1

15.1K 2.5K 279
                                    

Kyra memarkikan mobil mustangnya. Setelah mematikan mesin, gadis itu melompat turun. Perasaanya kacau luar biasa, dan angin yang bertiup dari laut pasifik itu, tak mampu mendinginkan sedikitpun.

Lampu di beranda depan masih menyala, begitu pula di halaman, tapi bagian dalam rumah terlihat gelap. Ini memang bukan jam di mana anggota keluarganya masih terjaga. Setidaknya peraturam itu berlaku saat berada di balik pintu kekuasaan Bu Surayya.

Kyara menoleh ke belakang, ada Rey dan Sank yang menjaga gerbang. Mereka tentu akan melaporkan kepulangan Kyra malam ini pada sang ayah esok paginya. Namun, setidaknya ia memiliki waktu semalaman untuk mempersiapkan hal itu.

Malam ini berat dan berantakan. Pencaraian Kyra mengalami kegagalan karena Birendra. Namun, puncak dari kesialannya adalah apa yang dilakukan Birendra di apartemen lelaki itu satu jam yang lalu.

Kyra menggelengkan kepala. Berusaha mengusir bayangan tak senonoh itu. Ada amarah terpendam dalam dirinya. Gadis itu menyelinap masuk. Serbuan pendingin  udara membuatnya sedikit bergidik. Ruang tamu itu lenggang seperti yang ia duga, juga berantakan yang menandakan dua saudaranya berada di rumah malam ini. Bagus! Setidaknya kedua orang tuanya memiliki kesibukkan menginteogasi dua anak nakal itu hingga  tidak terlalu fokus padanya.

Ia melirik ke arah pintu kamar orang tuanya. Kyra yakin bahwa sang ayah pasti mengetahui kepulangannya. Namun, memilih untuk tidak mengkonfrontasi.  Ibunya, alasan mengapa keributan tidak boleh tercipta di rumah itu.

Kyra menaiki tangga menuju lantai dua. Gerakannya gesit, tapi tidak menimbulkan suara. Gadis itu terlatih untuk bergerak dalam senyap.

Memasuki kamar, Kyra langsung menguncinya. Ia menyalakan lampu, dan merasa terganggu karena cahaya itu sendiri.

Kamarnya luas dengan warna merah muda lembut yang dikombinasikan waena putih. Dari durnitur hingga plafonnya. Sang ibu yang mengkonsep dan mendekorasinya. Bu Surayya benar-benar mewujudkan kamar bertema kerajaan untuk gadis feminin. Namun, masalahnya, Kyra tidak tertarik pada segala sesuatu yang berbau kerajaan, apalagi yang feminin . Segala sesuatu di kamar itu menggambarkan kelembutan dan hal manis, bertolak belakang dengan karakter Kyra, yang disembunyikan selama ini.

Gadis itu melepaa sepatu botnya. Telapak kakinya bersentuhan dengan karpet bulu berwarna putih yang mengingatkan Kyra pada kucing Anggora milik neneknya. Kucing yang mati tahun lalu dan dikuburkan layaknya manusia. Kyra mengeluarkan semua senjatanya. Pisau kecil dengan sarung dari kulit buaya dan Glock 20. Pistol  yang bisa menampung 15 peluru itu adalah hadiah dari ayahnya. Hadiah diam-diam pada ulang tahunnya yang ketujuh belas.

Ah, betapa sayangnya Surayya lada sang Ayah. Ia memang Tuan Putri di rumah itu, tapi di dunia luar, Surayya adalah pemburu. Pemburu yang dipersiapkan untuk menggantikan posisi sang ayah kelak. Bahkan kedua adiknya, selalu mematuhi Kyra.  Sayangnya sekuat apapun Kyra, ia harus tetap menjadi gadis kecil sang ibu.

Kyara satu-satunya hal yang membuat hidup ibunya terasa mendekati normal.

Gadis itu kemudian ke kamar mandi. Ia butuh berendam dengan busa yang menguarkan aroma vanilla. Kyra harus membersihkan dan membebaskan diri dari jejak Birendra di tubuhnya.

****

"Selamat pagi, Princces, ayo bangun, Sayangnya Ibu."

Kyra menahan erangan. Sapaan itu benar-benar menamparnya pagi ini. Gadis itu membuka mata, dan wajah ibunya membayang di atas.

"Selamat pagi, Cantikku. Bangunlah, sarapan menunggumu."

"Bu ....."

"Nay ... nay ...." Bu Surayya menggeleng ketika melihat tatapan memelas sang putri. "Kamu harus bangun. Tidak boleh ada sarapan terlambat untuk tuan putri Ibu, mengerti?"

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang