08

11.4K 2.6K 302
                                    

Selamat malam mamak-mamak jemaah halu yang hobi melototin anak Inak, padahal di rumah dah punya lawan tanding.

Buat dedek-dedek emesh, anggep aja ini bekal dari Inak yes. Biar ntar kalo kelean ketamu uhuk ... pasangan halal, bisa siap dibanting. 🤭🤫🤫🤫🤫

💋💋💋

Kyra mengerang. Jemarinya tertanam di rambut Birendra. Gadis itu mendongak dan sekuat tenaga berusaha menahan erangan.

Tangan Burendra menyentuhnya dimana-mana. Lelaki itu mengangkat tubuh Kyra hingga membuat kaki gadis itu terbuka dan melingkar di pinggangnya. Birendra menggesek-gesakan dirinya, nmmembuat Kyra frustrasi. Dia kemudian merebahkan  Kyra di ranjang sebelum kemudian menindih gadis itu.

Bibir Birendra berpindah  menicumi Kyra, tapi tangannya membelai bagian paling rahasia gadis itu.

"Bi ...," erang Kyra tersentak.

"Aku tidak tahan lagi."

Suara 'oh' Kyra terdengar begitu jelas, tapi hal itu malah membuat jari Birendra semakin jauh masuk. Hangat dan lembab menyelubunginya. Napas Birendra mirip dengusan hewan buas saat menenggelamkan diri di belahan dada Kyra sekarang. Lidahnya menjilati kulit  putih yang memerah itu.

Suara ketukan itu sperti lonceng kematian bagi Birendra. Lelaki itu mengumpat tertahan. Dia  menatap Kyra frustrasi. Sementara gadis itu terbelalak dengan wajah pucat di bawahnya.

"Bi ...."

"Biarkan saja!" ucap Birendra hendak kembali mencium Kyra.

"Bi, bagaimana jika itu Bibi?"

Makian Birendra bertambah kasar. Lelaki itu menarik tangannya dari dalam tubuh Kyra, membuat gadis itu mengerang tertahan. Birendra menatap Kyra seolah akan mati jika menjauhi.

"Kita pura-pura saja tak mendengarnya."

Ketukan lagi, dan Birendra terpaksa melupakan idenya itu. Dia melesat ke arah pintu. Birendra membuka pintu, tapi tidak lebar. Hanya memberikan sedikit celah untuk bisa melihat siapa pengganggu yang datang.

Senyum Caraka menyambutnya. Pemuda ganteng dengan tato disekujur tubuhnya itu, benar-benar tampak menyebalkan di mata Birendra sekarang. Dia seujujurnya lega bukan ibunya yang mengetuk, tapi  seandainya pun iya, Birendra berpikir segalanya akan menjadi lebih mudah. Lelaki itu sudah bosan main kucing-kucingan.

Kyra yang terbaring di atas ranjang sudah cukup membuatnya berani mengambil resiko apapun sekarang. Astaga, gadis itu sangat manis dan lembut. Hangat serta bearima sangat lezat. Birendra terpaksa berdehem untuk menrkan gairahnya yang masih menggila.

"Mama menyuruh saya ke sini," ujar Caraka dengan senyum terlalu manis. "Mama bilang Kakak terlalu lama berganti pakaian. Jadi bisakah Kak Bi memintanya keluar?"

"Kamu tahu?" tanya Birendra terkejut

"Kamar tamu terkunci, Bibi Yra bilang Kakak berganti pakaian di kamar Kak Bi." Caraka masih tersenyum lebar. Matanya bahkan membentuk satu garis tipis. 

Birendra tahu bahwa senyum ramah dan ucapan polos Caraka hanya sebuah kepura-puraan belaka. Meski bisa membuat lutut gadis-gadis lemas, tapi Birendra tidak akan tertipu.

"Kakakmu memang berada di kamarku."

"Nah, kalau begitu minta Kakak keluar. Nenek sudah tidak sabar untuk memotong bolunya."

"Kamu tidak marah?" kejar Birendra yang muak dengan basa-basi ini. Demi Tuhan, gairahnya belum padam sempurna.

"Marah kenapa?"

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang