I. THE SPRING CASE

103 26 95
                                    

Musim semi tiga belas tahun kemudian ....

Hyunji duduk di atas alas dengan tiga kotak set makan siang yang dibelinya di sebuah restoran cepat saji. Ia tidak sempat masak dikarenakan kesibukannya. Bae Hyunji kini telah menjelma menjadi seorang detektif kepolisian. Walau sibuk ia tak lupa menyempatkan diri melaksanakan permintaan terakhir sang ayah sebelum meninggal. "Jangan lupakan hari di musim semi. Saat kita bersama ... kau harus selalu menghidupkannya sesibuk apa pun kau nanti."

Hyunji menyimak keindahan bunga-bunga sakura yang bermekaran mengelilinginya. Pemandangan indah yang selalu mengingatkan dirinya dengan rasa kehilangan. Suasana ini sarat akan kenangan bersama kedua orangtua. Hyunji tak mau menyia-nyiakan waktu, ia membuka masing-masing ketiga tutup kotak makanan, dua di antaranya tak bertuan. Dua kotak itu untuk mendiang ayah dan ibu, anggap saja ia tidak sendirian meski nyatanya kesepian selalu melekat semenjak kepergian sang ayah.

"Selamat makan!" ujarnya seorang diri diiringi helaan napas panjang.

"Tenang saja, kali ini telur gulungnya tidak asin," kata Hyunji mengingat telur gulung asin buatan sang ayah bertahun-tahun silam.

"Aku mau menikmati hari ini dengan tenang." Niatnya begitu, namun pekerjaan seolah tidak merestui. Hyunji tidak menonaktifkan ponsel, sebuah panggilan pun masuk dari sang kapten. Sudah bisa ditebak pasti ada kasus.

Hyunji mengangkat telepon itu kendati sangat ingin mengabaikannya. "Ya, Kapten Jeon?"

"Di mana kau?"

"Sedang makan siang," timpalnya sambil mengunyah.

"Segera ke kantor, ada kasus baru."

"Sudah kuduga ...," gerutu Hyunji dalam hati. "Ya, aku segera datang!"

Hyunji menatap geram pada layar ponsel sesaat setelah panggilan berakhir. Kapten Jeon seolah tahu hari paling bahagia bagi Hyunji dan dia selalu menghancurkannya.

"Kelak jika pangkatku naik akan kulakukan ini pada anak buahku!"

***

Hyunji tiba di Kepolisian Metro Daegu. Tempatnya bertugas selama tiga tahun terakhir setelah sebelumnya bekerja di kantor kepolisian sebuah distrik kota itu semenjak lulus dari akademi kepolisian. Ia bergegas menaiki tangga menuju ruangan divisi kriminal di lantai lima. Kedatangan Hyunji tak disambut para rekan tim karena kursi mereka telah kosong, ia pun beralih menuju ruang meeting, empat pria di ruangan itu serentak menengok ke arah pintu saat Hyunji masuk.

"Maaf, aku terlambat." Hyunji tidak mengatakannya dengan tulus, dia memang sengaja datang terlambat. Kapten Jeon hanya menyipitkan mata, tahu betul sifat bawahannya yang tidak senang diganggu. Namun, itu sudah bagian dari konsekuensi pekerjaannya. Kasus datang tidak kenal waktu, siap-siap untuk terus merasa terganggu.

"Cepat duduk!" perintah pria 42 tahun bernama lengkap Jeon Jungkook itu seraya menyalakan proyektor.

Hyunji duduk di sebelah Letnan Kim Taehyung, rekannya selama tiga tahun terakhir. Mereka telah bersama sejak Hyunji dipindahtugaskan ke tempat ini. Bersama menumpas kejahatan dan mengungkap setiap teka-teki merumitkan. Letnan yang akrab disapa Taehyung itu kini melempar senyum menyejukkan. Rasa jengkel Hyunji pun mereda berkat lengkungan indah pada bibir pria itu.

Dua anggota lain duduk di seberang meja. Letnan Min Yoongi, seorang senior yang selalu tampil paling tenang dan senyap di antara mereka, melipat kedua lengan di dada sambil menatap serius ke arah whiteboard yang diterangi sinar proyektor. Sedang, Kopral Kim Namjoon adalah anggota paling junior, seorang jenius IT yang sangat diandalkan dalam tim—namun agak ceroboh, melambai sekilas pada Hyunji. Mantan hacker yang pernah iseng mengobrak-abrik website kepolisian itu bertobat setelah berhasil tertangkap dan akhirnya memutuskan untuk bergabung menjadi aparat.

BLOODY BLOSSOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang