!!!WARNING!!!
18++Disini ada unsur dewasa dan kata - kata umpatan. Jadi, harap bijak dalam membaca ya guys.
_Happy Reading_
-Dimas POV-
5 menit, 10 menit, dan hampir 20 menit. Rain membuatku khawatir sekarang. Akhirnya aku mengajak mas Bram untuk menjemput Mema dan Rain serta kerabatnya yang ikut dalam pesta tak jelas itu.
Ketika aku sampai di ruangan mereka, aku sama sekali tidak melihat Rain ada disana. Sialan.. Jangan - jangan dia pingsan di kamar mandi lagi.
Dengan sedikit berlari aku coba mencari Rain ke toilet perempuan. Dan walaupun dengan terpaksa masuk karena panik, aku justru tidak juga menemukan Rain disana.
Aku berjalan perlahan kembali menuju ruangan dimana mereka berada tadi.
"Dimas. Rain mana ?" Mas Bram ditemani Mema yang berjalan bersamanya seraya menanyakan keberadaan Rain.
"Gak tahu. Gue cari di kamar mandi gak ada." Jawabku dengan wajah khawatir.
"Duh gue takut dia di apa - apain sama orang. Mana tadi jalannya rada sempoyongan gitu. Ayok lah cari ke ruangan - ruangan lainnya."
Saran Mema patut untuk di coba. Kami bertiga berpencar menuju beberapa ruangan lain..
Dan ketika mencari ke sudut lain dari lantai dasar ini, aku menemukan Rain terduduk lemas di depan pintu sebuah ruangan.
Dengan berlari aku segera menghampiri Rain. Khawatir jika dia di apa - apakan oleh orang langsung terlintas di kepalaku. Mengingat baju Rain malam ini benar - benar terbuka dari biasanya.
Dres glitter ketat yang hanya dapat menutupi hingga paha, dengan potongan V neck yang menonjolkan bagian dadanya, membuat otakku berpikiran jika mungkin saja dia diapa - apakan oleh lelaki hidung belang.
"Rain.. lo kenapa ? Kok nangis gini sih.." Tanyaku khawatir seraya memegangi pundak Rain yang begitu lemas.
"Ares Dim.. Ares.." Matanya sembab dan memerah karena menangis tersedu - sedu.
Tak lama Mema datang menghampiri kami bersama mas Bram.
"Ini gue gak tahu kenapa Rain tiba - tiba nyebut nama Ares dan nangis kayak gini." Jelasku sebelum mereka bertanya.
Entah mengapa Mema dan mas Bram justru beradu tatap, tepat di sebuah kaca transaparan yang terpasang di pintu yang berada di hadapan kami.
"Dimas.. Kayaknya lo harus lihat sendiri apa penyebab dari tangisan Rain."
Mema bergantian memeluk Rain dan mengangkatnya, ketika aku sedikit maju untuk melihat isi dari ruangan itu.
Mataku terbelalak serasa panas dan ingin keluar dari tempatnya. Dengan mata kepala kami sendiri, kami melihat Ares melalukan adegan make out dengan seorang gadis yang sudah setengah bugil di pangkuannya.
Tanganku secara otomatis ingin membuka pintu itu, tetapi terkunci.
Ingin sekali rasanya aku membunuh orang yang sudah menyakiti sahabatku sampai menangis tersedu - sedu seperti ini."Ares.. Dia ini calon istrimu.. Setega itukah kamu menyakiti orang yang sudah mencintai dan mempercayaimu dengan sepenuh hati ?
Wanita yang merelakan dirinya jatuh di tanganmu dan memberikan dunianya padamu."Aku bermonolog dalam hati.
Awalnya aku hanya ingin meredam emosi dan segera membawa Rain pergi dari tempat biadap ini. Hingga sekilas walaupun sedikit tidak jelas, aku merasa mengenal siapa perempuan yang memunggungi pintu ini, dan duduk di pangkuan Ares.
Tapi siapa ya. Bahkan suara mereka yang samar - samar pun terdengar cukup jelas dari balik pintu ini.
"Ahh... Jangan gigit dong mas.. Kan sakit.. Uuh.."
"Gantian kamu manjain yang di bawah dong sayang.."
"Bayarannya tambahin ya mas sayang..."
Wanita di pangkuan Ares turun dan mulai membuka celana Ares. Sialan.. Lebih baik kami pergi dari sini sekarang.
Ketika aku akan mengajak yang lainnya pergi, wanita itu berbalik badan dan memperlihatkan tubuh setengah bugilnya seraya meminum bir dari botol yang berada di atas meja.
Dan seketika kakiku reflek bergerak untuk mendobrak pintu.
-Mema POV-
Sungguh aku ingin sekali membawa Rain keluar dari sini sekarang juga. Aku tidak tega melihatnya seperti ini.
Cukup dengan Ares yang melakukan kegiatan make out nya dengan gadis setengah bugil yang ada di pangkuannya. Dimas sudah geram dan hendak membuka pintu itu, sayang terkunci begitu rapat dari dalam.
"Guys.. Sekarang mending kita anter Rain dulu deh ya. Kasian nih dia udah menggigil gini."
Suaraku memecahkan keheningan yang terjadi diantara kami.
Saat akan berjalan menjauhi pintu dan membawa Rain pergi, tiba - tiba Dimas memukul dengan kencang pintu tersebut.
"Itu cewek gue Mema, mas Bram.. An*ing!!!" Dimas berteriak dan marah sejadi - jadinya.
Dan akhirnya pintu itu terbuka akibat tendangan yang Dimas lakukan. Mas Bram berusaha menahan Dimas. Tetapi sepertinya kemarahan Dimas lebih besar, padahal tubuh mas Bram lebih besar dari pada tubuh Dimas.
Pukulan demi pukulan di daratkan Dimas tepat ke wajah Ares berkali - kali. Mas Bram hanya bisa berusaha melerai keduanya dan menarik Dimas untuk berdiri dari atas tubuh Ares yang sudah tidak bisa bangun kembali.
Aku segera membawa Rain keluar dari sana dan membiarkan mereka menyelesaikan urusan mereka. Toh disana ada mas Bram yang akan menjadi penengah, dan membuatku merasa sedikit lebih tenang.
Aku membawa Rain masuk kedalam mobilku dan membiarkannya tertidur di pangkuanku. Mungkin dia lelah setelah menangisi orang breng*ek yang sudah dia cintai dengan sepenuh hatinya.
Aku pun tidak menyangka Ares sampai hati melakukan hal itu kepada Rain, kesayanganku. Aku mengutuki Ares berkali - kali dalam hatiku saat ini.
Dan tanpa sadar mataku memanas dan menangis seraya mengelus rambut bergelombang Rain, dan memperhatikan wajahnya yang terlihat begitu gelisah di sela - sela tidurnya.
"Rain.. We really sorry about the bad things that have happened to you..
Satu hal yang perlu kamu tahu Rain. Kami disini untukmu. Dan senantiasa menjadi tempatmu untuk bersandar.
We love you Rain.. We do.."Naahhh gimana ???
Sudah tau dong alasan Rain sampai saat ini tidak mau membuka hatinya untuk siapapun dan menjadi workaholic..Di next capt bakalan ada kisah antara Rain dan Dimas tepat setelah kejadian naas tersebut loh..
Hmmm
Gimana yaah ceritanya ??Jangan lupa klik bintangnya dan comment bellow agar aku bisa terus semangat untuk update😁
See you next capt ya guys..
With love,
_Kurnia Dee_
KAMU SEDANG MEMBACA
Rain for Rain (On Hold)
ChickLitRainita Sarasputri Purnawan. Wanita yang memiliki karir gemilang. Tetapi kehidupan cintanya justru berbanding terbalik. Gagal menikah, membuat Rain memutuskan untuk tidak ingin lagi mengerti soal cinta. Namun, Rain akhirnya di pertemukan dengan soso...