4

11.2K 2.6K 510
                                    


Kisah Birendda ini nggak bakal puanjang banget ya. Inak cuma nggak mau ninda nulisnya, kalau ketunda, ntar idenya ilang. Jadi jangan malas kalian buat ninggalin jejak, jemaah. 🥰🥰




💋💋💋

Pertemuan itu berakhir tidak sesuai harapan Birendra. Jadi saat  hampir mencapai motornya, Birendra menahan dengkusan karena Kyra ternyata sudah menunggu di sana. Dengan anggun Kyra bersidekap dan duduk di jok motor Birendra.

Gadis itu tadi menyerbu keluar saat mendengar permintaan Birendra pada Paman Raga agar menerapkan jam malam untuk putrinya. Kyra jelas ingin mengumpatinya, tapi cukup beradab hingga memilih angkat kaki dari pada merusak reputasi.

Kini, tatapan wanita itu masih sedingin yang diterima Birendra di ruang kerja Paman Raga.

"Mau bertengkar lagi ya?" tanya Birendra begitu berhadapan dengan Kyra. Lelaki itu memang memiliki ketanangan Bentala, tapi juga mewarisi mulut menyebalkan Khayra saat sedang berdebat. Jadi ketika beradu mulut dengan seserorang Birendra memiliki dua efek, yaitu membuat lawan bicaranya ingin meninjunya atau menicumnya. Masalahnya saat melihat tatapan Kyra sekarang, efek pertamalah yang berlaku.
Sayang sekali.

"Tidak."

"Yakin?"

"Kamu ya yang ingin bertengkar?"

"Tidak juga. Semalaman aku tidak bisa tidur setelah mengatasi beberapa keributan, jadi mencinptakan pertengkara, tidak ada dalam daftar aktivitasku hari ini."

"Keributan yang kamu ciptakan sendiri."

Ucapan sinis Kyra dibalas senyum manis Birendra--yang merupakan senjata andalannya saat ingin mendapatkan ayam extra dari sang ibu.

"Aku kira kamu akan melaporkanku pada Papa."

"Apa?"

"Soal semalam. Kukira kamu yang akan melaporkanku."

"Tadinya begitu, tapi Zani mendahuluiku."

Kyra  menatapnya tajam dan Birendra memalingkan wajah. Meski berbentuk bulat dan sangat cantik, saat marah mata Kyra mampu bisa mengiris hingga ke hati.

"Kenapa?"

"Apa lagi?" tanya Birendra tidak sabaran. Jujur saja dibalik sikap tenang dan terkesan tak peduli yang ditampilkan, Birendra merasa panas dingin setiap menatap Kyra. Apa yang dilakukannya semalam adalah kutukan, karena begitu Kyra meninggalkan  apartemennya, Birendra tidur tidak nyenyak dan sialnya memimpikan gadis itu hingga membuat celana dan spereinya basah.

"Kenapa tidak mengaku pada Ayah kalau kamu men .... men ...."

"Menciummu?"

Kyra memejamkan mata, seolah kalimat Birendra mampu membawa kengeriannya semalam. "Iya."

"Kamu ingin aku mengakuinya?"

"Berhenti menjawab pertanyaan dengan pertanyaan. Kamu yang tersangka di sini."

"Jadi kamu korban?"

"Aku bukan korban!"

"Tepat karena jika kamu korban, kamu tidak akan membiarkanku melucuti pakaianmu semalam."

Ya Tuhan, Kyra pasti sudah gila karena mau membicarakan ini. "Aku. Tidak.Membiarkanmu."

"Yakin?" Birendra bersidekap dengan gaya pongah.

"Iya."

"Lalu kenaoa kamu hanya mendesah saat aku mencium payu-'

''Hentikan! Bibi akan murka jika tahu kamu melakukan ini!"

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang