Part 11

1K 188 22
                                    

"Tolong lepasin aku, Mas. Ceraikan aku jika memang kamu udah nggak cinta lagi," lirih Aura penuh permohonan. Sejujurnya Aura tak pernah mengharapkan ada perceraian dalam rumah tangga mereka. Aura selalu berharap pernikahannya dan Arka berlangsung hanya sekali untuk seumur hidup. Tetapi, jika sudah begini kejadiannya, Aura pun tak bisa berbuat apa-apa.

Menurut Aura, ia dan Arka lebih baik berpisah dari pada saling menyakiti. Arka sudah tidak percaya lagi padanya. Bahkan, menatapnya saja lelaki itu muak. Dari pada tak mendapat kenyamanan ketika bersama, lebih baik mereka mengakhiri hubungan pernikahan itu. Apalagi Arka pun sudah menemukan wanita baru yang sudah membuatnya berpaling dari Aura.

Aura sangat sadar kalau kemungkinan besar suaminya melakukan itu sebagai pelampiasan atas kekecewaan terhadapnya. Namun, jujur Aura pun merasa kecewa pada Arka karena begitu cepat bisa menemukan wanita yang baru. Bahkan, sepertinya hubungan mereka sudah cukup jauh karena Aura bisa melihat tanda merah di leher sang suami. Aura yakin kalau Arka dan wanita yang entah siapa itu sudah pernah berhubungan badan.

"Sekali aku bilang enggak, ya enggak, Aura!"

Aura memejamkan mata karena bentakkan keras sang suami. Ia paling jarang dibentak seperti itu dan bentakkan Arka membuat luka di hatinya semakin menganga lebar.

"Aku mohon sama kamu, Mas... Aku nggak bisa tinggal di sini lebih lama lagi, kalo kamu aja udah nggak peduli padaku. Aku nggak mau diperkosa Papa kamu lagi. Jadi aku mohon dengan sangat, lepasin dan biarin aku pulang ke rumah orang tuaku," mohon Aura sekali lagi. Ia bangkit dan kembali bersimpuh di depan Arka tanpa memedulikan bahunya yang terasa sakit karena dorongan lelaki itu tadi.

"Jangan harap, Aura! Itu nggak akan terjadi! Satu langkah aja kamu pergi dari rumah ini dengan niat kabur, aku nggak akan meridhoi itu!" sahut Arka tajam. Ia menyentak lengan Aura dan memilih meninggalkan istrinya itu.

Lagi dan lagi Aura hanya bisa menangis pilu. Ingin sekali ia mengabaikan peringatan Arka dan pergi begitu saja dari rumah itu. Namun, biar bagaimanapun ia masihlah seorang istri yang harus tunduk pada suaminya. Meski dalam kasus ini Aura tak tahu apakah dirinya masih harus mematuhi ucapan Arka.

Permasalahan di antara mereka semakin berlarut-larut karena Arka tetap teguh pada pendiriannya untuk tidak menceraikan Aura. Lelaki itu terlalu asyik dengan dunia barunya bersama Elina dan tak memedulikan Aura. Aura sudah makan atau belum, Aura baik-baik saja atau tidak, lelaki itu sama sekali tak peduli.

Hal itu berlangsung lama hingga satu minggu kemudian. Arka terlalu sibuk dengan urusan luar dan jarang pulang. Beruntungnya Hamid tak bisa berbuat macam-macam karena diawasi sang istri. Dan hari ini, Aura merasa kalau badannya tak begitu sehat. Kepalanya pusing sejak bangun tidur tadi dan sekarang ia malah merasa mual.

Bergegas Aura pergi ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya. Aura pikir asam lambungnya naik karena ia tak makan dengan teratur. Tetapi kemudian, ia terdiam kala menyadari kalau tamu bulanannya sudah telat datang. Refleks saja Aura menyentuh perutnya dengan air mata yang kembali membasahi pipi. Jika memang dirinya hamil, Aura tak tahu anak siapa yang sedang dikandungnya. Anak Arka atau malah papa mertua brengseknya itu?

Jika Aura benar hamil anak Arka, tentu saja bukan masalah besar. Sekalipun mereka berpisah, Aura akan tetap merawat anaknya dengan sepenuh hati. Tapi apa jadinya jika yang terjadi malah sebaliknya? Sanggupkah Aura menatap anaknya yang merupakan hasil dari perbuatan bejat papa mertuanya?

Memikirkan hal itu membuat kepala Aura terasa kian sakit. Dunianya terasa berputar-berputar tanpa kejelasan. Hingga kemudian, Aura tak sadarkan diri dan jatuh ke lantai kamar mandi.

***

Arka yang pagi itu pulang memasuki kamar dengan alis berkerut saat tak menemukan keberadaan istrinya. Ia berdecak karena rupanya Aura mengabaikan peringatannya untuk tidak pergi. Kekesalannya pun kian bertambah karena berpikir Aura pergi untuk menemui laki-laki lain agar mendapat kepuasan. Sebab, sudah seminggu lebih Arka tak pernah menyentuh istrinya lagi.

Imperfect WifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang