap. Bergegas Arka menuju kamar mandi untuk berwudhu kemudian melaksanakan shalat agar terhindar dari pikiran kotor yang mulai memenuhi kepalanya.

***

"Mampir dulu yuk, Pak," ajak Elina pada Arka agar memasuki rumahnya. Selepas dari bandara tadi mereka langsung pulang naik taksi bersama-sama dan Elina mengajak Arka singgah ke rumahnya terlebih dahulu.

"Lain kali aja deh, Bu. Sekarang sudah malam, nggak enak sama tetangga Ibu," tolak Arka sopan. Hari sudah malam dan rasanya tak pantas jika dirinya bertamu seorang diri. Apalagi Elina adalah seorang janda. Yang ada nanti akan muncul fitnah yang tidak-tidak sekalipun mereka tak melakukan apa-apa. Walaupun kemungkinannya ada asisten rumah tangga Elina, hanya saja tetap terasa tak enak.

Mereka seharusnya pulang tadi sore, tapi sayang keberangkatan mereka sedikit tertunda hingga akhirnya mereka sampai di rumah saat hari sudah malam seperti ini. Arka pun sempat memberi tahu Aura jika kepulangannya telat.

JDUAR!

"Aaaa!" Elina terpekik ketika terdengar suara petir yang menggelegar. Wanita itu refleks memeluk Arka yang ada di dekatnya. Tanpa terasa hujan mulai mengguyur tanah seiring dengan lampu yang padam dan menyisakan kegelapan.

"Ibu nggak apa-apa?" tanya Arka pada wanita itu.

"Nggak apa-apa, Pak. Saya cuma takut sama petir. Apalagi gelap banget begini. Temenin saya dulu sampai lampunya nyala ya, Pak," pinta Elina memelas.

Dengan kikuk Arka mengangguk. Elina yang sedang memeluknya membuat Arka bisa merasakan payudara wanita itu yang terasa menekan dadanya. Ia pun mengendurkan pelukan mereka seraya membawa Elina melangkah menuju sofa dengan penerangan ponsel.

Imperfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang