VII. THE CLUE

22 5 19
                                    

"55 Na 2678. Telusuri pergerakannya tanggal 15 April 2021. Ya. Segera laporkan padaku." Hyunji menutup sambungan telepon. Ia meminta bantuan staf pusat pengendali lalu lintas untuk menelusuri jejak mobil yang dicurigai sebagai kendaraan pelaku, setelah Hyunji menemukan penyok yang sama pada bumper depan. Hyunji berharap cemas karena prosesnya memakan waktu. Sementara ia juga cemas dengan keberadaan Taehyung dan pemilik rumah di dalam. Takut kalau-kalau pria itu memberontak.

Pemandangan sama selalu dilihat Hyunji ketika memandang ke dalam rumah lewat jendela. Kedua lelaki duduk diam saling bertatapan. Tampaknya suasana di dalam cukup tegang. Hyunji tidak berminat masuk, di sini saja sambil menunggu.

10 menit berlalu, ponsel di genggaman bergetar. "Ini dia!" gumamnya. "Bagaimana?"

"Mobil terlihat memasuki jalan utama Gachang-myeon pukul 8.00 bergerak menuju pusat kota. Dia masuk ke gedung perkantoran pukul 8.45. Baru keluar pukul 17.30, kemudian terlihat menuju ke restoran China lalu ke sebuah bar di dekatnya. Terakhir kali terlihat menuju arah pertama kali muncul pukul 22.35."

"Kau tidak salah?"

"Periksa saja sendiri. Ah, aku masih banyak pekerjaan. Sudah dulu!"

Hyunji menarik rambut setelah telepon terputus. Dugaannya salah, pria bertampang tidak sedap itu ternyata bukan pelakunya. Hyunji terlalu terburu-buru menilai orang dari penampilan. Seperti pepatah, jangan menilai buku dari sampulnya.

"Sudah kubilang, aku ini orang baik-baik!" pekik pemilik rumah di ambang pintu saat Hyunji meminta maaf atas kekeliruan yang terjadi. Ia membanting pintu keras-keras di hadapan muka kedua petugas.

Dengan berat hati, Hyunji harus melangkah keluar dari area properti milik si bapak botak.

***

Hyunji terus terlihat mengurut dahi sejak tiba di kantor. Namjoon dan Yoongi baru saja kembali dengan tampang lusuh.

"Kalian temukan sesuatu?" tanya Taehyung antusias. Berharap kedua rekan yang menginvestigasi Desa Byeol menemukan secercah harapan.

"Kalau maksudmu sesuatu yang berhubungan dengan kasus, tidak. Kami menemukan kesemek." Yoongi mengangkat kantung plastik putih tinggi-tinggi.

Hyunji yang melihatnya mendengus keras. Rasanya mulai putus asa karena kehabisan cara untuk mencari petunjuk. Sulit untuk memecahkan kasus jika hanya sedikit petunjuk yang ditemukan. Mencari jejaknya saja susah, apalagi menemukan identitas si pelaku. Hyunji kembali berpejam sembari mengurut kening.

"Detektif Bae!" Suara Namjoon mengalihkan perhatian. Hyunji menatapnya dan pria itu tersenyum menampakkan ceruk manis di pipi sambil menjulurkan sebuah kesemek di tangannya. "Makanlah. Semoga harimu menjadi lebih baik."

Hyunji malah termenung. Perkataan Namjoon seakan menyadarinya bahwa hidup sangat berat. Kendati berat, semuanya harus dilalui. Barangkali mencicip buah manis bisa mengurangi kepahitan hidup. Hyunji mengambil buah itu.

"Gomawo," ujarnya lesu.

Lantas, setelah cara terakhir yang mereka lakukan untuk mencari tersangka kasus penabrakan Tuan Lee. Tidak ada lagi petunjuk yang ditemukan. Kasus mangkrak lebih dari dua minggu, dan selama itu juga Hyunji tidak pernah terlihat baik. Atmosfer kantor kepolisian selalu terasa buruk. Omelan Kapten Jeon kerap terdengar menyambar telinga setiap bertatap muka. Hyunji ingin pasrah, tapi tidak rela. Pasti ada cara untuk menyelesaikan kasus yang menjadi penentu kariernya. Tidak, bukan hanya miliknya, karier ketiga rekannya juga. Ia tidak rela jika Senior Min turun pangkat, atau juniornya pergi ke tim lain, apalagi letnan yang tengah sibuk sendiri di mejanya. Pria itu tidak boleh terpisah divisi, harus terus bersama.

BLOODY BLOSSOMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang