Hyunji mengendarai mobilnya yang sudah lama mendekam di garasi. Sejak ada Taehyung—pria itu kerap jadi sopir praktis buat Hyunji, tapi tidak malam-malam begini. Ia harus bisa mandiri alih-alih terus mengandalkan sang rekan.
Kondisi jalanan sepi dan lengang. Maklum, ini sudah lewat pukul satu dini hari. Setelah mengganti setelan piyama dengan kemeja formal dan celana panjang, Hyunji segera melesat menuju apartemen klien. Putri mendiang Lee—Jieun tiba-tiba menelepon, memecah kedamaian malam.
"De-Detektif Bae!" suara Jieun bergetar. "T-tolong aku!"
Dan sampailah Hyunji di depan pintu unit apartemen bernomor 507. Bel ditekan dengan telunjuk, tak butuh waktu lama bagi pintu untuk terbuka. Segera, menampakkan wajah cemas wanita tua. "Masuklah," ujarnya lemah.
Hyunji diantar menuju kamar sang gadis yang pintunya tidak tertutup. Jieun tampak menangis, menekuk lutut di atas ranjang, tampak sangat tidak baik. Hyunji segera menghampiri, ikut duduk di pinggir ranjang. Sementara Nyonya Lee mematung di ambang pintu.
"Detektif ...."
"Apa yang terjadi?"
"D-dia ... orang itu." Jieun ketakutan. "Dia hampir membunuhku."
Hyunji mengernyit. Dia siapa? Tidak mungkin sosok yang dia pikirkan. "Maksudmu orang yang menabrak ayahmu?"
Jieun tampak kalut saat sosok itu disebut. Ia mengangguk pelan.
"B-bagaimana bisa?" Hyunji tidak habis pikir bahwa pelaku kembali melakukan teror. Astaga, punya dendam apa orang itu dengan keluarga kecil ini?
"Aku baru kembali dari pesta ulang tahun temanku, beberapa saat sebelum menghubungimu. Aku tengah menyeberang di zebra cross depan apartemen. Mobil itu tiba-tiba datang dengan suara decitan ban yang membuatku bergidik." Jieun menghela napas.
"Aku panik, refleks menutup telinga dengan kedua pergelangan tangan. Dia tidak menabrakku—hanya saja, mengerem dan berhenti sangat dekat dariku. Sorot lampunya menyilaukan, tubuhku gemetar ketakutan. Kukira itu masa terakhirku. Dia tidak beranjak hingga beberapa saat. Aku sempat melihat samar-samar ada cahaya redup dari dalam, menampakkan sebagian wajah—bukan. Orang itu membuat seringai menyeramkan. Detektif! Dia menyeringai ke arahku. Aku segera kabur meski kaki ini lemas."
Hyunji mengembuskan napas berat setelah menahannya beberapa saat, tatkala mendengarkan kesaksian Jieun. Tersangka penabrak Tuan Lee kembali. Namun, apa motifnya? Apakah dia punya maksud untuk menghabisi seluruh anggota keluarga Lee? Sekali lagi, atas dasar apa?
"Aku takut," lirih Jieun, "lindungi kami, Detektif."
"Untuk sementara jangan keluar malam-malam dulu. Sebaiknya lebih waspada kalau terpaksa harus pergi sendirian." Hyunji mengerutkan alis, dia benar-benar mengkhawatirkan kondisi keluarga tanpa kepala ini.
"Detektif Bae," sela Nyonya Lee, "bisa tolong menginap malam ini? Jujur, aku takut orang itu datang kemari dan menghabisi kami."
Permintaan janda baru itu direspons anggukan oleh sang putri. Wajar jika takut, kedua wanita lemah ini bisa menjadi target empuk sang penjahat. Mimpi buruk mereka tentang kedatangan si pelaku, atau tiba-tiba pintu terdobrak, bisa saja terjadi. Setiap kemungkinan selalu ada, tetapi Hyunji tidak yakin jika pelaku mengancam nyawa kedua perempuan ini. Kalau iya, mengapa tidak menghabisi Jieun di pertemuan terakhir? Alih-alih menabrak, dia malah mengerem dan membiarkan sang gadis pergi.
Tangan dingin Jieun mengenggam erat telapak Hyunji. "Tolonglah, jaga kami malam ini. Tidak ada yang dapat melindungi kami selain kau," pintanya nanar.
Hyunji menghirup napas dalam-dalam. Menginap semalam di kediaman sederhana ini bukan perkara sulit. Besok hari Minggu, hari rehat bertugas.
"Baiklah. Aku akan menginap." Sudah lama juga Hyunji tidak tidur beramai-ramai. Sejak sepeninggal Hoseok, setiap malam ia hanya tidur bersama bayangannya. Namun, Hyunji tidak membiarkan sinar lampu menyala kala tidur. Kesimpulannya, nihil.

KAMU SEDANG MEMBACA
BLOODY BLOSSOM
FanfictionKasus-kasus bermekaran di musim semi dan Hyunji tidak bisa menikmati keindahan musim berbunga itu seperti mandat Hoseok, sang ayah. Namun, kasus kali ini justru menggiringnya mengungkap insiden yang membuat sang ayah gugur. Bersama para rekan satu t...