06

10.5K 2.4K 296
                                    

💋💋💋💋

"Aku bisa pulang sendiri." Kyra mengucapkan hal itu dengan nada lamat-lamat. Ia berusaha menyabarkan diri.

"Aku akan menjemputmu, sekalian pulang dari kantor."

"Aku akan naik taksi saja."

"Aku. Akan. Menjemputmu."

Kyra mendesah. Ia tahu alasan Birendra memaksa menjemputnya. Lelaki itu tak mau jika jam pulang sekolah Kyra digunakan untuk berkeliaran.

Hal yang sama mengapa dirinya tidak membawa mobil. Papanya punya mata dimana-mana, dan mobil mustangnya yang di cat berwarna merah muda--atas perintah sang mama-- sangat mudah menarik perhatian di jalanan.

Kyra sudah menyewa sebuah motor, dan biasanya menggunakannya untuk menunjang mobilitas saat sedang menyamat. Motor itu kini terparkir di bekel belakang gedung sekolahnya. Kyra dan pemilik bengkel adalah sahabat. Meski usia mereka terpaut empat puluh tahun, tapi Pak Mamad sangat bisa diandalkan untuk menyimpan rahasia. Kyra tak akan berhenti sampai tujuannya tercapai.

"Aku sudah membeli bolu kesukaan Nenek tadi. Jadi, kita akan langsung ke rumahku."

Kyra mengerutkan kening. Biasanya Birendra selalu menunggunya untuk membeli bolu. Birendra tahu Kyra sangat suka ke toki kue. Dan lelaki itu tak akan melewatkan kesempatan melihat Kyra memilik cupcake kesukaanya di sana.

"Kamu masih di sekolah kan, Princces?"

Pertanyaan Birendra kembali membuat pikira  Kyra fokus. "Tidak usah bertanya, toh kamu sudah tahu."

"Benar juga. Aku akan tiba dalan waktu  kurang dari tiga menit."

"Astaga! Matikan teleponnya! Bibi akan menjewermu jika tahu kamu menelpon  sambil naik motor."

"Siapa bilang aku sambil naik motor?"

Perasaan Kyra langsung tidak enak. Ia mematikan telepon setelah Birendra mengucapkan salam perpisahan.

Dan benar saja, Kyra tidak butuh waktu lama untuk bertenu lelaki itu. Birendra jujur tentang tidak menelepon sembari mengendari motor, karena lelaki itu turun dari mobil dimana Sarah berada di balik kemudi.

Kyra mengepalkan tangan tanpa sadar. Ia bingung karena rasa panas yang menyengat dadanya tiba-tiba.

"Hai, Princces," sapa Birendra saat sudah berada di depan Kyra. "Kukira kamu akan  menunggu di dalam dan keluar saat aku sudah sampai."

"Aku tidak sekonyol itu," tukas Kyra sedikit terlalu sengit.

"Maaf?"

"Aku tidak mengharapkan apapun darimu, Bi. Jadi jangan berpikir yang tidak-tidak."

"Sebentar, kenapa kamu sinis sekali?"

Kyra melirik pada Sarah yang menatap mereka penuh rasa ingin tahu.

"Oh, kamu kesal karena Sarah?"

"Maaf?"

"Tadi kami rapat koordinasi dan Sarah-"

Sebelum Birendra selesai berbicara Kyra dengan tidak sabaran mengangkat tangannya. "Tidak perlu menjelaskan padaku, Bi. Karena aku tidak peduli apapun yang kamu lakukan dengan pacarmu."

Kyra berjalan menuju mobil dan masuk  dengan anggun di kursi belakang. Ia melihat ada kotak kue di sampingnya. Dengan cepat otak Kyra menyimpulkan bahwa Birendra membeli kue bersama Sarah. Rasa pahit memenuhi dada Kyra.

Ia sudah selesai menggunakan seatbelt saat Birendra menyusul.

"Wah, akhirnya aku bisa melihatmu dari jarak dekat. Hai , Princces K. Kenalkan aku Sarah," ucap wanita berambut pendek itu sembari mengulurkan tangan.

Titik TemuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang