IX. SECOND CASE

28 5 10
                                    

Bungkus plastik, ikan-ikan setengah segar, darah, garis polisi dan petugas-petugas berseragam kepolisian. Pemandangan yang didapat Hyunji begitu datang ke TKP. Hari masih pagi, tapi kemalangan sudah terjadi. Kesadarannya belum cukup pulih saat menerima telepon dari Jungkook sekitar setengah jam lalu. Ia baru tertidur lelap menjelang fajar, terpaksa dibangunkan karena kasus baru.

Tim forensik tengah memotret kondisi jasad korban yang terlihat mengenaskan. Hyunji melewati garis polisi dan menemui Jungkook serta Yoongi. Dua rekan tim lainnya tidak terlihat. Barangkali mereka sedang tidur pulas menikmati waktu pagi akhir pekan mereka dan sengaja mengabaikan panggilan dari atasan.

"Bagus, kau tidak mengabaikanku," sambut Jungkook.

Hyunji mengedarkan pandangan. Bau amis menyeruak. Perpaduan aroma makhluk air dengan cairan merah dari tubuh manusia yang tercecer di aspal. Hyunji menggulung rambut lantas menguncinya menggunakan bolpen yang direbut dari saku dada kaptennya. Ia mengambil sepasang sarung tangan karet lalu memasangnya pada kedua tangan. TKP tidak boleh terkotori. Hyunji segera mendekati jasad yang terbujur kaku menghadap ke langit. Benar-benar menghadap karena kelopak mata pria itu terbuka lebar. Kondisi yang buruk. Mengapa orang-orang mati mengenaskan?

Mata Hyunji memicing tajam. Dapat dilihat dengan jelas aliran darah dari setiap lubang di kepala korban. Juga kaos putihnya, terjejak bekas ban kendaraan. Hyunji menilik jauh arah jalan—atas sampai bawah—dari tempatnya berdiam. Ada bekas goresan ban mobil beberapa langkah ke atas.

"Pasti dia!" Hyunji berdecak sambil bergeleng. "Kapten, sudah periksa rekaman CCTV?"

"Kau lihat, tidak ada kamera pengawas di gang ini."

"Di ujung jalan sana." Hyunji menunjuk ke arah jalan raya. "Pasti ada kamera di sekitar sana."

Setelah beberapa saat, jasad korban diangkut tim forensik. Kantung mayat diangkat dan dipindahkan ke dalam ambulans untuk dibawa ke rumah sakit. Jenazah perlu diautopsi untuk menemukan penyebab kematian dan perkiraan waktu korban meninggal. Sementara itu, Hyunji bersama Jungkook sibuk mencari kamera pengawas di sekitar tempat kejadian perkara untuk mencari bukti jejak si pelaku.

***

Bukan hari Minggu namanya kalau tidak bermalas-malasan atau menggunakan waktu untuk hal menyenangkan dalam hidup. Tapi Hyunji, Yoongi, Taehyung dan Namjoon malah berkumpul di ruangan mereka di lantai lima kantor kepolisian. Akhirnya formasi tim lengkap, tidak pincang seperti pagi tadi.

Jungkook sengaja mengumpulkan anggota tim di bawah arahannya setelah mendapat laporan dari tim forensik dan mendapat salinan rekaman CCTV dari bangunan sekitar TKP dan CCTV jalanan dekat gang. Keterangan yang harus segera dibagikan. Bagaimana pun, kasus ini sangat meresahkan.

Keempat petugas menjaga keheningan di dalam ruangan. Bukan rencana, hanya saja mereka sibuk dengan pikiran masing-masing. Apalagi Hyunji, pikirannya terus jelek dan kukuh bahwa terduga pelaku adalah orang yang sama dengan penabrak Tuan Lee.

Sang Kapten pun memasuki ruangan membawa dokumen dan flashdisk di tangan. Ia duduk di ujung meja panjang, mengepalai jalannya pertemuan. "Selamat siang, semuanya. Kita mendapat kasus baru, tapi kuyakin ini berkaitan dengan kasus sebelumnya. Yang belum berhasil kalian pecahkan."

Keempat anggota memberi reaksi berbeda atas pernyataan terakhir kapten mereka. Taehyung merotasikan mata, Yoongi pura-pura mengecek tali sepatu, Namjoon tiba-tiba saja bertampang bodoh sambil mengalihkan pandangan, cuma Hyunji yang fokus menghadap atasan.

"Kalau saja kalian lebih becus menangani kasus Tuan Lee, kejadian ini mungkin tidak akan pernah ada." Jungkook menyudutkan anak buahnya.

"Ini bukan waktunya menyalahkan kami!" sanggah Hyunji.

"Lantas salah siapa? Mau menyalahkan pelaku? Penjahat memang akan melancarkan aksinya. Tugas kita untuk menumpasnya, apalagi mencegah agar kejadian sama terulang kembali." Sejujurnya, Jungkook ingin sekali memberi hukuman atas kelalaian mereka. "Inspektur memberiku peringatan lagi untuk mengawasi kinerja kalian. Ancaman yang pernah kusebutkan tidak main-main. Paham?"

Tidak ada yang menjawab.

Lelah memberi ceramah, Jungkook bergegas menyematkan benda kecil ke laptop. Sambil menunggu gadget tersebut menyala, ia memaparkan identitas korban dari dokumen yang diterimanya terlebih dahulu.

"Korban bernama Han, 59 tahun. Pemilik toko seafood. Memiliki seorang istri dan dua anak ...."

Orang tua biasa, benak Hyunji.

"... Diperkirakan tewas antara pukul 6.00–7.00. Penyebab utama karena trauma di kepala dan—ehm!" Jungkook berdeham keras. "Tulang rusuk dan sebagian organ perut rusak akibat terlindas benda keras berkali-kali. Jejak ban mobil tertera di pakaian korban. Bisa disimpulkan, korban tewas ditabrak dan dilindas."

Tampang para petugas berubah murung.

Jungkook membuka file video untuk menunjukkan rekaman CCTV. Sinar proyektor menampilkan gambar dengan jelas. "Aku telah mendapat rekaman dari waktu perkiraan tewasnya korban. Sekitar pukul 5 pagi—" Video mulai diputar, "lihatlah, kalian pasti tidak asing dengan kendaraan ini. Sedan hitam terlihat memasuki gang pada pukul 5.07."

Hyunji mengurut kening dengan telunjuk dan jari tengah.

"Terlihat keluar gang pukul 6.45." Jungkook mengedikkan bahu. "Ini masih dugaan bahwa pelaku adalah orang yang sama dengan kasus lalu. Setidaknya mobil mereka sama."

"Itu memang dia," sahut Hyunji yakin. "Modus operandinya persis. Itu pasti dia!"

Jungkook memusatkan atensi pada wanita itu. Dia juga yakin dengan asumsi Hyunji, hanya saja mereka perlu bukti konkret bukan sekadar praduga.

"Kalau itu adalah pelaku yang sama, dia pasti pergi menuju daerah Dalseong," tambah Taehyung. Yoongi dan Namjoon mengangguk setuju. Mereka perlu menelusuri jejak mobil lagi.

"Kapten." Hyunji baru ingat peristiwa semalam. "Lee Jieun, pelapor kasus Tuan Lee diteror oleh pengendara sedan hitam di dekat kediamannya semalam."

Pengakuan Hyunji sontak membuat anggota lain terkejut.

"Yang benar?" respons Namjoon.

"Dia menghubungiku semalam dan aku segera datang ke tempatnya. Nona Lee memberi kesaksian bahwa dirinya hampir saja mati tertabrak. Namun, pelaku mengerem dan berhenti sangat dekat." Hyunji mengerutkan alis. "Dia sempat melihat pengendara menyeringai di dalam kendaraannya, kemudian membiarkan Nona Lee pergi."

Hyunji bergeleng. "Itu cuma ancaman palsu."

"Mungkin pelaku sengaja mengalihkan perhatian agar semua pihak fokus pada keluarga mendiang," simpul Yoongi.

Jungkook diam seribu bahasa di tengah aktivitasnya menduga-duga. Mengapa pelaku memilih dua korban ini? Apa yang istimewa dari mereka? Agaknya Hyunji juga berpikir demikian. Dua pria tua dari kalangan menengah ke bawah, berkali-kali memikirkan motif yang tepat tetap menghasilkan jalan buntu. Bisa jadi, pelaku adalah psikopat yang mencari korban secara acak. Namun, alasan itu bisa terbantahkan dengan bukti bahwa pelaku menunggu semua korban, jauh-jauh sebelum eksistensi korban terlihat. Artinya, pelaku telah hafal aktivitas korban, mengenai kapan waktu korban muncul di tempat kejadian perkara.

Tim dibubarkan setelah diskusi selesai. Meski terasa hampir kehabisan akal, Hyunji tidak lantas menyerah. Di mana ada kemauan, di situ ada jalan.

Di mejanya ada dua berkas korban; Tuan Lee dan Han. Hyunji membaca keduanya bergantian sembari bergumam, "Lee ...."

"Han ...."

Begitu terus sampai pandangannya mencapai kolom catatan kependudukan. Alis Hyunji menukik tajam tatkala menemukan sebuah persamaan.

Apakah ini alasan mengapa keduanya diincar?

***

BLOODY BLOSSOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang