19

45 6 0
                                    

"Revisha kemana, Riel?" tanya Fajar karena sudah 2 hari ini ia tak melihat gadis itu.

"Ngapain lo tanya dia?" Bukannya menjawab, Alfariel malah balik bertanya sambil memperlihatkan tatapan tak sukanya.

"Lo cemburu sama gue?"

"Buat apa cemburu?"

"Terus, kenapa malah balik nanya?"

"Kalian kenapa, sih? Berisik tau gak?" lerai Lea merasa jengah dengan tingkah kedua pemuda itu. "Mau sampai kapan musuhan kaya gitu?"

"Bener, tuh! Mau sampai kapan kalian debat?" sahut Denis tiba-tiba.

"Diem lo!" tukas Lea menunjuk Denis. "Lo, Riel. Fajar tanya, lo malah balik tanya. Lo juga sama, Jar."

"Buat lo, Riel. Fajar tanya ke mana Revisha? Jawab!" sambung gadis itu menatap Alfariel malas.

"Dia sakit," jawab Alfariel singkat, padat, dan jelas.

"Dan lo, Fajar. Alfariel tanya kenapa lo tanya tentang Revisha?"

"Gue cuma khawatir sama dia," jawab Fajar seadanya karena bagaimana pun dia tau kondisi gadis itu.

"Lo suka sama dia?" tanya kembali Alfariel.

"Siapa yang bilang?"

Denis berdecak kesal karena baru saja damai sudah ribut kembali.

"Udah! Kalian kenapa, sih? Bisa gak ngejawabnya jangan sama pertanyaan lagi?" Kembali Lea melerai keduanya. Ia menghela nafas kala hanya keterdiaman yang ia dapatkan.

"Pusing gue dengerin ocehan kalian berdua, mending ke kantin," putus Lea lalu beranjak pergi.

"Gue ikut!" sosor Denis berlari menghampiri Lea karena ia pun sudah jengah mendengar perdebatan kedua sahabatnya.

"Lo, sih!" adu Fajar kesal.

"Lo yang mulai," balas Alfariel tak terima disalahkan.

"Lo yang ngeselin," jelas Fajar.

"Kalo lo nggak mulai gue juga gak akan gini," protes Alfariel.

Akhirnya mereka terdiam dengan pikiran masing-masing, saling memandang lewat ekor mata. Keduanya menghela nafas secara bersamaan.

"Sorry," ucap Alfariel bersamaan dengan Fajar yang mengucapkan kata yang sama.
Keduanya saling terkekeh menertawakan prilaku masing-masing yang masih dibilang labil.

"Gue cuma gak mau lo nyesel dikemudian hari," ungkap Fajar dengan pelan.

Alfariel dapat mendengarnya tapi ia memilih diam meski ingin mengetahui maksud dari ucapannya, ia tidak tau kenapa Fajar selalu mengatakan hal tersebut padanya.

-o0o-

"Revisha masih sakit?" tanya Aris memastikan kala dia dan Via hanya duduk berdua di kantin.

"Iya," jawab Via dengan lesu. "Apa penyakitnya tambah parah?"

"Lo jangan ngomong gitu, ucapan itu doa," tegur Aris ikut khawatir karena ia tau bahwa Revisha kembali mengabaikan kesehatannya.

"Gue khawatir sama dia," lirihnya memandang tak minat makanan dimangkuknya.

"Bukan cuma lo, gue juga sama."

"Coba aja dia ngasih tau alamat rumahnya udah gue datangi tuh, bocah," gerutu Via mengingat sampai sekarang gadis itu tak mengetahui di mana rumah yang ditempati Revisha dan Alfariel.

"Masih baik lo cuma gak tau rumahnya. Lah, gue? Pesan aja gak pernah dibales lagi," keluh Aris membuat Via tertawa ringan.

"Lagian lo masih aja ngejar dia, udah tau keadaannya gak memungkinkan."

Anything for YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang