Prolog

24K 2.9K 212
                                    


Warning :

ini adalah repostan cerita taun lalu.
Inak hapus gegara lupa kagak ada nopelnya. 😆

🔥🔥🔥


Kyra meringis saat punggungnya membentur tembok. Matanya menantang nyalang pada Birendra yang terlihat lebih panas dari pada api neraka.

"Apa kamu tahu yang baru saya kamu lakukan, hah?!" tanya lelaki itu dengan  gigi bergemeretak. Dia adalah orang yang sangat tenang dan selalu bisa berkepala dingin, tapi malam ini adalah pengecualian. Birendra rasanya ingin melumat habis gadis di depannya.

"Tahu. Dan kamu menghalangiku!"

"Kamu hampir mati, bodoh!"

"Aku tidak bodoh!" balas Kyra sama kerasnya.

"Iya! Jika aku terlambat datang, kamu sudah menjadi mayat sekarang!'" teriak Birendra.

"Bukan urusanmu!"

"Apa?!" desis Birendra yang kini maju, mempersempit jarak diantara mereka. "Bukan urusanku katamu?!"

"Iya!"

"Paman tidak akan suka mendengar hal ini."

"Mau mengadukanku lagi?"

"Paman harus tahu."

"Dasar pengadu!"

"Apa?"

"Kamu selalu mengadukanku pada Papa!"

"Itu karena kamu bertingkah seperti bocah lima tahun yang tantrum-"

Sebelum perkataan Birendra selesai, Kyra sudah maju menyerangnya. Gadis itu melayangkan tinju bertubi-tubi yang sialnya selalu berhasil dipatahkan Birendra.

"Hentikan!" Desis Birendra saat tinju Kyra hampir mengenai pelipisnya. "Aku Kakakmu yang hanya berusaha melindungimu." Satu tendangan melesat lagi.

"Kamu bukan Kakaku!"

Bertepatan dengan itu Birendra berhasil menangkap tinju Kyra dan mendesak tubuh gadis itu di tembok
"Hentikan-"

"Dan aku tidak mau dilindungi. Aku tidak butuh perlindungan darimu! Aku bukan adik lemah dari pria  sok jagoan-"

Kyra terbelalak, napasnya tercekat. Dari sekian juta kemungkinan cara Birendra membungkamnya, ini adalah hal paling di luar nalar. Lelaki itu mencium bibirnya. Tidak. Birendra melumat mulut Kyara dengan intensitas sangat panas hingga membuat dada gadis itu hampir meledak kehabisan napas. Lelaki itu sedang menunjukkan siapa yang lebih kuat diantara mereka.

Saat Birendra melepaskan penyatuan bibir mereka, lelaki itu tak menjauh. Tangannya terulur untuk mengusap bibir Kyara yang lembab, merah dan membengkak. "Dalam hal ini kamu benar," ucap lelaki itu terengah, tatapan matanya sarat emosi. "Kamu tidak lagi bisa menjadi adikku."

Mendengar hal itu, Kyara berusaha keras agar tidak pingsan di tempat.

---- Love----

      Rami

Yang bingung Birendra siapa, fix kalian   harus daftar jadi jemaah Ayam ( Ruang)

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang