"Coba hitung, berapa banyak penduduk yang tewas akibat 'kecelakaan lalu lintas'?" Suara Hyunji menggugah Taehyung untuk menjumlahkan total warga yang mati di jalan. Penduduk laki-laki generasi kedua berjumlah dua puluh delapan orang, yang hidup tinggal dua. Satu orang yang tinggal di Selatan kota dan Park Jimin sang pengusaha. Mereka harus ditanya.
Alih-alih minum kopi santai di kafetaria, Hyunji memutuskan untuk membawa data penduduk Desa Huimang bersamanya. Pusing dengan pekerjaan, tapi tidak rela menelantarkan—lebih kepada tuntutan. Meski kepala terasa nyeri hebat akibat seorang nama: Bae Hoseok, Hyunji harus terus bergerak.
"Ayahku tidak terkait dengan rentetan kematian janggal para warga desa, kan?" Hyunji menatap Taehyung yang baru saja menaruh gelas kopi di atas meja. Berharap Taehyung memberi jawaban sesuai harapannya. Namun, sang pria malah menjawab, "Kita lihat saja nanti. Penyelidikan masih berlangsung, kita bahkan belum tahu apakah warga-warga yang mati murni kecelakaan atau tidak."
Benak Hyunji mengeruh, sampai-sampai mengerutkan kulit wajahnya. Mau dipikir berapa kali pun, dengan catatan kematian yang seragam, sudah tentu menimbulkan kesimpulan bahwa cara kematian warga desa seolah diatur. 26 kepala meregang nyawa akibat kecelakaan lalu lintas. Apa yang sebenarnya terjadi?
Taehyung melipat tangan di dada, menyorot dokumen di meja dalam-dalam. "Kau sudah coba urutkan waktu kematian mereka?"
"Sedang kucoba. Sejauh ini kejadian terlama terjadi tahun 2010. Belum semua kuperiksa."
"Bagaimana jika orang-orang ini tidak mati secara alami?"
"Kita harus cari pelaku dan motifnya juga," kata Hyunji tanpa mengalihkan pandangan dari kertas.
"26 orang mati—um, tidak, 25," Hyunji meralat pernyataannya, tidak memasukkan Hoseok ke dalam daftar, "jika kematian mereka disengaja, direncanakan, pasti ada alasan besar di balik kematian orang-orang ini."
"Kurasa, tidak ada istilah tanpa alasan atas kematian hampir seluruh warga desa ini. Taehyung, kau juga berpikir ini bukan kerjaan psikopat iseng, bukan?"
Taehyung menunjukkan tampang serius. "Kalau dua puluh enam orang mati, berasal dari berbagai tempat, mungkin bisa kusebut sebagai pembunuh acak."
"Pasti ada sesuatu yang terjadi di desa," simpul Hyunji. "Kau juga berpikir demikian?"
Taehyung mengangguk pelan. Sementara itu, Hyunji terus mengurutkan waktu kematian para warga hingga ke urutan terakhir—sang ayah. Data terakhir tersebut membuat kedua alisnya hampir menyatu, kepala sedikit bergeleng.
"Kau menemukan sesuatu?" tanya Taehyung melihat perubahan ekspresi Hyunji.
Hoseok meninggal tahun 2008. Warga lain yang waktu kematiannya paling dekat terjadi tahun 2010. Sedangkan, dua korban yang kasusnya sedang bergulir tewas tahun ini. Jika benar ada keterkaitan kematian di antara warga-warga—jika ini ulah pembunuh—berarti, Hoseok merupakan korban pertama. Aksi pertama pelaku misterius yang masih belum diketahui identitasnya sampai sekarang.
"Aku tidak ingin banyak menyimpulkan." Hyunji menutup dokumen. "Ayo, pergi. Aku ingin kasus ini cepat selesai."
***
Setelah menemui mantan warga Desa Huimang yang kini tinggal di Selatan kota, Hyunji malah geram. Tidak ada informasi berarti yang didapat. Hanya satu kalimat penting, "Aku tidak tahu apa-apa." Seorang yang menjadi harapan berubah menjadi angan-angan tak berarti. Lelaki separuh abad lebih itu ternyata lama merantau ke luar daerah saat masih tinggal di desa. Sejak lulus sekolah dasar, ia sudah tinggal di Ilsan bersama kerabatnya. Setelah lulus SMA pun langsung mencari kerja di pusat kota Daegu. Jadi, tidak ada banyak waktu dan pengalaman yang ia punya di Desa Huimang.
![](https://img.wattpad.com/cover/288708108-288-k83341.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
BLOODY BLOSSOM
FanfictionKasus-kasus bermekaran di musim semi dan Hyunji tidak bisa menikmati keindahan musim berbunga itu seperti mandat Hoseok, sang ayah. Namun, kasus kali ini justru menggiringnya mengungkap insiden yang membuat sang ayah gugur. Bersama para rekan satu t...